AYOBANDUNG.ID -- Seluruh masyarakat Indonesia pasti sepakat bahwa kondisi ekonomi saat ini sedang serba sulit. Gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) terjadi silih berganti di berbagai perusahaan lintas industri. Selain itu, banyak toko-toko gulung tikar karena sepi pembeli.
Benturan ekonomi yang luar biasa dahsyat ini pun dirasakan oleh para pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Bahkan, banyak di antara mereka yang mengaku pusing tujuh keliling menghadapi ujian bisnis yang bertubi-tubi.
Pemilik usaha kue kering, Ani Widiastuti mengaku sudah hampir putus asa menghadapi kondisi tersebut. Namun keberadaan karyawan menjadi satu-satu penyemangat bagi dirinya untuk mempertahankan usaha.
Perempuan pemilik brand kuliner Nukuma itu mengaku ada penurunan penjualan di tahun ini. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menjadikan tahun ini sebagai momen evaluasi secara besar-besaran terhadap bisnisnya.
"Kita nggak terlalu ekspansi untuk distribusi. Jadi tahun ini kita evaluasi semua proses manajemen, produk, dan brand," ungkap Ani pada Ayobandung.id, Kamis, 1 April 2025.
Menurutnya, momen berat penurunan bisnis kuliner terjadi selama musim Lebaran 2025. Jika di tahun-tahun sebelumnya, selalu ada orderan hampers dan kue kering, tahun ini sama sekali tidak ada.
"Bahkan ada teman (pemilik usaha kue kering lain) yang sudah stock barang untuk Idul Fitri, tapi barangnya tidak keluar sama sekali," ungkap Ani.
Selain itu, Bulan Ramadhan yang biasanya ramai event, tahun ini benar-benar sepi. Ani meneritakan, di tahun 2024, setidaknya ada event yang biasa ia layani, namun tahun ini tidak ada satu pun event yang melibatkan usahanya.
"Semua rata-rata gitu. Entah karena daya beli turun atau karena yang jualan makin banyak. Saya juga nggak tahu, tapi yang Lebaran tahun ini kerasa banget," tutur warga Rancamanyar, Kabupaten Bandung itu bercerita.
Bahkan saat ini Ani sudah melakukan pengurangan karyawan, yang tadinya berjumlah tujuh orang, sekarang tinggal empat orang.
Maka itu, di tahun ini ia sama sekali tidak membuka pree order kue kering kecuali untuk pelanggan loyal yang sudah memesan produknya jauh-jauh hari.
Tantangan terbesar yang membuat Ani sempat ingin menyerah berasal dari faktor biaya bahan baku. Ia mengatakan, salah satu bahan baku pembuatan soes adalah cokelat.
Sementara harga cokelat sendiri sudah naik tiga kali lipat. Kondisi ini membuatnya sangat dilemma, antara harus menaikan harga jual produk atau menurunkan kualitas produk.
"Margin yang kami dapatkan itu sudah tipis. Kalau harga dinaikan, benturannya daya beli konsumen ya sudah segitu. Mau diturunin juga operasionalnya gimana. Sementara karyawan kasihan, biaya hidup makin mahal," kata Ani.
Untungnya, produksi soes Nukuma masih jalan karena ada customer yang loyal. Namun kondisi bisnis Ani saat ini adalah mode bertahan, bukan lagi ekspansi seperti dua atau tiga tahun lalu.
Meski begitu, Ani tidak ingin tinggal diam. Ia berusaha memikirkan jalan lain untuk keluar dari stagnasi usaha yang dihadapinya. Karena bagaimana pun, menurut Ani, kunci keberhasilan UMKM terletak pada kreativitas pelakunya.
Jika sebelumnya Ani berpikir idealis ingin mengembangkan brand Nukuma, sekarang ia lebih berpikir realistis dan membuka peluang untuk mengembangkan potensi lain di sekitarnya.
"Sekarang lagi coba bisnis travel mandiri juga yang kira-kira modalnya nggak besar-besar banget. Dari pada kita hanya pusing, ngeluh-ngeluh doang, dan berkutat di situ-situ aja. Mending coba potensi bisnis yang lain," ujar Ani.
Hal serupa juga disampaikan oleh pemilik jenama fashion Flowear Afiatun Nur Falah. Perempuan asal Bojongsoang, Kabupaten Bandung itu mengakui adanya penurunan omzet di banding tahun-tahun sebelumnya.
Meski begitu, Ia mengatakan, usahanya tidak terlalu terdampak penurunan daya beli di masa-masa Lebaran. "Alhamdulillah masih ada yang beli saat mau lebaran," ungkap Afi.
Namun penurunan omzet drastis justru dirasakan di masa-masa setelah lebaran. Menurutnya, setelah Lebaran, hampir tidak ada pesanan yang masuk. Akibatnya ada beberapa stok yang masih tersisa di Gudang.
Tapi Afi masih memandang kondisi tersebut sebagai sesuatu yang wajar. "Namanya juga usaha ya, ada naik turunnya," ujar Afi.
Meski begitu, ia tetap berpandangan bahwa memiliki bisnis sendiri merupakan hal yang menjanjikan. Apalagi Afi dan suami sudah bertaruh keluar dari pekerjaan mereka untuk membangun brand usaha Flowear.
Ia berharap, kondisi ekonomi Indonesia segera membaik, sehingga daya beli masyarakat bisa meningkat. Dengan begitu Afi meyakini, pertumbuhan UMKM pasti bisa berkembang pesat seperti sebelumnya.