Gambar Karya para Toala di Leang Sumpangbita 

T Bachtiar
Ditulis oleh T Bachtiar diterbitkan Kamis 12 Jun 2025, 16:22 WIB
Gambar yang terdapat di dalam Goa Sumpangbita. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)

Gambar yang terdapat di dalam Goa Sumpangbita. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)

Dalam ruang sempit di dalam goa, ada teriakan-teriakan yang saling bersahutan, seolah memberikan arahan ke mana babirusa itu berlari. Terdengar suara anjing yang terus menyalak, terus berlari mengejar buruannya di lereng perbukitan. Teriakan-teriakan, gumam penuh harapan, alunan permintaan, pujian kepada ruh nenek moyang, agar pada saat berburu nanti, kelompoknya mendapatkan binatang buruan yang diharapkan. Lantunan harapan yang diucapkan, yang diteriakan dalam puji-pujian, dan tepukan yang memberikan isyarat. Binatang yang diharapkan dalam perburuan nanti, kemudian digambarkan di dinding goa dengan oker. Iringan suara yang menggambarkan perburuan di belantara yang nyata. Wujud binatang yang digambar sebagai perwujudan harapan, terasa hadir begitu nyata, terekam dalam pikiran masing-masing, mewujud dalam gerak berlari saat berburu nanti, dalam gerak menjerat, dalam gerak melempar, dalam gerak menangkap, dan dalam gerak menggendong hasil buruannya ke dalam goa. Gambar tangan dengan jari-jari yang terbuka, merupakan harapan dan kegembiraan penuh sorak-sorai, ketika binatang buruan itu berhasil didapatkan. 

Dalam bayangan saya, gambar yang terlukis di dinding goa itu, bukan sekedar gambar binatang buruan, sekedar gambar lengan manusia. Tapi, di dalam gambar itu terekam gerak perburuan, terekam teriakan-teriakan, harapan, arahan, kegembiraan, dan religi.

Itulah kilasan kesan pribadi saat menyaksikan gambar goa di beberapa goa yang terdapat di Maros Pangkep, seperti di Goa Sumpangbita. Ada jalan tembok satu meter atau lebih lebarnya, bergelombang naik-turun lereng bukit kapur, menghubungkan Taman Purbakala Sumpangbita di ketinggian 80 m dpl sampai Gua Sumpangbita di ketinggian 280 m dpl. Goa ini berada di lereng Timurlaut Bukit Bulubita (+380 m dpl). 

Gua Sumpangbita merupakan satu dari banyak goa di Maros Pangkep. Di dinding goa, di langit-langit goa, banyak terdapat gambar yang dibuat oleh toala, manusia hutan yang tinggal di dalam leang (goa). Gambar-gambar tangan dengan jari-jarinya yang terbuka, gambar telapak kaki, gambar binatang seperti babirusa, gambar perahu, dan gambar-gambar lainnya yang sudah memudar dilakukan alam.

Baca Juga: 6 Tulisan Orisinal Terbaik Mei 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta untuk Netizen Aktif Berkontribusi

Gambar-gambar yang tersebar di Maros Pangkep itu dibuat oleh manusia modern awal yang menjelajahi Pulau Sulawesi. Mereka datang secara bergelombang, berselang waktu ribuan tahun, lalu menjelajahi sudut-sudut daratan. Ada yang menetap beranak-pinak, ada juga yang melanjutkan penjelajahan ke pulau-pulau yang yang berserakan di atas gelombang lautan. Mereka mengarungi lautan, berlabuh di muara sungai, pelabuhan alami yang memberikan perlindungan dan kemudahan untuk menambatkan perahunya, di pulau-pulau yang sekiranya dapat memberinya penghidupan. Begitulah seterusnya, dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, secara bergelombang, Homo sapiens mengarungi lautan sampai di Sulawesi Selatan, sampai di Pulau Selayar, di Pulau Flores, di Pulau Timor, di Pulau Alor, menerus sampai di Australia.

Gua kapur itu berada di Kampung Sumpangbita, Desa Bollocibaru, Kecamatan Bolloci, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan. Nama goa Sumpangbita merupakan gabungan dari kata sumpang dan bita, yang berarti gerbang menuju (kampung) Bita. Dari Maros, goa ini dapat dicapai dengan berkendara selama setengah jam, dan dari Kota Makassar sekitar satu jam. 

Goa-goa alami yang kemudian dihuni oleh para Homo sapiens yang telah mengarungi samudra dan menjelajahi di kaki barat Pulau Sulawesi. Antara 40 juta hingga 15 juta tahun yang lalu, kawasan karst Maros-Pangkep ini berupa laut dangkal yang jernih. Kemudian kawasan ini terangkat secara evolutif. Setelah di permukaan, batukarang itu terkena pengaruh iklim, panas-dingin, hujan, ditumbuhi pepohonan, kemudian mewujud menjadi kawasan karst Maros-Pangkep seperti yang ada saat ini, dengan goa-goa yang kemudian dihuni oleh manusia awal di pulau ini.

Goa-goa yang menyimpan rekam jejak kehidupan Homo sapiens itu sangat tinggi nilainya, yaitu: Leang Bulusipong, Leang Jing, Leang Lompoa, Leang Sumpangbita, dan Leang Timpuseng. Jajaran bukit-bukit kars itu mempunyai fungsi ekologis yang dapat menjaga keseimbangan ekosistem karst. Ronabumi yang megah inilah yang menjadi daya tarik Homo sapiens sejak 45.000 tahun yang lalu, untuk menjelajahi kawasan ini, dan tinggal di goa-goa yang dapat memberikan perlindungan dan kemudahan dalam mencari makanan, dan pasokan air jernih dari mataair. 

Penelitian-penelitian gabungan antara para peneliti luar Negeri dengan para peneliti Indonesia, telah mengukur umur kehidupan di goa-goa di Maros Pangkep. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa goa-goa itu pernah dihuni oleh Homo sapiens sejak 45.000 tahun yang lalu, menerus pada 44.000 tahun yang lalu, 42.000 tahun yang lalu, 39.700 tahun yang lalu, 32.000 tahun yang lalu, dan diketahui ada yang tinggal di sana 12.000 tahun tahun yang lalu.

Gambar-gambar di dalam goa itu merupakan kisah visual tentang manusia, perahu, dan mamalia darat yang hidup di kawasan itu, seperti: anoa, babi kutil, dan babirusa. Homo sapiens yang menghuni awal goa-goa di Maros Pangkep itu memilih ruang goa untuk tinggal dan berkehidupan, misalnya dasar goanya kering, tidak bau goano, dekat dengan sumber air, dan dari mulut goa itu dapat melihat bentangalam yang megah.

Baca Juga: Ketentuan Kirim Artikel ke Ayobandung.id, Total Hadiah Rp1,5 Juta per Bulan

Goa-goa kapur di Maros Pangkep ini mempuyai nilai yang sangat tinggi dan penting dalam perkembangan budaya, bukan saja budaya manusia Indonesia, tapi perkembangan budaya manusia di dunia. Oleh karena itu, segala bentuk pengrusakan dan yang dapat mengganggu keutuhan lingkungan goa dan gambar goa, harus dicegah.

Masih ada satu hal yang belum tergali sampai saat ini, yaitu, hasil karyanya terabadikan di dalam goa-goa di Maros Pangkep, namun para penggambarnya belum ditemukan bagian organ tubuh yang dapat terawetkan selama puluhan ribu tahun. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 31 Okt 2025, 14:01 WIB

Balqis Rumaisha, Hafidzah Cilik yang Berprestasi

Sebuah feature yang menceritakan seorang siswi SMP QLP Rabbani yang berjuang untuk menghafal dan menjaga Al-Qur'an.
Balqis Rumaisha saat wawancara di SMP QLP Rabbani (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 13:01 WIB

Antara Kebebasan Berpendapat dan Pengawasan Digital: Refleksi atas Kasus TikTok di Indonesia

Artikel ini membahas polemik antara pemerintah Indonesia dan platform TikTok terkait kebijakan pengawasan digital.
Artikel ini membahas polemik antara pemerintah Indonesia dan platform TikTok terkait kebijakan pengawasan digital. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 11:12 WIB

Self-Care ala Korea: dari Rutinitas Skincare ke Gaya Hidup Positif

Glowing bukan cuma dari skincare, tapi juga dari hati yang tenang.
Penggunaan skincare rutin sebagai bentuk mencintai diri sendiri. (Sumber: Pexels/Rheza Aulia)
Ayo Jelajah 31 Okt 2025, 09:46 WIB

Hikayat Pembubaran Diskusi Ultimus, Jejak Paranoia Kiri di Bandung

Kilas balik pembubaran diskusi buku di Toko Buku Ultimus Bandung tahun 2006, simbol ketegangan antara kebebasan berpikir dan paranoia anti-komunis.
Ilustrasi pembubaran diskusi di Ultimus Bandung.
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 09:39 WIB

Kala Cinta Tak Secepat Jadwal Keluarga, Realita Film 'Jodoh 3 Bujang'

Kisah tiga bersaudara yang harus menikah bersamaan demi tradisi.
Salah satu adegan di film 'Jodoh 3 Bujang'. (Sumber: Instagram/Jodoh 3 Bujang)
Ayo Jelajah 31 Okt 2025, 08:38 WIB

Hikayat Janggal Pembunuhan Brutal Wanita Jepang Istri Pengacara di Bandung

Polisi menemukan jasadnya dengan pisau masih menancap. Tapi siapa pembunuhnya? Dua dekade berlalu, jawabannya hilang.
Ilustrasi (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 07:50 WIB

Menepi Sejenak Menikmati Sore di Bandung Utara

Kamakarsa Garden adalah salah satu tempat yang bisa dikunjungi di daerah Bandung Utara untuk sejenak menepi dari hingar-bingar perkotaan.
Kamakarsa Garden (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 19:42 WIB

Perempuan Pemuka Agama, Kenapa Tidak?

Namun sejarah dan bahkan tradisi suci sendiri, tidak sepenuhnya kering dari figur perempuan suci.
Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. (Sumber: Pexels/Mohamed Zarandah)
Beranda 30 Okt 2025, 19:40 WIB

Konservasi Saninten, Benteng Hidup di Bandung Utara

Hilangnya habitat asli spesies ini diperkirakan telah menyebabkan penurunan populasi setidaknya 50% selama tiga generasi terakhir.
Leni Suswati menunjukkan pohon saninten. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 17:33 WIB

Mental Mengemis sebagai Budaya, Bandung dan Jalan Panjang Menuju Kesadaran Sosial

Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan.
Stigma terhadap pengemis di kota besar seperti Bandung bukan hal baru. Mereka kerap dilabeli sebagai beban sosial, bahkan dianggap menipu publik dengan kedok kemiskinan. (Sumber: Pexels)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 17:24 WIB

Review Non-Spoiler Shutter versi Indonesia: Horor lewat Kamera yang Tidak Biasa

Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004).
Shutter (2025) adalah sebuah film remake dari film aslinya yang berasal dari Negeri Gajah Putih (Thailand), yaitu Shutter (2004). (Sumber: Falcon)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 16:33 WIB

Sastra dan Prekariat: Ketimpangan antara Nilai Budaya dan Realitas Ekonomi

Kehidupan penulis sastra rentan dengan kondisi prekariat, kaum yang rentan dengan kemiskinan.
Para penulis yang mengabdikan diri pada sastra terjebak dalam kondisi prekariat—kelas sosial yang hidup dalam ketidakpastian ekonomi. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 15:56 WIB

Dorong Kolaborasi dan Literasi Finansial, Sosial Media Meetup Bakal Digelar di Bandung

Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang.
Indonesia Social Media Network (ISMN) yang digagas Ayo Media Network akan menggelar kegiatan ISMN Meetup 2025 di Bandung, pada 2 Desember 2025 mendatang. (Sumber: dok. Indonesia Social Media Network (ISMN))
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:43 WIB

Gaya Komunikasi Teknokrat

Komunikasi dalam pemerintahan sejatinya dipakai untuk saling mendukung dalam mensukseskan program atau kebijakan pemerintah untuk publik.
Purbaya sebagai seorang figur dan representasi pemerintah, gaya komunikasi menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya, dan selalu menjadi sorotan. (Sumber: inp.polri.go.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 15:13 WIB

Sarkanjut, Cekungan Berair yang Tersebar Luas

Toponimi Sarkanjut, gabungan dari kata sar dan kanjut, secara arti kata, sarkanjut adalah kantong yang banyak tersebar di kawasan itu.
Citra satelit Situ Sarkanjut, di Tambaksari, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Jelajah 30 Okt 2025, 14:42 WIB

Sejarah Stadion Sidolig, Saksi Bisu Perjuangan Sepak Bola Bandung

Sidolig dulunya simbol diskriminasi di Hindia Belanda, kini jadi saksi lahirnya legenda-legenda Persib Bandung.
Pertandingan antara SIDOLIG dengan de Militaire Gymnastiek- en Sportschool. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 14:41 WIB

Penguatan Fondasi Numerasi melalui Kelas Berhitung Sederhana

Numerasi merupakan kemampuan dasar yang menjadi fondasi penting bagi anak-anak dalam memahami berbagai aspek perhitungan di kehidupan.
Kelas mengitung sederhana di padepokan kirik nguyuh(11/10/2025)
Ayo Biz 30 Okt 2025, 14:36 WIB

Kemacetan Bandung Bukan Sekadar Lalu Lintas, Ini Soal Kesadaran Kolektif

Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 13:15 WIB

Inspirasi dari Kampung Nyalindung, Petani Inovatif yang Mengubah Desa

Seorang petani biasa yang mengubah desanya daei sektor pertanian.
Petani Biasa yang mengubah desa dari sektor pertanian, Ahmad Suryana asal kampung nyalindung. (Foto: fikri syahrul mubarok/Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 30 Okt 2025, 11:11 WIB

Nongkrong Estetik Tanpa Khawatir Kantong Jebol

Mau nongkrong santai, nugas bareng, atau sekadar hunting foto estetik, semua bisa kamu lakuin di sini tanpa takut kantong jebol!
 (Sumber: Akun Instagram @hangout Oi_)