Air meteorik yang tercurah di Gunung Halimun di perbatasan antara Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat, ditangkap oleh tajuk hutan, diresapkan oleh akar-akar yang menjalar, menembus jauh ke dalam menjadi airtanah. Para peneliti panasbumi di kawasan ini telah mengukur umur batuan yang dihasilkan Gunung Halimun sekitar 170.000 - 500.000 tahun yang lalu.
Pascaletusan terakhirnya, sisa panas magma yang masih tersimpan di dalam tubuh Gunung Halimun dan tubuh intrusi, telah memanaskan dan mengubah batuan sedimen dan batuan vulkanik, yang berguna sebagai lapisan penudung yang mendidihkan air tanah yang meresap di liang-liang renik batuan. Panas inilah yang terhubung ke sumber air tanah yang memiliki kecepatan aliran yang tinggi.
Sesar dengan arah utara –selatan dan berarah timur laut– barat daya, menoreh kawasan perbukitan yang bertebing curam dan berlembah dalam, menjadi alat pengontrol arah resapan airtanah dan sistem panasbumi, serta menjadi jalan bagi kemunculan gejala panasbumi di permukaan.
Setelah meresap di ketinggian +1.720 m dpl, airtanah itu terus menurun ke selatan sejauh 24 km. Di daerah yang bertopografi rendah, di ketinggian +80 m dpl, yang bercampur dengan aliran sungai di daerah Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, keluar menjadi air panas dengan temperatur 90 derajat C, yang mengeluarkan uap air yang menyembur ke udara. Di sekitar semburan geiser itulah para pengunjung bergembira berendam di air hangat alami.
Pada saat air panas dengan temperatur sekitar 150 derajat C melewati lapisan batu kapur di kedalaman, telah melarutkan batu kapur, kemudian keluar di mataair. Setelah mengalami pendinginan, larutan batu kapur itu membentuk endapan travertin (CaCO3).
Gejala panasbumi di permukaan seperti geiser, mataair panas yang terdapat di Cisolok, menjadi penanda adanya potensi panas bumi yang terbentuk secara alami di bawah permukaan. Panasbumi itu ada karena terdapatnya proses pemanasan yang bersumber dari panas bumi yang tersimpan di tubuh gunung dan tubuh intrusi, dan tersedianya airtanah yang terpanasi.
Jadi, syarat-syarat yang menjadikan sistem panasbumi akan berlangsung optimal, bila tersedianya air tanah, adanya batuan pemanas, terdapat batuan yang sarang, dan adanya batuan penutup. Karena menuntut tersedianya air tanah yang berkelanjutan, berkesinambungan, maka menjaga keutuhan hutan di kawasan panas bumi adalah keniscayaan.
Adanya geiser dan mata air panas yang terdapat di Cisolok, sudah sejak lama memberikan kebahagiaan dan kesehatan bagi warga yang memanfaatkannya. Penataan kawasan sungai di sekitar semburan geiser dan mata air panas, harus mengetahui dengan benar karakter buminya, dan mengetahui apa yang menjadi kekuatan gejala kebumiannya.
Baca Juga: Gambar Karya para Toala di Leang Sumpangbita
Dengan mengetahui apa yang menjadi karakter bumi dan kekuatan gejala kebumiannya, semoga tidak keliru dalam penataannya, dalam pembangunannnya. Sesuai namanya, fasilitas yang dibangun kemudian sebagai fasilitas pendukung di destinasi wisata, dibangun untuk mendukung, untuk menunjang, agar semakin menguatkan karakter buminya, agar semakin tertata rapi fasilitasnya, semakin aman bagi pengunjung, semakin nyaman, dan semakin memberikan kepuasan.
Sebaliknya, bila penataan dan pembangunannya justru tidak mengetahui karakter bumi dan kekuatan gejala kebumian yang akan ditonjolkan, maka banyak terjadi di berbagai destinasi wisata, hasil penataannya malah memperburuk keadaan lingkungan, seperti bangunan, fagar, toilet, bangku-bangku, gazebo, menutupi yang menjadi kekuatan buminya.
Sebagai contoh yang sudah banyak terjadi saat ini, seperti bangunan-bangunan yang menutupi pantai yang menjadi kekuatan wisata di sana. Banyak sekali bangunan-bangunan yang dibangun baru, yang menutupi bentang alam yang megah yang menjadi kekuatan kawasan itu.
Begitu pun penataan lingkungan geiser Cisolok, harus memperhitungkan lokasi atau keberadaan geiser di tengah sungai. Penataannya harus dirancang dan dibangun untuk meningkatkan kualitas destinasi tersebut. Konsep penataannya harus fungsional, misalnya sangat penguat pinggir sungai harus dirancang secara fisik, namun juga untuk memudahkan evakuasi dari sungai ke tempat aman, bila terjadi hal kedaruratan.
Baca Juga: Nilai Penting Pembakuan Eksonim Negara
Dalam keadaan tenang, fasilitas itu dapat dimanfaatkan menjadi fasilitas pendukung yang memperkuat destinasi wisata. Misalnya menjadi tempat duduk-duduk sambil merendam kaki di aliran sungai, rehat sejenak bila merasa lelah bermain di air hangat.
Walaupun fasilitas yang dibangun itu berfungsi untuk menguatkan pinggir sungai, tetapi pembangunannya tetap harus memperhitungkan estetika, dengan konstruksi yang aman bagi pengunjung, dan memudahkan evakuasi. Misalnya, karena sangat terhubung dengan air, maka material bangunannya bukan material yang licin saat terkena air, sehingga menjadi tidak aman bagi pengunjung.
Penataan lingkungan pinggir sungai dan sempadan sungainya di destinasi wisata geiser Cisolok itu tidak sekedar dikuatkan dengan menembok atau membeton tegak, seperti kebanyakan cara menguatkan pinggir sungai saat ini. Sehingga tak ada bedanya antara sungai sebagai destinasi wisata dengan sungai yang salah satu fungsinya sekedar untuk menguatkan pinggiran sungai.
Berwisata air di aliran sungai di sekitar geiser Cisolok, harusnya tidak sekedar berendam, tapi dengan penataan yang baik, benar, indah, kuat, yang menyatu dengan fungsi evakuasi untuk keselamatan pengunjung, semuanya itu dapat mempertinggi nilai keberadaan destinas geiser Cisolok. (*)
Podcast Terbaru Ayobandung: