AYOBANDUNG.ID -- Di sebuah studio sederhana di Bandung yang dipenuhi aroma lilin malam dan kain bertabur warna, Linawati Budiarto tampak tenggelam dalam proses kreatif yang sunyi tapi penuh makna.
Perempuan yang karib disapa Lina ini bukan sekadar seorang desainer, ia adalah pencipta cerita yang dituangkan dalam selembar kain.
Lewat Zada Fashion Handmade, brand lokal yang ia dirikan, Linawati menyuarakan keresahannya tentang lingkungan, budaya, dan masa kecil yang kini perlahan menghilang.
“Saya bikin ini untuk mengekspresikan pribadi saya. Semua dari pengalaman hidup saya semasa kecil, kekhawatiran tentang alam, dan budaya yang tergerus zaman. Ini cara saya bicara melalui kain," ungkap Lina.
Ide batik kontemporer jumputan yang dikembangkan Linawati lahir dari kenangan masa kecil yang penuh warna, namun kini terasa samar.
Lagu anak-anak, cerita wayang, dan permainan tradisional membentuk karakter dan rasa cintanya terhadap budaya Indonesia. Namun di tengah perkembangan zaman, warisan itu terasa kian tersisih.
"Konsep melestarikan budaya di atas selembar kain itu maksudnya, saya ini meluapkan rasa kekhawatiran saya terhadap lingkungan dan budaya pewarisan Indonesia di masa kini," ungkapnya.
Setiap motif batik jumputan yang dilukis Linawati bukan hanya sekadar desain estetis. Ia menghadirkan narasi, kadang berupa nostalgia, kadang berupa kritik sosial.
Bisa saja tentang hilangnya lagu anak-anak, rusaknya pemandangan alam, atau makin sempitnya ruang hijau yang tergantikan beton.
Bagi Linawati, kain adalah media ekspresi, sekaligus bentuk aktivisme. Di balik setiap rancangan, ia menyisipkan harapan sekaligus kekecewaan akan kondisi sosial saat ini.
“Ini juga sebuah kritik sosial bagi pemerintah. Kenapa sekarang lahan alam semakin berkurang, tapi bangunan properti semakin merajalela? Saya bikin cerita dan lukis keresahan itu di atas kain,” ujarnya.
Melalui pendekatan batik lukis kontemporer dengan teknik jumputan, Linawati membebaskan dirinya untuk bereksperimen tanpa batas. Ia menolak menjadikan batik sebagai elemen fashion semata melainkan sebagai ruang reflektif yang bisa menyentuh kesadaran publik.
Tak berhenti pada karya personal, Linawati kini merancang langkah selanjutnya, sebuah buku hasil kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan mitra internasional. Buku tersebut akan memuat cerita di balik motif-motif yang dibuatnya, dengan tujuan membawa batik kontemporer Indonesia ke panggung global.
“Golnya selain buku, saya juga ingin memasarkan kebudayaan membatik ini sampai ke luar negeri. Saya ingin karya Indonesia semakin dikenal, tapi lewat cerita dalam pakaian. Bukan sekadar mode, tapi pesan budaya," katanya dengan semangat.
Hingga saat ini, ia telah menciptakan delapan konsep cerita batik yang mengangkat tema seperti pemandangan alam, nyanyian anak, wayang, dan kerusakan lingkungan. Sepuluh koleksi telah dipamerkan dalam bentuk pakaian, dan ia berjanji akan terus menambah koleksi bertema keindahan alam Nusantara.
Lebih dari sekadar label fashion, Zada Fashion Handmade adalah ekspresi jiwa Linawati Budiarto, sebuah narasi yang tak pernah lelah membela lingkungan dan budaya yang diwariskan. Di tiap helai kain, ia menanamkan harapan bahwa batik bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.
“Selain kita mampu membuat rancangan yang sesuai passion. Kita juga bisa mengekspresikan keluh kesah kita terhadap lingkungan sekitar. Itu yang saya tuangkan di sini," ucapnya menutup perbincangan.
Alternatif produk fashion Batik dan UMKM: