Reysa Raditya Putra, siswa asal SMA Mekar Arum ini menorehkan kebanggaan yang gemilang lewat prestasinya di cabang olahraga hoki. Hoki yang ia anggap layaknya obat pelipur lara saat ia gagal masuk anggota paskibraka.
Lewat hoki yang ia pikir adalah pilihan kedua, tapi dari hoki lah yang justru pembuka awal baginya untuk bertumbuh dan menemukan passion yang ia cinta. Lewat Hoki Reysa atau yang akrab disapa Rey ini berhasil meraih juara 2 Invitasi Hockey kategori U-19 Putra Bupati Cup 2025.
“Sebenernya awalnya itu hoki itu second choice. Awalnya aku itu fokusnya di paskibraka. cuman sayang banget nggak lolos dan patah hati, jadi diobati sama hoki, jadi hoki itu berarti banget buat aku dan yang ngasih aku banyak prestasi sejauh ini” Jelasnya.
Perhatian dari guru olahraga Rey yang menjadi batu loncatan pertemuannya dengan hoki. Saat itu ia masih duduk dibangku kelas 10 semester 1. Sudah menjadi hal lumrah bagi seorang guru untuk memperhatikan setiap potensi siswanya tanpa terlewat sedikitpun, meski hanya skill yang masih terbilang kecil, tapi dengan adanya perhatian lebih, bukan tak mungkin kelak dikemudian hari akan menjadi pembuka prestasi. Rey yang kala itu diajak oleh guru olahraganya untuk mencoba bermain hoki, karena dirasa sayang jika kemampuan Rey hanya diperuntukkan bermain sepak bola.
“Pas baru masuk kesini pas kelas 10. Nah pas kelas 10 aku punya guru olahraga Aku tuh di bidang futsal agak mencolok. Cuman kata beliau ‘kayanya kamu sayang deh kalo misalnya difutsal’. Terus aku diajak hoki. Pas pertama kali aku nyoba pas kelas 10 semester 1. Dirasa-rasa kayanya seru deh. Aku mulai ngerasa ada passionya” Ujarnya.

Sejak SMP Rey sudah mengenal eksistensi cabang olahraga ini, hanya ia merasa, jalan dan kesempatan terasa nihil dari cabang olahraga yang memang untuk saat ini masih terasa asing.
“Sebenernya dari SMP juga udah tau, cuman kayanya, dimana ya kalo mau latihan hoki, belum dapet jalannya” Tambahnya.
Keberadaan hoki yang masih asing di Indonesia yang justru menurutnya semakin memperluas kesempatan untuk mencapai prestasi-prestasi di cabang olahraga ini. Kurangnya popularitas menjadikan alasan Rey, karena baginya ini bisa ia jadikan strategi karena minimnya peminat sehingga memudahkan Rey setiap kali ada proses seleksi masuk tim hoki.
“Pertama karena hoki itu di Indonesia belum terlalu rame, jadi kesempatan jadi atlit itu tinggi lah. Masih banyak kesempatannya, jadi aku mending take a risk lah, jadi mending aku ambil aja. Jadi kalo ada seleksi gitu saingannya nggak terlalu banyak. Kalau sepak bola mah kan udah mainstream lah ya. Kalo ini mah kan kaya cabang olahraga yang masih mau berkembang” Tuturnya.
Skill mumpuni Rey rupanya terdengar sampai telinga seorang pelatih hoki. Pelatih hoki tersebut merupakan kakak dari guru olahraganya. Pelatih tersebut biasanya akan mengadakan seleksi untuk tim yang akan mewakili kota Bandung dalam turnamen hoki.
“Biasanya tuh coachnya adain seleksi. Misalnya nanti kamis ada seleksi buat turnamen. Kebetulan Pelatihnya itu kakaknya dari guru olahraga aku” Imbuhnya.
Jalan masa depannya sudah memberikan setitik tujuan utama yang harus ia capai di hidupnya. Maka kesempatan ini tak boleh ia sia-siakan. Rey mau tak mau harus menyeimbangkan waktu sekolahnya dengan Latihan. Membaginya semaksimal mungkin agar keduanya tidak saling merugikan di kemudian hari, menjaga agar seimbang dan tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.
