Apoteker, Profesi Penting yang Masih Dipandang Sebelah Mata

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Senin 04 Agu 2025, 08:54 WIB
Dari dulu eksistensi apoteker di masyarakat belum setenar dokter ataupun perawat dan profesi tenaga kesehatan lainnya. (Sumber: pexels/Artem Podrez)

Dari dulu eksistensi apoteker di masyarakat belum setenar dokter ataupun perawat dan profesi tenaga kesehatan lainnya. (Sumber: pexels/Artem Podrez)

Apoteker merupakan salah satu profesi yang ada di dunia kesehatan. Sejauh ini eksistensinya memang belum setenar dokter atau suster (perawat) dan bidan.

Hampir semua profesi di atas memiliki nama panggilan sendiri, misalnya dokter dipanggil (dok), perawat dipanggil (sus), dan bidan dengan bu bidan. Sementara profesi apoteker sendiri seringkali bias, kadang dipanggil dok, kadang juga sus.

Sekilas jas yang digunakan oleh apoteker dan dokter memang tampak sama, yang membedakan hanya name tag yang terpasang pada bagian jas. Hal ini bisa menjadi alasan kenapa apoteker seringkali dikira dokter.

Baru-baru ini ada apoteker yang sering memberikan edukasi tentang obat melalui platform tiktok bernama apoteker Rian pernah menyuarakan hal serupa. Akhirnya apoteker Rian memiliki inisiatif untuk membuat nama panggilan bagi para apoteker yaitu 'pot'.

Bukan panggilan yang mewah bahkan seringkali diplesetkan menjadi 'pot bunga'. Namun sepertinya rekan sejawat apoteker yang tergabung di tiktok menyetujuinya. Awalnya saya berpikir apalah arti sebuah nama yang penting bagaimana tindak nyata berkontribusi bagi sesama.

Namun ternyata nama itu penting, bukan sekedar identitas tapi bagian dari diri profesi yang bisa dianggap keberadaannya secara nyata.

Sejauh ini masyarakat yang membeli obat ke apotek tidak begitu mengenal tentang sosok apoteker. Pasien selalu melabeli kalau yang bekerja di apotek adalah mereka yang bersekolah secara umum pada tingkat SMA tanpa embel-embel profesi di belakangnya.

Sering kali apoteker yang bertugas menggunakan jas putih dianggap sebagai dokter yang sedang praktek.

Bahkan papan nama berisi jadwal konseling yang sudah jelas tertulis 'apoteker' masih dikira sebagai dokter yang praktek yang bisa memeriksa dan mendiagnosa penyakit pasien.

Padahal tulisan jam praktek dalam papan tersebut menandakan jam kerja apoteker di apotek.

Sementara apoteker yang bertugas dengan baju bebas tanpa menggunakan jas, dianggap karyawan biasa yang tugasnya hanya mengantarkan produk yang mereka butuhkan. Panggilan ibu, teteh, akang, om, bapa itulah yang seringkali terngiang dalam telinga.

Sebetulnya peran apoteker di dunia kesehatan tidak hanya berkutat pada ranah profesional dan pelayanan saja. Adapun beberapa peran apoteker yang belum banyak diketahui khalayak, diantaranya:

  • Manajemen Terapi Obat, apoteker memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang tepat kepada pasien. Tidak hanya menjelaskan seputar dosis, cara penggunaan obat, interaksi obat serta potensi efek samping obat yang dikonsumsi.

    Apoteker juga wajib menganalisis dan mengantisipasi bagaimana obat yang diminum oleh pasien bisa sampai dengan aman hingga terasa khasiatnya.

  • Konsultasi dan Edukasi, sebetulnya apoteker adalah tenaga yang paling dekat dibutuhkan oleh masyarakat ketika mencari tahu hal-hal perihal kesehatan.

    Sebagian masyarakat yang mengalami gejala penyakit seringkali enggan langsung memeriksakan dirinya ke dokter. Mereka seringkali memilih swamedikasi (tindakan pengobatan mandiri) dengan membeli obat ke apotek.

    Di sinilah peran apoteker dibutuhkan, meski secara panduan diperbolehkan tindakan swamedikasi tapi dalam pelaksanaan pemilihan terapi obat tentu harus melalui tahap konsultasi dengan apoteker.

    Selain itu apoteker juga berperan dalam mengedukasi pasien perihal obat-obatan, penyakit dan gaya hidup sehat. Apoteker juga harus bisa meningkatkan kesadaran masyarakat perihal pentingnya penggunaan obat yang rasional dan aman.

  • Peran dalam pencegahan penyakit, apoteker dituntut untuk membuat program pencegahan penyakit seperti imunisasi dan skrining kesehatan di masyarakat.

    Data yang terkumpul selanjutnya bisa dijadikan bahan bagi puskemas untuk bahan evaluasi perbaikan dan peningkatan mutu kesehatan bagi masyarakat.

  • Pengembangan Obat, siapa sangka keberadaan obat di dunia kesehatan tidak lepas dari peran apoteker yang turut serta mengabdikan dirinya mencari formulasi obat-obatan baru bagi penyakit yang diderita oleh masyarakat.

Profesi Apoteker di Mata Pemerintah dan IAI

Dari dulu eksistensi apoteker di masyarakat belum setenar dokter ataupun perawat dan profesi tenaga kesehatan lainnya. (Sumber: Pexels/Kaboompics.com)
Dari dulu eksistensi apoteker di masyarakat belum setenar dokter ataupun perawat dan profesi tenaga kesehatan lainnya. (Sumber: Pexels/Kaboompics.com)

Untuk menjadi seorang apoteker dibutuhkan usaha, biaya juga kesiapan mental yang tidak mudah.

Serangkaian praktikum yang dilakukan di laboratorium hampir menyita pikiran, konsentrasi yang penuh dibutuhkan bukan sekedar untuk hadir dalam bentuk fisik tapi juga pemahaman yang kelak harus dipersiapkan untuk dibagikan kepada masyarakat.

Untuk sampai pada tahap apoteker, seseorang harus mengeyam pendidikan dari tingkat 3 tahun SMK Farmasi (opsional tidak wajib), 3 tahun D3 (orientasi menjadi TTK), 4 tahun S1 (Sarjana Farmasi) dan 1 tahun Profesi Apoteker.

Selain biaya pendidikan, fakultas farmasi juga seringkali menambahkan biaya praktikum, OSCE, Biaya Sumpah hingga wisuda. Biaya yang dihabiskan cukup fantastis kisaran 155 juta hingga 250 juta tergantung dengan instasi pendidikan yang dipilih.

Berbeda dengan Indonesia yang mengkotak-kotakan pendidikan farmasi dalam berbagai tingkat, di negara Jerman, pendidikan farmasi dengan profesi apoteker terintegrasi dalam satu program studi yang disebut staatsexamen (ujian negara).

Regulasi ini sebetulnya menguntungkan banyak mahasiswa, selain biaya pendidikan lebih murah, para calon apoteker tidak akan terhambat atau menunda melanjutkan keinginannya menjalani pendidikan profesi apoteker. Langkah ini menjadi pilihan yang tepat untuk mengurangi pengangguran di kalangan sarjana farmasi.

Apoteker merupakan profesi yang berada dibawah naungan organisasi profesi Ikatan Profesi Apoteker (IAI). IAI sendiri didirikan sebagai wadah yang bertugas memperjuangkan kepentingan profesi apoteker serta memajukan ilmu kefarmasian.

Namun sayangnya masih belum terkelola secara maksimal. Masih banyak hak-hak anak SMK Farmasi yang butuh mendapat keadilan karena sistem bisnis pendidikan yang masih melegalkan SMK untuk berdiri. Padahal setelah di lapangan anak SMK sulit mendapatkan pekerjaan karena regulasi meniadakan perannya di dunia farmasi.

Masih banyak Sarjana Farmasi yang dipaksa untuk melanjutkan profesi apoteker dengan biaya yang tidak murah. Rencana menabung biaya profesi dengan bekerja pun, sirna karena lulusan Sarjana Farmasi tidak mendapat STRTTK, yang dalam dunia kerja sangat dibutuhkan sebagai syarat Tenaga Teknis Kefarmasian sudah teruji kompetensinya.

Sekarang IAI juga ikut mendukung program pemerintah apotek desa tanpa mencari jalan tengah bagi profesi yang bernaung dibawahnya. Nasib para apoteker di masa depan dengan terbatasnya lapangan kerja.

Sementara di mata pemerintah profesi apoteker tidak terlalu dilirik dan diperhatikan. