AYOBANDUNG.ID - Banjir bandang yang menerjang aliran Sungai Cibitung di Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB), pada Kamis 4 Desember 2025, bukan hanya soal intensitas hujan yang tinggi. Arus coklat yang membawa lumpur, batang sayuran, dan material tanah itu menegaskan satu hal: kawasan hulu Bandung Barat kian kehilangan daya tahannya.
Air bah menyapu sedikitnya 5 hektare lahan pertanian, puluhan ton ternak ikan, serta merendam sentra wisata kuliner yang menjadi penggerak ekonomi warga. Banjir terjadi menjelang sore, tetapi jejak kerusakan yang ditinggalkannya bertahan hingga berhari-hari.
Fenomena itu dipicu curah hujan ekstrem, namun diperparah oleh kondisi hulu di kawasan Ciwidey yang kian terbuka. Pembukaan lahan hutan untuk pertanian membuat tanah kehilangan kemampuan menyerap hujan, sehingga debit air meningkat lima kali lipat dibanding kondisi normal. Sungai yang semestinya menahan aliran permukaan tak lagi sanggup meredam energi derasnya hujan.
Taufik (63), pemilik wisata kuliner Lembah Curugan Gunung Putri, merasakan langsung hantaman air.
“Kejadian banjir kemarin sekitar pukul 15:00 WIB, air dari sungai naik ke atas masuk ke kolam renang dan kolam ikan. Memang dari hulu hujan deras terus di sana hutan sudah dibuka jadi lahan pertanian semua, makanya selain air bawa juga lumpur dan pohon cabai,” ujarnya saat ditemui, Jumat 5 Desember 2025.
Menurutnya, banjir dari Sungai Cibitung memang terjadi setiap tahun, namun kali ini jauh lebih parah.
“Biasanya memang ada banjir, tapi gak pernah terjadi seperti ini. Itu karena lahan hutan di atas sudah gundul jadi pertanian. Ketinggian air lebih dari 3 meter dengan arus sangat deras,” katanya.
Tempat wisata miliknya luluh lantak. Saung lesehan tersapu, kolam renang terkubur lumpur setebal 60 sentimeter, dan 20 ton ikan hilang dalam sekejap. Ia dan pekerjanya kini sibuk membersihkan area serta menyelamatkan sisa ikan yang masih hidup.
“Ikan 20 ton habis, operasi tempat wisata dan kuliner berhenti sementara karena kita perlu bersihkan dulu lumpur. Kita harap tolong jangan semua lahan hutan dilepas jadi pertanian karena kalau dibiarkan bencana bakal terus terjadi,” tuturnya.
Dari sisi pemerintah, Sekda Bandung Barat Ade Zakir menuturkan penanganan darurat sudah dilakukan. Laporan yang masuk tak hanya berkaitan dengan rusaknya sawah dan tempat wisata, tetapi juga sejumlah titik longsor yang memutus akses warga.
“Kami utamakan kepentingan masyarakat dulu. Memang ada beberapa rumah, tempat wisata, dan lahan pertanian yang terdampak. Tapi alhamdulillah tidak ada korban jiwa,” ujarnya di lokasi.
Ia mengakui bahwa banjir kali ini dipicu dua faktor utama: cuaca ekstrem dan alih fungsi lahan di hulu.
“Pemicunya kemungkinan memang seperti itu (alih fungsi lahan). Disamping barangkali curah hujan tinggi. Kami sudah diingatkan kemarin oleh BMKG soal kesiapsiagaan cuaca ekstrem. Selain itu alih fungsi lahan juga jadi konsen kami,” jelas dia.