“Kebetulan Latihan hokinya tuh dari pulang sekolah biasanya jam 16.30 atau jam 17.00. Biasanya beresnya jam 08.00 atau jam 09.00 malem. Jadi pulang sekolah, sekolah kan pulang jam 2 siang. Jam 2 biasanya aku makan dulu, kalo ada tugas dikerjain dulu sedikit, lalu aku langsung Latihan. Nah abis latihan lantujin lagi tugas, jam 10.00 nya tidur, repeat. Latihannya kebetulan aku tuh kan ada dua tempat, yang pertama ada di SMA 27 Bandung, sama di gor Cikutra” Jelasnya.
Pertandingan demi pertandingan mulai Rey sambangi. Berbagai event pertandingan hoki menjadi cikal bakal bukan hanya untuk menguji kelihaiannya bermain hoki, namun juga merupakan ajang bagi mental di jiwanya. Rasa takut gagal, takut mengecewakan kawan satu tim membungbung menjadi satu. Maka disinilah Rey merasakan arti kegagalan.
Kali pertama ia mengikuti turnamen. Rey sadar bahwa dirinya orang baru di timnya, sensasi baru mengikuti sebuah pertandingan hoki yang tak pernah sekalipun ada dalam benaknya menghadirkan perasaan yang tak biasa. Pengalaman yang selama ini ia peroleh belum cukup untuk mengeluarkan potensinya dengan maksimal. Ia pun tak memungkiri pada saat itu kekurangnya ini berujung hanya bisa mendapatkan penghargaan perunggu.
“Kegagalan pasti selalu meliputi, kegagalan yang bener-bener aku anggep gagal tuh pas pertama kali aku ikut turnamen. Karena aku tuh kan orang baru disana, belum terlalu terbiasa, jadi aku masih banyak kurangnya. Alhasil karena aku kurang pengalaman, jadi aku kalah di semifinal dan cuman dapet perunggu. Kebetulan eventnya di adain di SMA 27 Bandung. Itu juga antar kota”. Ungkapnya.
Kekurangan Rey tak ia jadikan persoalan untuk membuatnya terpuruk meratapi kegagalan yang telah lewat. Kegagalan ini ia jadikan pemantik api dalam dirinya untuk semakin terus menggali dan mencari apa yang salah. Tak ragu ia meminta sang pelatih untuk memberinya Latihan tambahan. Meski berisiko membuat fisiknya lebih Lelah dan menyita waktu yang seharusnya ia gunakan untuk berlibur. Beginilah cara yang ia gunakan untuk bangkit dari kegagalan.
“Cara aku bangkit lagi, setelah banyak kesalahan yang aku lakuin setelah event itu, kan harusnya libur dulu, aku langsung minta ke coach aku secara japri, boleh minta latihan tambahan nggak buat aku, karena aku ngerasa kurang puas. Kalo misalnya abis gagal tuh aku selalu minta latihan tambahan. Biasanya cuman aku sendiri” Jelasnya.
Selain kegagalan, perjuangan juga memberinya arti bahwa lelahnya latihan selama ini belum tentu cukup untuk menandingi kehebatan tim-tim dari kota lain. Rey mengira bahwa dirinya dan kawan-kawan sudah cukup ketika latihan. Tapi siapa yang berani bertaruh kalau tim dari kota lain mungkin berlatih lebih keras sehingga kehebatannya seakan sulit untuk dikalahkan.
“Perjuangannya sih capek-capek menyenangkan. Udah mah kan lawan-lawannya udah pada jago-jago. Disana lawannya ada banyak, ada Tangerang, ada Tangerang selatan, terus banyak. Kayanya si perjalannya susah gitu, padahal kita pas latihan udah ngerasa cukup, tapi pas disana ternyata kita masih banyak kurangnya juga” Tambahnya.
Salah satu momen tak terlupakannya adalah saat event yang di adakan di Universitas Negeri Jakarta. Saat itu Rey menjadi penjaga gawang. Momen saat ia dan timnya melawan kota Kudus.
“Eventnya kebetulan di UNJ, nah eventnya tuh besar banget, aku di semifinal lawan kota Kudus, kebetulan dapat penalti kota Kudusnya, kebetulan aku kan kiper, aku berhasil nepis, sumpah kaya pengen nangis banget, untung nggak gol. Kalo masuk ya gagal final” Tuturnya.
