Lembur Jurig Kiaracondong: Rumah Hantu dalam Gang, Penggerak Kreativitas dan Kemandirian Ekonomi Warga

Ikbal Tawakal
Ditulis oleh Ikbal Tawakal diterbitkan Selasa 21 Okt 2025, 09:15 WIB
Karang Taruna di RW 5 Sukapura, Kecamatan Kiaracondong menggelar Lembur Jurig setiap sabtu malam yang diminati ratusan pengunjung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Karang Taruna di RW 5 Sukapura, Kecamatan Kiaracondong menggelar Lembur Jurig setiap sabtu malam yang diminati ratusan pengunjung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

AYOBANDUNG.ID - Langit malam Minggu lalu yang cerah di RW 05 Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, seketika berubah menjadi malam yang mencekam bagi para peserta uji nyali rumah hantu “Lembur Jurig”. Di Jalan Sukapura menuju Gang Gepe, barisan peserta—kebanyakan anak-anak—mengular menunggu gerbang dunia lain dibuka.

Saat panitia masih bersiap, hujan deras tiba-tiba turun pukul 19.30 WIB, tepat sebelum acara Lembur Jurig dimulai. Anak-anak berhamburan dari meja pendaftaran mencari tempat berteduh.

Panitia Lembur Jurig sempat panik, khawatir hujan tak kunjung reda. Para pemain hantu seperti pocong dan kuntilanak yang sudah berdandan pun ikut berlarian mencari tempat aman.

“Semoga cepat reda, meskipun vibes-nya akan menambah kehororan, tapi kalau deras banget kasian talent dan peserta,” kata Ketua Karang Taruna RW 05 Sukapura, Radew (26), dengan tenang di belakang panggung, Sabtu, 18 Oktober 2025.

Harap-cemas dan keyakinan bahwa hujan akan berhenti tepat pukul 20.00 WIB terdengar di ruang belakang Balai RW 05. Panitia dan para hantu berharap Tuhan mendengar doa mereka malam itu.

Sembilan menit kemudian, doa itu terkabul. Hujan berhenti dan mereka kembali ke pos masing-masing. Meski ada peserta yang pulang, tak sedikit yang tetap bertahan menunggu pintu gerbang dibuka.

Seorang pemuda mempersiapkan hiasan untuk membuat kesan Lembur Jurig semakin seram. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Seorang pemuda mempersiapkan hiasan untuk membuat kesan Lembur Jurig semakin seram. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Kolaborasi

Ketenangan saat kondisi di luar kendali itu hadir dari sosok konseptor Lembur Jurig, Indra Lesmana (34). Bukan warga asli RW 05, pria asal Pasir Koja itu bercerita tentang bagaimana konsep rumah hantu dalam gang ini tercetus untuk menggerakkan ekonomi, kreativitas, dan wisata malam bagi warga yang terlibat.

"Nama Kampung Setan muncul di awal, tapi kemudian karena kami di Bandung dan orang Sunda, maka biar lebih lokal akhirnya dipilih nama Lembur Jurig," kata Indra.

Indra yang tampil seperti seniman—selendang di leher, dan tas kecil di pinggang mirip gaya Ariel saat masih di band Peterpan dulu—mengisahkan bahwa pertemuan konsep Lembur Jurig dengan RW 05 Sukapura berawal dari obrolan dari teman ke teman.

"Setiap acara 17 Agustusan, karang taruna di sini selalu mengadakan acara puncak yang diisi oleh penampilan kesenian. Ketika konsep rumah hantu dalam gang ini disodorkan, Adew sebagai perantara dengan warga mendapat dukungan," ujar pria lulusan sekolah multimedia tersebut.

Akhirnya, pada akhir Agustus 2025, season pertama episode pertama berjudul “Sasat Sandekala” resmi dibuka. Sebanyak 80 tiket seharga Rp5 ribu habis terjual, bahkan episode kedua mencapai 130 tiket. Pada season kedua bertajuk “Penjara Arwah Tumbal”, episode pertama menjual 160 tiket, dan episode kedua 80 tiket.

Hingga kini, Lembur Jurig telah digelar empat kali dan total 450 tiket ludes terjual.

"Season awal gang yang kami pakai itu berjarak 240 meter, untuk season kedua lebih pendek jadi 140 meteran. Pemilihan gang pun berdasarkan urban atau cerita horor masyarakat di sini," tuturnya.

Meski mendapat dukungan warga, Indra mengisahkan bahwa di season awal hampir seluruh talent jurig mengalami kesurupan massal. Peristiwa di luar kendali itu membuat suasana semakin mencekam. Beruntung, ada sesepuh yang juga menjadi penasihat dan membantu mengendalikan situasi.

"Wah itu chaos, awalnya ada talent satu perempuan menangis, terus merembet ke talent yang lain. Acara kami setop dulu, nah itu bingung juga soalnya peserta udah numpuk di luar," katanya.

Seorang pemain hantu-hantuan Lembur Jurig merias wajahnya agar bisa tampil menakutkan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Seorang pemain hantu-hantuan Lembur Jurig merias wajahnya agar bisa tampil menakutkan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Pasar Malam dan Ekonomi yang Bergerak

Secara ekonomi, Lembur Jurig menjadi ladang penghasilan bagi anggota Karang Taruna RW 05. Uang dari penjualan tiket dikumpulkan untuk membeli make-up artistik, perlengkapan, dan properti pendukung.

Para pemeran jurig, penata rias, pemusik, hingga penata artistik tak menggunakan jasa luar. Semua dikerjakan sendiri, mulai dari persiapan hingga penutupan yang biasanya selesai sekitar pukul 23.00 WIB. Alhasil, uang dari tiket kembali berputar untuk gelaran berikutnya.

"Uang yang terkumpul juga dibelikan lagi make-up, properti, dan artistik lain. Karena pengelola juga anggota karang taruna, kalau ada lebihnya pun kami tabung untuk kas," kata Radew menambahkan.

"Jadi kami enggak mau setiap ada acara Karang Taruna itu minta sumbangan ke warga," tegasnya.

Radew menjelaskan bahwa tujuan Lembur Jurig bukan sekadar mencari profit, tetapi juga menyalurkan kreativitas anak-anak muda untuk berkarya. Meski ada nilai ekonomi, itu bukan tujuan utama.

Di sisi lain, Radew yang berlatar pendidikan manajemen berharap suatu hari bisa menghadirkan pasar malam yang melibatkan UMKM, terutama warga sekitar RW 05.

"Di depan kan ada lapang, mimpi besar saya sebetulnya bisa membuat pasar malam. Ekonomi warga bisa ikut bergerak mungkin karena ada lapak berjualan. Untuk sekarang kan rata-rata pedagang yang dari luar aja, bukan warga sini," ucapnya.

"Saya asli orang sini, jadinya bangga aja bisa menggerakan muda-mudi untuk berkarya. Makanya setiap ada kegiatan yang positif, saya mah gas," sambungnya.

Gang yang dijadikan lokasi Lembur Jurig. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Gang yang dijadikan lokasi Lembur Jurig. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Tiga bulan berjalan, Lembur Jurig melejit dari segi peminat, interaksi di media sosial, hingga menjadi percontohan bagi karang taruna lain di Kiaracondong.

Dalam empat kali event jumlah tiket yang ludes dijual bisa mencapai 450 lembar. Selain itu, pengikut di akun Instagram lemburjurig terus bertambah hingga sekarang mencapai 4.252. Acara ini juga inspirasi bagi wilayah lain. Ini menjadi capaian positif yang patut dijaga.

"Dari wisata malam ke kemandirian ekonomi warga. Itu yang kami rencanakan. Meski masih skala kecil, Lembur Jurig telah menjadi buah bibir di karang taruna lain, mereka penasaran dan ingin mencontoh bagaimana bisa kami berproduksi," tutur Adew.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Okt 2025, 11:55 WIB

Dari 2 Siluman sampai Sekarang, Perkembangan Film Horror di Indonesia

Apakah kamu tahu bagaimana perkembangan film horror di Indonesia? Mari menelisik sejarah.
Berbagai Genre Film Horror Indonesia. (Sumber: Kolase Poster Film)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 10:02 WIB

Relevansi Tingkat Pengangguran, Pola Konsumsi, Limbah Makanan, dan Krisis Iklim

Di tengah fakta Jawa Barat yang masuk sebagai kategori provinsi termiskin di Indonesia.
Fakta Jawa Barat sebagai provinsi termiskin ke dua justru berbanding terbalik dengan pola konsumsi yang tinggi yang menghasilkan limbah terbanyak kedua setelah limbah styrofoam. (Sumber: Freepik)
Beranda 21 Okt 2025, 09:15 WIB

Lembur Jurig Kiaracondong: Rumah Hantu dalam Gang, Penggerak Kreativitas dan Kemandirian Ekonomi Warga

Dari wisata malam ke kemandirian ekonomi warga. Itu yang kami rencanakan. Meski masih skala kecil, Lembur Jurig telah menjadi buah bibir di karang taruna lain.
Karang Taruna di RW 5 Sukapura, Kecamatan Kiaracondong menggelar Lembur Jurig setiap sabtu malam yang diminati ratusan pengunjung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 08:58 WIB

Menyelamatkan Kebosanan Beragama dari Para Penganutnya

Agama mengubah dunia dengan cara yang sangat manusiawi, lewat cerita, kebersamaan, simbol, dan upacara.
Agama mengubah dunia dengan cara yang sangat manusiawi, lewat cerita, kebersamaan, simbol, dan upacara. (Sumber: Pexels/Muhammed Zahid Bulut)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 07:13 WIB

Ironi Kota Inovasi: Bandung Raya Tereliminasi dari 10 Besar Kabupaten Kota Berkelanjutan 2025

Refleksi analitis atas pengumuman UI GreenCityMetric 2025 dan relevansinya bagi Bandung Raya
Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Pexels/Matafanaku)
Ayo Biz 20 Okt 2025, 20:21 WIB

Gowes di Kota Kembang, Sepeda Menjadi Simbol Gaya Hidup Sehat dan Peluang Bisnis Berkelanjutan

Hiruk pikuk lalu lintas di Kota Bandung tak lagi hanya didominasi oleh deru mesin mobil dan motor. Kini, sepeda turut meramaikan jalanan, menjadi simbol baru gaya hidup sehat.
Hiruk pikuk lalu lintas di Kota Bandung tak lagi hanya didominasi oleh deru mesin mobil dan motor. Kini, sepeda turut meramaikan jalanan, menjadi simbol baru gaya hidup sehat. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 19:46 WIB

Semangat Berkarya sebagai Anak Muda

Berkarya adalah bagian dari perjalanan hidup manusia untuk mengekspresikan dirinya.
Ilustrasi anak muda yang semangat berkarya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 18:39 WIB

Pentingkah Green City Metric bagi Clean Government?

UI Green City Metric adalah pemeringkatan oleh Universitas Indonesia yang menilai keberlanjutan kota/kabupaten di Indonesia.
Masjid Al-Jabar di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Andry Sasongko)
Ayo Biz 20 Okt 2025, 17:26 WIB

Pariwisata Berbasis Media Sosial, Gen Z sebagai Penentu Tren dan Narasi Wisata

Gen Z menawarkan pendekatan baru dalam menikmati perjalanan. Tak sekadar melancong, tapi juga membangun identitas digital melalui setiap langkah kaki dan jepretan kamera.
Gen Z menawarkan pendekatan baru dalam menikmati perjalanan. Tak sekadar melancong, tapi juga membangun identitas digital melalui setiap langkah kaki dan jepretan kamera. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 20 Okt 2025, 15:52 WIB

Gerakan Komunitas Ibu Profesional, Ketika Permainan Menyatukan Keluarga dan Menghidupkan Ketahanan Sosial

