'The Way Home' dan Keberanian Melawan Penyesalan

Giovanni Battista
Ditulis oleh Giovanni Battista diterbitkan Selasa 28 Okt 2025, 10:16 WIB
Poster film "The Way Home". (Sumber: IMDB)

Poster film "The Way Home". (Sumber: IMDB)

Dalam hidup, penyesalan sering kali menjadi hantu yang mengikuti langkah kita tanpa suara. Ia muncul dari hal-hal yang tak sempat dilakukan, kata-kata yang tak terucap, atau pilihan yang ternyata salah arah. Tema ini menjadi inti dari drama Tiongkok The Way Home (归棹 / Gui Zhao), yang tayang pada Desember 2024.

Disutradarai oleh Chui Wai Hong, serial ini menampilkan kisah keluarga, persaudaraan, dan perjalanan batin dua pria muda yang mencoba menebus masa lalu mereka. Dalam keheningan dan lirihnya air sungai Xiqiao, drama ini berbicara tentang bagaimana manusia melawan penyesalan, bukan dengan melupakannya, melainkan dengan berani kembali dan menghadapi yang telah hilang.

The Way Home 2024 berfokus pada dua sepupu dari keluarga He di Desa Xiqiao, Lingnan: He Jia Hao (diperankan oleh Mark Ma) dan He Jia Shu (diperankan oleh Zhang Kang Le). Meski mereka tumbuh bersama, sebuah peristiwa di masa lalu membuat hubungan keduanya retak.

Jia Shu kemudian meninggalkan desa selama delapan tahun, meninggalkan Jia Hao dan kenangan yang tak pernah terselesaikan. Ketika Jia Shu akhirnya kembali, mereka harus bekerja sama untuk mengikuti perlombaan perahu naga tradisional sebuah simbol penting dalam budaya Lingnan.

Sekilas, cerita ini tampak sederhana yaitu tentang dua orang yang berdamai setelah bertahun-tahun terpisah. Namun, dibalik alur tersebut, The Way Home 2024 menyimpan lapisan emosional yang dalam. Drama ini bukan sekadar kisah reuni keluarga, tetapi juga perjalanan batin untuk berdamai dengan rasa bersalah, rahasia, dan harapan yang tak pernah padam.

Seperti judulnya, ā€œThe Way Homeā€ (dalam bahasa Indonesia ā€œkembali ke rumahā€) bukan sekadar pulang secara fisik, tetapi juga pulang secara emosional ke dalam diri sendiri dan ke masa lalu yang belum selesai.

Penyesalan dalam The Way Home 2024 tidak ditampilkan secara dramatis atau berlebihan. Ia hadir dalam keheningan, tatapan mata, dan jarak emosional antara dua karakter utamanya. He Jia Hao digambarkan sebagai anak harapan keluarga yang tenang, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Namun dibalik sikapnya yang sempurna, ia menyembunyikan rahasia besar, sesuatu yang membebaninya selama bertahun-tahun.

Sementara itu, He Jia Shu, yang pernah dianggap ā€œaibā€ keluarga, kembali dengan perasaan campur aduk antara ingin diterima dan takut menghadapi kenyataan. Keduanya menjadi simbol dua cara manusia menghadapi penyesalan. Jia Hao memilih memendam, menutupi luka dengan prestasi dan kepatuhan.

Sedangkan Jia Shu memilih pergi, menjauh agar rasa bersalah tak terus menghantui. Ketika mereka bertemu kembali, keduanya belajar bahwa satu-satunya cara untuk melawan penyesalan adalah dengan keberanian untuk berbicara, mengakui kesalahan, dan membuka diri terhadap kemungkinan rekonsiliasi.

Salah satu dialog yang paling berkesan dalam drama ini adalah ketika Jia Hao akhirnya berkata kepada sepupunya, ā€œKita saudara. Kalau langit runtuh, kita pikul bersama.ā€ Kalimat sederhana ini mencerminkan inti dari The Way Home 2024 bahwa melawan penyesalan bukan berarti meniadakannya, tetapi menerima bahwa luka masa lalu bisa dipikul bersama, bukan sendirian.

Tradisi, Keluarga, dan Beban Generasi

Selain menjadi drama personal, The Way Home 2024 juga merupakan refleksi sosial tentang tekanan dalam keluarga tradisional Tiongkok. Keluarga He hidup di lingkungan yang sangat menjunjung nilai kehormatan dan harapan generasi tua. Jia Hao, sebagai anak tunggal, memikul beban untuk menjaga nama baik keluarga.

Sementara Jia Shu harus menanggung stigma akibat kesalahan masa lalu. Dalam konteks ini, penyesalan bukan hanya perasaan pribadi, tetapi juga warisan kolektif yang hasil dari sistem nilai yang terlalu kaku terhadap kesempurnaan dan kehormatan.

Melalui konflik keduanya, drama ini memperlihatkan bagaimana budaya bisa menjadi sumber luka sekaligus penyembuhan. Perlombaan perahu naga yang mereka ikuti menjadi metafora bagi perjalanan hidup untuk bisa bergerak maju, semua orang dalam satu perahu harus mendayung bersama. Tidak ada yang bisa berjalan sendiri, dan tidak ada yang bisa menghapus masa lalu tanpa memaafkan.

Visual yang ditampilkan dalam drama ini juga mendukung tema tersebut. Air sungai, perahu yang terbalik, dan langit mendung sering muncul sebagai simbol ketidakseimbangan batin para tokohnya. Namun, pada akhirnya, semua simbol itu berubah menjadi lambang penerimaan bahwa dari air yang tenang pun, seseorang bisa belajar berdamai.

Dari sisi sinematografi, The Way Home 2024 menonjol lewat pengambilan gambar yang tenang dan penuh nuansa. Kamera seringkali berfokus pada detail kecil seperti embun di dedaunan, cahaya matahari sore, atau wajah yang menatap kosong, untuk menekankan perasaan sunyi dan reflektif.

Penggunaan warna lembut dan pencahayaan natural membuat penonton merasa seolah ikut terhanyut dalam suasana pedesaan Lingnan yang damai namun sarat kenangan.

Akting Mark Ma sebagai Jia Hao patut diapresiasi. Ia mampu menampilkan karakter yang kompleks tanpa banyak dialog, hanya dengan ekspresi dan gestur kecil.

Begitu pula dengan Zhang Kang Le yang menghadirkan sosok Jia Shu yang impulsif namun hangat, penuh emosi namun tetap rasional. Keduanya membangun dinamika yang intens, bukan sekadar konflik, tetapi juga kasih sayang yang terselubung di antara rasa bersalah.

Baca Juga: Secuil tentang Psikologi Agama

Foto Pemain dari Keluarga He (Sumber: MyDramaList)
Foto Pemain dari Keluarga He (Sumber: MyDramaList)

The Way Home 2024 mengajarkan bahwa penyesalan adalah bagian dari menjadi manusia. Tak ada kehidupan tanpa kesalahan, dan tak ada kesalahan yang benar-benar hilang. Namun, drama ini menolak pandangan pesimis bahwa penyesalan harus dihindari. Sebaliknya, ia menegaskan bahwa penyesalan adalah tanda bahwa kita pernah peduli, pernah mencintai, dan masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki.

Pesan moralnya jelas : setiap orang punya jalan pulang, seberapa jauh pun ia tersesat. Rumah dalam konteks ini bukan sekadar tempat, tetapi keadaan batin di mana seseorang bisa berdamai dengan masa lalunya. ā€œMelawan penyesalanā€ berarti berani kembali, meskipun sakit, meskipun terlambat, karena di sanalah proses penyembuhan dimulai.

Sebagai drama bertema keluarga dan rekonsiliasi, The Way Home 2024 mungkin terasa lambat bagi penonton yang terbiasa dengan konflik cepat atau intrik berlapis. Namun disitulah kekuatannya. Drama ini berjalan dengan ritme kehidupan nyata: perlahan, penuh refleksi, dan kadang menyakitkan.

Tidak ada keajaiban besar, hanya keberanian kecil yang terus diulang, keberanian untuk kembali, untuk memaafkan, dan untuk menatap masa depan tanpa menolak masa lalu.

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, The Way Home 2024 mengingatkan kita bahwa penyesalan bukanlah akhir. Ia bisa menjadi awal dari sesuatu yang baru, asal kita punya keberanian untuk pulang. Karena kadang, jalan pulang bukan tentang tempat, tetapi tentang hati yang berani menerima bahwa semua kesalahan pun bisa menjadi bagian dari perjalanan menuju kedewasaan. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Giovanni Battista
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 28 Okt 2025, 14:41 WIB

Meluncur di Meja Makan: Sushi Konveyor dan Dinamika Kuliner Bandung

Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor.
Jika dulu makanan Jepang identik dengan restoran eksklusif dan sajian formal, kini hadir cara baru yang lebih dinamis dan interaktif yakni sushi konveyor. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 13:59 WIB

Dari Mimbar Kecil di Tasikmalaya sampai ke TVRI Bandung

Di era digital yang serba cepat, Ustaz Atus hadir sebagai sosok pendakwah yang mampu menyentuh hati lewat layar.
Dakwah di program TVRI Bandung "Cahaya Qolbu" (Foto: Tim TVRI Bandung)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 12:25 WIB

Perkawinan (Cinta) Beda Agama: Mangu, Peri Cintaku, Realitas Sosial, SEMA 2/2023, dan Bhinneka Tunggal Ika

Di lagu-lagu itu, cinta beda agama hampir selalu digambarkan seperti relasi yang seru tapi mustahil, so far selalu romantis tapi terlarang.
Ilustrasi pasangan menikah. (Sumber: Pexels/Danu Hidayatur Rahman)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 11:24 WIB

Maskulinitas dan Isu Pelecehan Seksual terhadap Laki-Laki

Ada yang luput dari perhatian yaitu pelecehan seksual terhadap laki-laki.
Isu pelecehan seksual umumnya terjadi kepada perempuan. Namun ada satu hal yang luput dari perhatian serta pengakuan masyarakat bahwa laki-laki pun berpotensi mengalami pelecehan seksual. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 10:16 WIB

'The Way Home' dan Keberanian Melawan Penyesalan

Sebuah drama keluarga Tiongkok tentang penyesalan, tradisi, dan keberanian untuk pulang.
Poster film "The Way Home". (Sumber: IMDB)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 09:04 WIB

Secuil tentang Psikologi Agama

Psikologi agama selalu berhasil bikin kangen menyelam ke dunianya lagi.
Anak-anak beragama Islam sedang mengaji di masjid. (Sumber: Pexels/Hera hendrayana)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 06:13 WIB

Seperti Kita, Gie Juga Manusia Biasa

Soe Hok-gie, seorang aktivis keturunan Tionghoa yang hidupnya terasing seiring dirinya semakin berani dalam menyampaikan kritiknya kepada pemerintah.
Poster film GIE (2005). (Sumber: IMDB)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 20:13 WIB

Dari Pohon Keramat ke Camilan Kekinian, Nurhaeti Menyulap Daun Kelor Jadi Pangan Bernutrisi

Dikenal sebagai tanaman mistis, Nurhaeti mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi mulai dari cheese stick, bolu, keripik pisang, hingga cookies.
Nurhaeti, warga Cinunuk, yang sejak 2015 mengolah daun kelor menjadi aneka panganan bernutrisi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 19:36 WIB

Bandung Menuju Transportasi Publik Berkelas: Menelisik Potensi Metro Jabar Trans dan Feeder MJT

Kemacetan yang kian parah, dominasi kendaraan pribadi, serta keterbatasan infrastruktur menjadi momok yang menggerus kualitas hidup warga Bandung.
Kehadiran Metro Jabar Trans (MJT) dan feeder MJT, sebuah inisiatif ambisius yang digadang-gadang mampu merevolusi sistem transportasi publik Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 18:03 WIB

