Kapan terakhir kali kamu benar-benar menyayangi diri sendiri? Atau jangan-jangan selama ini kamu terlalu sibuk menyenangkan orang lain sampai lupa kalau kamu juga berhak merasa bahagia?
Ada satu kalimat dari Paulo Coelho yang cukup menampar,
Jika Anda hidup untuk menyenangkan orang lain, semua orang akan mencintai Anda, kecuali diri Anda sendiri.
Kalimat sederhana, tapi mengandung makna yang dalam banget.
Hal inilah yang coba diangkat oleh Sabrina Ara dalam bukunya “Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang.” Lewat gaya bahasanya yang ringan dan apa adanya, Sabrina mengajak kita untuk berhenti sejenak, melihat ke dalam diri, dan mengenali realita yang sering kita abaikan.
Sekolah tinggi-tinggi nggak selalu soal kerja, tapi soal jadi manusia

Di bab pertama misalnya, Sabrina menyinggung soal pandangan umum yang sering kita dengar:
Buat apa sih sekolah tinggi-tinggi? Banyak juga yang kuliah tapi tetap nganggur.
Kalimat itu mungkin terdengar sepele, tapi sebenarnya toxic banget. Karena pendidikan bukan cuma soal cari kerja, tapi tentang membentuk karakter, prinsip, dan nilai hidup. Seperti kata Tan Malaka, 
Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.
Kacamata kamu terlalu sempit untuk melihat kebenaran

Lanjut ke bab kedua, Sabrina membahas tentang persepsi kebenaran. Sering kan kita menemukan orang yang merasa paling benar dan menolak pandangan orang lain? Lewat analogi tunanetra dan gajah, Sabrina menunjukkan bahwa setiap orang punya sudut pandangnya masing-masing. Yang perlu kita lakukan bukan saling menyalahkan, tapi memahami bahwa cara pandang tiap orang memang berbeda.
Sudah sejauh apa kamu lupa sama diri sendiri?
Setiap bab dalam buku ini seperti cermin kecil yang memantulkan diri kita sendiri. Yaitu tentang bagaimana selama ini kita sering mengabaikan kebahagiaan diri demi validasi dari orang lain.
Menariknya, di akhir setiap bab, Sabrina selalu mengajak pembaca untuk refleksi diri. Seolah bertanya lembut, “Sudah sejauh apa kamu berusaha menyenangkan orang lain sampai lupa menyenangkan diri sendiri?”
Jadi, sebelum kamu kehabisan energi karena terlalu sibuk jadi “people pleaser”, mungkin sudah saatnya berhenti sejenak. Tarik napas, tersenyum, dan bilang ke diri sendiri:
Aku juga berhak bahagia.
 
 
 
  
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
  