Komunitas Ibu Profesional menanamkan keyakinan bahwa ketahanan keluarga bukan sekadar konsep, melainkan perjuangan nyata yang bisa dimulai dari hal sederhana seperti bermain bersama.
Komunitas Ibu Profesional menanamkan keyakinan bahwa ketahanan keluarga bukan sekadar konsep, melainkan perjuangan nyata yang bisa dimulai dari hal sederhana seperti bermain bersama. (Sumber: Ist)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 15:09 WIB

Dari Kekacauan Menjadi Dunia Penuh Emosional, Review Film Everything Everywhere All at Once

Film Everything Everywhere All At Once menghadirkan kekacauan visual yang indah.
Adegan film Everything Everywhere All at Once. (Sumber: primevideo.com/-/id/detail/Everything-Everywhere-All-At-Once)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 13:02 WIB

Bandung dan Paradoks Keberlanjutan: Antara Data, Fakta, dan Kesadaran Warga

Keberlanjutan sejati tidak selalu tercatat dalam data, terkadang ia tumbuh dari kesadaran warga yang terus berbenah.
Jembatan ikonik Jalan Asia Afrika. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Magang Foto/Ilham Ahmad Nazar)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 12:00 WIB

Lalapan dan Spirit Keugaharian

Kalau kita bicara makanan Sunda, hampir pasti yang pertama kali muncul di kepala adalah lalapan.
Kalau kita bicara makanan Sunda, hampir pasti yang pertama kali muncul di kepala adalah lalapan. (Sumber: Unsplash/Keriliwi)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 11:20 WIB

Permasalahan Sampah Styrofoam di Kota Bandung

Bandung yang pernah dinobatkan sebagai pionir di Indonesia dalam pelarangan penggunaan styrofoam, justru fakta berkata lain saat ini.
Ilustrasi Lautan Sampah Styrofoam (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 10:13 WIB

Ayah yang Hilang, Sistem yang Salah: Menelisik Fenomena Fatherless

Ketidakhadiran ayah bukan semata masalah rumah tangga, tapi cermin dari tatanan ekonomi dan budaya yang salah arah.
fatherless, ketiadaan figur ayah, baik secara fisik maupun psikis, dan kini menjadi masalah sosial yang semakin meluas di Indonesia. (Sumber: Pexels/Duy Nguyen)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 09:43 WIB

Seiji Takaiwa, Sosok di Balik Kostum Legendaris Kamen Rider dan Super Sentai

Membahas perjalanan aktor dan stuntman bernama Seiji Takaiwa yang sudah menjadi stuntman dalam serial Kamen Rider dan Super Sentai.
Seiji Takaiwa. (Sumber: Instagram/KAMEN RIDER BLACK/RX)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 07:40 WIB

Mengapa Tidak Satu pun dari Bandung Raya Masuk 10 Besar UI GreenCity Metrics 2025?

Bandung Raya gagal menembus 10 besar UI GreenCity Metrics 2025 karena lemahnya berbagai faktor penting.
Dago, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 19:51 WIB

Bandung dan Gagalnya Imajinasi Kota Hijau

Menjadi kota hijau bukan sekadar soal taman dan sampah, tapi krisis cara berpikir dan budaya ekologis yang tak berakar.
Taman Film di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 18:34 WIB

Ketika Layar Mengaburkan Hati Nurani: Belajar dari Filsuf Hume di Era Society 5.0

Mengekpresikan bagaimana tantangan prinsip moral David Hume di tengah-tengah perkembangan tekonologi yang pesat.
Pengguna telepon pintar. (Sumber: Pexels/Gioele Gatto)
Ayo Jelajah 19 Okt 2025, 13:59 WIB

Hikayat Kasus Pembunuhan Grutterink, Landraad Bandung jadi Saksi Lunturnya Hegemoni Kolonial

Kisah tragis Karel Grutterink dan Nyai Anah di Bandung tahun 1922 mengguncang Hindia Belanda, mengungkap ketegangan kolonial dan awal kesadaran pribumi.
De Preanger-bode 24 Desember 1922