Gus Dur, Toleransi, dan Harmoni

Ibn Ghifarie
Ditulis oleh Ibn Ghifarie diterbitkan Kamis 25 Des 2025, 16:25 WIB
"Dialog adalah budaya perdamaian" - Abdurrahman Wahid (Sumber: Instagram | Foto: @pamerandialogperadaban)

"Dialog adalah budaya perdamaian" - Abdurrahman Wahid (Sumber: Instagram | Foto: @pamerandialogperadaban)

Saat sedang asyik membaca Pikiran Rakyat, tiba-tiba seorang kawan bertanya, “Kenapa setiap Natal atau acara keagamaan lain selalu dijaga Banser, dan bagaimana hukumnya?”

Kujawab singkat, “Muhun!”

Justru pikiranku melayang pada tulisan lama Gus Dur berjudul “Harlah, Natal, dan Maulid” yang buat di Yerusalem dan pertama kali dimuat di Harian Suara Pembaruan (20 Desember 2003) dan kisah dialog Gus Dur dengan anggota Ansor Jawa Timur. Percakapan yang hingga kini terasa masih berkesan dan relevan.

Suasana dan keunikan Kampung Toleransi RW 02 Kelurahan Paledang, Kota Bandung pada Jumat (14/6/2019) (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Jaka Jamalludin Yusuf)
Suasana dan keunikan Kampung Toleransi RW 02 Kelurahan Paledang, Kota Bandung pada Jumat (14/6/2019) (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Jaka Jamalludin Yusuf)

Menjaga Indonesia

Menjelang Natal 1996, Gus Dur pernah ditanya oleh seorang anggota Ansor Jawa Timur tentang hukum seorang Muslim dalam menjaga gereja (rumah ibadah). Jawaban Gus Dur kira-kira begini,

Kamu niatkan jaga Indonesia bila kamu enggak mau jaga gereja. Sebab gereja itu ada di Indonesia, tanah air kita. Tidak boleh ada yang mengganggu tempat ibadah agama apa pun di bumi Indonesia.

Pernyataan ini ditirukan oleh Nusron Wahid, saat itu masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia yang kelak menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor (NU Online, Ahad, 27 Desember 2020).

Natal, dalam kitab suci Al-Qur’an disebut sebagai “yauma wulida” (hari kelahiran, yang secara historis oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari kelahiran Nabi Isa, seperti terkutip,

kedamaian atas orang yang dilahirkan (hari ini)” (salamun yauma wulid) yang dapat dipakaikan pada Nabi Daud.

Sebaliknya, firman Allah dalam surat al-Maryam: “Kedamaian atas diriku pada hari kelahiranku” (al-salamu ‘alaiyya yauma wulidtu), jelas-jelas menunjuk kepada ucapan Nabi Isa yang “dijadikan” Anak Tuhan oleh umat Kristiani. Ada suatu hal yang lain lagi, yang tidak mengurangi arti ucapan Yesus itu. Natal memang diakui oleh kitab suci Al-Qur’an,  sebagai kata penunjuk hari kelahirannya, termasuk yang harus dihormati oleh umat Islam.

Hari kelahiran itu memang harus dirayakan dalam bentuk berbeda, atau dalam format yang sama tetapi dengan maksud yang berbeda. Ini yang tidak perlu dipersoalkan. Jika merayakan Natal adalah penghormatan atas Isa sebagai Nabi Allah Swt.

Kemerdekaan bagi kaum Muslimin untuk turut menghormati hari kelahiran Nabi Isa, yang sering disebut hari Natal. Mereka bebas merayakannya atau tidak, karena itu sesuatu yang dibolehkan oleh agama.

Gus Dur dengan tegas menuliskan menghormatinya, kalau perlu dengan turut bersamkaum Kristiani merayakannnya bersama-sama.

Dalam literatur fikih, seorang Muslim diperkenankan duduk bersama pemeluk agama lain yang tengah melaksanakan peribadatan, selama ini tidak turut serta dalam ritual ibadah suci. Namun, dalam praktiknya, masih ada kegelisahan di kalangan umat Islam sebab kekhawatiran akan dianggap ikut berkebaktian.

Padahal sering kali umat Islam menunggu di ruangan terpisah, lalu bergabung kembali setelah ritual selesai, sebagai bentuk penghormatan terhadap kelahiran Isa al-Masih. Dalam kenyataan sosial, agama tidak mempersoalkan apakah seorang pejabat negara hadir (tidak) dalam perayaan keagamaan. Jabatan kenegaraan bukanlah jabatan agama, sehingga tidak ada kewajiban teologis di dalamnya.

Kendati, dalam praktik sosial, seorang pejabat sering dianggap mewakili agama yang dianutnya. Walhasil, ketidakhadirannya dalam perhelatan keagamaan kerap dipersepsikan sebagai sikap mengecilkan arti makna agama. Bagi Gus Dur, ini adalah proses sejarah yang wajar atas relasi panjang antara agama, negara, dan masyarakat. (NU Online, Ahad, 25 Desember 2022; gusdur.net).

"Berbicara dari hati menciptakan kepercayaan" - Abdurrahman Wahid (Sumber: Instagram | Foto: pamerandialogperadaban)
"Berbicara dari hati menciptakan kepercayaan" - Abdurrahman Wahid (Sumber: Instagram | Foto: pamerandialogperadaban)

Meneladani Gus Dur

Indonesia merupakan negara multikultur yang terdiri dari berbagai agama. Konflik karena perbedaan dapat muncul kapan saja. Terlebih ketika momen-momen perayaan hari besar seperti Natal di penghujung tahun ini. Perdebatan tentang hukum bagi umat Islam mengucapkan Natal dan ikut larut dalam merayakan euforianya masih menjadi problem yang belum terselesaikan sampai sekarang.

Menanggapi ini masyarakat perlu meneladani sosok Gus Dur yang terkenal dengan konsep pluralismenya. Mantan Presiden keempat RI ini tidak terlibat jauh atas pengharaman mengikuti perayaan Natal bagi umat Islam, meskipun ia merupakan ulama yangmenjadi tokoh sentral agama Islam. Alih-alih memihak dari salah satu kubu yang saling berseturu, Gus Dur sudah terlebih dahalu memberikan contoh tindakan mengenai permasalahan tersebut.

Peraktik ini bisa kita lihat saat Gus Dur hadir pada malam perayaan Natal tingkat nasional di Balai Sidang Senayan pada 27 Desember 1999 pasca dilantik menjadi presiden. Seolah-olah memberikan tamparan keras kepada orang-orang yang masih sibuk mendebatkan hitam-putih hukum perayaan Natal. Aktivitas ini dilakukan dengan tujuan menjaga kerukunan antarumat beragama dan demi terwujudnya persatuan Indonesia.

Ihwal Gus Dur dalam merawat toleransi menjadi proses penting untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarumat beragama. Perbedaan yang ada harus disikapi dengan bijak agar mampu menciptakan keharmonisan dalam kehidupan.

Indonesia diibaratkan sebagai rumah besar dengan berbagai kamar. Kamar-kamar itu mewakili setiap agama yang ada. Namun, ketika setiap orang yang telah keluar kamar lalu masuk ruang keluarga, penghuni kamar itu harus melepaskan atribut dan label-labelnya untuk berusaha duduk melingkar dan bercengkrama layaknya keluarga yang harmonis.

Konsep pluralisme yang diwariskan Gus Dur mengingatkan kita akan pentingnya merawat persatuan di tengan perbedaan. Agama menjadi pedoman manusia untuk bisa hidup secara harmonis. Pintu ruang dialog antaragama perlu dibuka agar mampu saling memahami satu sama lain serta melahirkan komitmen untuk menegakkan kedamaian dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Perayaan Hari Natal menjadi momentum untuk merenungkan kembali sejauh mana kita menjalankan esensi agama. Tujuan manusia dalam beragama ini dapat hidup secara damai dan harmonis. Toleransi menjadi kata kunci utama yang membuat bangsa Indonesia terus bersatu dan hidup berdampingan.

Maka masing-masing individu harus memiliki kesabaran akan tanggung jawabnya dalam merawat perdamaian di tengah peradaban. Dengan begitu kita akan benar-benar bisa melihat bagaimana indahnya kerukunan umat beragama di negara yang multikultural ini. (Dewi Arum Safitri [Editor], 2022:13-14)

Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)

Kecintaannya dalam memperjuangkan keadilan, menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama, membela nilai-nilai demokrasi, membuat Gus Dur diakui melampaui batas agama, suku, etnis, dan antargolongan. Menjaga keindonesiaan dan pluralisme merupakan harga mati bagi Indonesia. Itulah pesan Gus Dur yang terus relevan hingga hari ini.