Memulangkan Bandung pada Purwadaksina Setelah Absen dalam Daftar 'Kota Hijau'

Kawasan yang kehilangan akar ekologisnya. Terjebak citra kolonial dan ilusi kemajuan, ia lupa pada asalnya. Kini saatnya kembali ke martabat sendiri.
Proses pengerukan sedimentasi Sungai Cikapundung oleh petugas menggunakan alat berat di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 27 Okt 2025, 17:40 WIB

Air Isi Ulang Tanpa Sertifikasi, Celah Regulasi yang Mengancam Kesehatan Publik

SLHS seharusnya menjadi bukti bahwa air yang dijual telah melalui proses yang memenuhi standar kebersihan dan sanitasi.
Ilustrasi air minum. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 17:04 WIB

Indisipliner, Hukuman, dan Perlawanan: Mengurai Benang Kusut Disiplin Sekolah

Sebuah analisis tentang pergeseran makna kenakalan remaja, solidaritas buta, dan tantangan yang dihadapi guru.
 (Sumber: Gemini AI Generates)
Ayo Jelajah 27 Okt 2025, 16:32 WIB

Sejarah Lapas Sukamiskin Bandung, Penjara Intelektual Pembangkang Hindia Belanda

Lapas Sukamiskin di Bandung dulu dibangun untuk kaum intelektual pembangkang Hindia Belanda. Kini, ia jadi rumah mewah bagi koruptor.
Lapas Sukamiskin.
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 16:29 WIB

Problem Deforestasi Mikro Kota Bandung

Deforestasi mikro di Kota Bandung makin sering terjadi. Ujungnya, suhu kota merangkak naik. Malam terasa lebih hangat.
Hutan Kota Babakan Siliwangi, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 15:06 WIB

5 Cara Bikin Voice Over Kontenmu Jernih Tanpa Alat Mahal

Suara berisik ganggu hasil kontenmu? Tenang! Artikel ini kasih 5 trik simpel biar voice over terdengar jernih dan profesional.
Suara berisik ganggu hasil kontenmu? Tenang! Artikel ini kasih 5 trik simpel biar voice over terdengar jernih dan profesional. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Jelajah 27 Okt 2025, 13:47 WIB

Batavia jadi Sarang Penyakit, Bandung Ibu Kota Pilihan Hindia Belanda

Gedung Sate seharusnya jadi jantung pemerintahan Hindia Belanda. Tapi rencana besar itu kandas sebelum Bandung sempat berkuasa.
Alun-alun Bandung sebelum tahun 1930-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 12:46 WIB

Bandung Raya dan Mimpi Kota Berkelanjutan yang Masih Setengah Jalan

Keberhasilan Bandung Raya dalam menjadi kawasan hijau tidak akan diukur dari penghargaan semata.
Bandros atau Bandung Tour on Bus adalah bus wisata ikonik Kota Bandung. (Sumber: Pexels/arwin waworuntu)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 11:16 WIB

Klise Wacana 6 Agama Resmi di Indonesia

ā€˜Enam agama resmi’ bertebaran di mana-mana, di setiap jenjang pendidikan.
ā€˜Enam agama resmi’ bertebaran di mana-mana, di setiap jenjang pendidikan. Kita Diajarkan untuk memahami hal ini. (Sumber: Pexels/Mochammad Algi)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 09:41 WIB

Mengulas Kekurangan Film 'Gowok: Kamasutra Jawa'

Artikel ini berisi opini tentang film "Gowok: Kamasutra Jawa".
Salah satu adegan film "Gowok: Kamasutra Jawa". (Sumber: MVP Pictures)
Ayo Netizen 27 Okt 2025, 07:57 WIB

Mengapa Tokoh Agama Kita Perlu Membaca Realitas?

Tokoh agama kita sangat perlu membaca realitas agar setiap keputusan atau nasihat yang diberikan bisa tetap relevan dengan kondisi zaman saat ini.
Tokoh agama perlu membaca realitas agar dapat menafsirkan ajaran agama secara relevan dan kontekstual dengan kehidupan masyarakat. (Sumber: Kolase Canva)