Hoki mungkin saat ini memilki arti besar di hidup Rey. Peran-peran orang terdekatnya pun tak pernah surut membersamai Rey. Dari guru olahraganya, yang walaupun sudah tidak mengajar di sekolahnya, beliau tetap memberinya support moral dan nasihat-nasihat yang Rey akan ingat baik-baik di benaknya. Beliau percaya bahwa kesempatan Rey jauh lebih banyak. Lolosnya Rey untuk maju di ajang PORPROV 2026 menandakan bahwa harapan itu ada. PON pun Rey jadikan salah satu impian di hidupnya.
“Pertama dari guru olahraga aku di sekolah, walaupun udah nggak ngajar lagi, tapi tetep support aku, beliau bilang ‘kesempatan kamu masih banyak, kamu PORPROV juga ikutan, berarti PON juga berarti bisa’. Kebetulan aku juga udah seleksi buat PORPROV 2026 dan alhamdulillah lolos. Sama dari pelatih kiper aku, beliau juga bilang ‘terus Rey, aa disini ngelatih kamu supaya dapet pencapaian tertinggi sampai kamu masuk timnas” Ujarnya dengan bangga.
Hoki yang dalam permainannya bermain dengan bentuk tim juga memberikan arti lain dalam hidup Rey selain ambisinya untuk menjadi seorang atlet. Kawan-kawan yang kompak, solid, saling mengusahakan komunikasi satu sama lain berjalan lancar. Aris, Abay dan Taufik, kawan setim Rey, mereka yang menjadikan Rey merasa diterima kehadirannya, merangkul dan membuat Rey tak terasingkan karena mereka sama-sama memiliki tujuan dan impian yang sama.
“Komunikasi didalam lapangan atau di luar lapangan. Bahkan dengan komunikasi yang udah ada ciri khasnya pake kode-kode, karena kita dilapangan kompak, selalu kumpul, selalu bareng-bareng, nggak ada masalah pribadi, masalah keluarga dibawa kelapangan, jadi kita main dalam keadaan fresh. Terus juga ada temen yang berarti buat aku, Aris, Abay, Taufik. Soalnya mereka pertama kali aku kesana kenal sama mereka, mereka itu open sama aku. Jadi seru” Jelasnya.
Orang tua yang sudah barang tentu mensupport sang anak. Awalnya Rey merasa kesulitan untuk meyakinkan kedua orang tuanya karena mereka menginginkan Rey untuk fokus pada hal akademik. Tapi Rey meyakinkan mereka bukan hanya dengan kata-kata manis namun ia juga membuktikan bahwa jika ia memiliki hal yang ingin ia tunjukkan dan banggakan kepada orang tuanya bahwa non akademik pun tetap bisa diseimbangkan. Apresiasi dari sekolah pun tak absen untuk Rey. Sekolah pun memberi beasiswa berupa gratis spp untuk memberi support atas jerih payah Rey mengharumkan nama sekolah dan kotanya.
“Alhamdulillah aku dapet beasiswa, gratis spp, dari orang tua selalu nyemangatin walaupun awalnya nyuruh aku buat fokus akademik, tapi aku berusaha ngeyakinin mereka bahwa akademik sama non akademik bisa diseimbangin” Ujarnya dengan bersemangat.
Langkah-langkah Rey kedepannya sudah sedikit demi sedikit tergambar, bahwa ia ingin berkarir di cabang olahraga hoki. Motivasinya ini berangkat dari pemain pemain hoki kota Bandung yang sudah melebarkan sayapnya di berbagai negara.
“Kan banyak banget pemain bandung yang udah banyak banget ke luar negeri. Udah ada yang main Thailand dan China. Terus aku peluang buat ikut PON itu tinggi, soalnya umur aku pas PON 2028 tuh bener-bener pas” Pungkasnya.
Hoki mungkin jadi pilihan kedua, tapi dari hoki lah seorang Reysa Raditya Putra bisa membuka gerbang masa depannya untuk semakin banyak memperoleh prestasi yang membanggakan. (*)
 