Pasalnya, sosok Gus Dur harus tetap hidup di tengah-tengah bangsa Indonesia. Cara menghidupkan bukan sekadar dengan mengenang, melainkan dengan terus menjaga dan menerapkan gagasan-gagasannya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama.

Gus Dur hadir untuk memastikan martabat dan keutuhan negara tetap terpelihara dan terjaga. Perjuangannya dalam membela kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, berbagai aspek kehidupan lainnya tidak pernah surut. Mari kita teladani sosok yang menginspirasi ini sebagai penjaga moral bangsa, perekat keutuhan negara, dan pembela kemanusiaan akan terus dikenang oleh semua kalangan. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Ibn Ghifarie
Tentang Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 25 Des 2025, 20:41 WIB

Menunda Kepastian, Merawat Percakapan ala Richard Rorty

Richard Rorty menolak hasrat epistemologis, keinginan obsesi manusia dalam kepastian dan soloidaritas daripada objektivitas.
Richard Rorty menolak hasrat epistemologis, keinginan obsesi manusia dalam kepastian dan soloidaritas daripada objektivitas. (Sumber:Dokumentasi Penulis)
Mayantara 25 Des 2025, 17:35 WIB

Infinite Scrolling dan Hilangnya Fokus

Dalam beberapa tahun ini, mengakses media sosial menjadi ritual yang seolah tanpa batas.
Dalam beberapa tahun ini, mengakses media sosial menjadi ritual yang seolah tanpa batas. (Sumber: Pexels | Foto: Ron Lach)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 16:25 WIB

Gus Dur, Toleransi, dan Harmoni

Gus Dur hadir untuk memastikan martabat dan keutuhan negara tetap terpelihara dan terjaga. Perjuangannya dalam membela kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, berbagai aspek kehidupan
"Dialog adalah budaya perdamaian" - Abdurrahman Wahid (Sumber: Instagram | Foto: @pamerandialogperadaban)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 15:13 WIB

Banjir namun Hidup Tetap Harus Berjalan

Banjir setinggi lutut kembali merendam Komplek Griya Bandung Asri 1, Bojongsoang, menghambat mobilitas warga.
Banjir terjadi di komplek Griya Bandung Asri 1 Bojongsoang. (05/12/2025) (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 14:47 WIB

Cidulang, Cekung seperti Dulang

Di Tatar Sunda, dulang itu berbentuk seperti tabung yang mengecil di bagian bawahnya.
Gambaran seorang perempuan sedang ngakeul nasi di dalam dulang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Jelajah 25 Des 2025, 11:58 WIB

Hikayat Christmas Island, Pulau Kecil dengan Sejarah Besar di Samudra Hindia

Christmas Island menyimpan sejarah kolonial fosfat perang dunia dan migrasi lintas Asia yang membentuk identitas unik hingga kini.
Christmas Island. (Sumber: Flickr)
Beranda 25 Des 2025, 09:41 WIB

Di Sore yang Pelan, Ngafe Menjadi Ruang Rehat Warga Kota Bandung

Pada sore, ruang ini berfungsi sebagai tempat singgah yang lebih tenang, menjadi bagian dari gaya hidup warga kota dalam bekerja, beristirahat, dan mengatur ritme hidup di tengah kesibukan urban.
Coffee shop di Kota Bandung menjadi salah satu pilihan tempat untuk rehat dari rutinitas. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Beranda 25 Des 2025, 08:09 WIB

Panggung Tanpa Lampu Sorot, Cerita di Balik Suara Emas Penyanyi Jalanan Kota Bandung

Namun, rupiah yang mereka kumpulkan dengan cucuran keringat dari pagi hingga malam itu kerap harus dibayar dengan rasa waswas.
Penyanyi jalanan di perempatan Jalan Pahlawan, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 24 Des 2025, 20:45 WIB

Workshop Google AI Tools for Journalist di Bandung Bekali 28 Peserta Tingkatkan Kapasitas Media Lokal

Pelatihan intensif tersebut diikuti 28 peserta terpilih yang terdiri atas pengelola media lokal, jurnalis, serta konten kreator komunitas dari berbagai daerah.
Program Google AI Tools for Journalist yang digelar selama dua hari, 23–24 Desember 2025 di Kantor Ayo Media Network. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 17:03 WIB

Terminal Cicaheum Harus Siap Sambut Bus AKAP Double Decker

Banyaknya Bus AKAP Premium yang melirik kota Bandung sebagai trayek berpotensi tertinggi ketiga di Pulau Jawa, maka bersiap untuk banyaknya pemandangan bus Double-decker mewah melintas
Terparkir 3 Bus Gunung Harta Transport Solustions (GHTS) saat malam hari di garasi GHTS (19/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Dean Rahmani)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 16:40 WIB

Ujian Nyata Walikota Farhan: Normalisasi Sungai Cinambo atau Banjir Warisan?

Banjir Sungai Cinambo bukan sekadar dampak curah hujan, tetapi cerminan lemahnya tata kelola lingkungan Kota Bandung.
Kondisi Sungai Cinambo di Bandung Timur, yang dinilai mengalami pendangkalan dan penyempitan, menjadi bukti kegagalan tata kelola infrastruktur kota, (2 Desember 2025). (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Khansa Khairunsifa)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 15:41 WIB

Taman Lansia Bandung usai Revitalisasi: Antara Harapan Baru dan Beragam Tantangan di Lapangan

Taman Lansia Bandung hadir dengan wajah baru setelah revitalisasi, namun masih menghadapi berbagai tantangan dalam hal keamanan, fasilitas, dan pengelolaan untuk kenyamanan bersama.
Lampu taman malam hari yang menerangi jalur pejalan kaki menunjukkan suasana sepi setelah hujan mengguyur Taman Lansia pada Rabu, 3 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Hilyatul Auliya)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 15:07 WIB

Bandung Waras

Bandung harus punya otak yang waras dan hati yang peka.
Festival seni dan budaya bukan sekadar hiburan. Itu pengingat bahwa kota hidup dan waras. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 13:26 WIB

Mendidik dengan Ikhlas, Mengabdi dengan Cinta: Kisah di Balik Seragam Cokelat Herna Wati

Kisah ini mengambarkan Herna Wati yang menjadikan Pramuka sebagai ruang untuk belajar ikhlas, mandiri, dan tempatnya untuk mengabdi dengan penuh cinta.
Foto Herna Wati Pembina Pramuka MTs Baabussalaam Kota Bandung. (Foto: Lutfiah Nurrahma Faisal)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 12:23 WIB

Warisan Humanis Gus Dur bagi Bangsa yang Majemuk

Perjalanan panjang bangsa yang penuh warna dan dinamika, nama Gus Dur selalu hadir seperti lentera yang menerangi ruang-ruang gelap kemanusiaan.
Illustrasi Peringatan Haul 16 GUS DUR. (Sinan)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 09:57 WIB

Tahura Djuanda Hadirkan Wisata Edukasi Bernilai Konservasi: Batu Batik dan Flora Langka Jadi Daya Tarik Baru

Keunikan wisata Taman Hutan Raya Ir. Djuanda menjadi daya tarik.
Anggrek terkecil di dubia jadi bintang baru kawasan konservasi (04/11/2025) (Sumber: Dok.pribadi | Foto: Nazwa Revanindya)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 09:29 WIB

Remaja dan Luka Sunyi Dunia Maya

Opini ini mengajak pembaca menyelami sisi gelap dunia maya yang kian membelenggu remaja Indonesia.
Seorang remaja duduk terpukul di tengah serangan komentar kasar dan ejekan di media sosial. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: jajang shofar)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 08:47 WIB

Masyarakat Bandung Sudah Bersahabat dengan Gelapnya Jalanan Kota Bandung

Masyarakat Bandung sudah pasrah dengan penerangan jalan yang tidak kunjung diperbaiki oleh Wali Kota Bandung.
Suasana jalanan daerah Tegallega di jam 21.00 WIB yang sudah tidak terlihat oleh pengendara, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis Foto: Nadya Ulya Zagita)
Ayo Jelajah 23 Des 2025, 21:48 WIB

Sejak Kapan Pohon Cemara Digunakan jadi Hiasan Natal?

Tradisi pohon Natal berakar dari kebiasaan masyarakat Eropa kuno yang memuliakan tanaman hijau di tengah musim dingin, jauh sebelum Natal dirayakan secara modern.
Ilustrasi Pohon Cemara saat Natal.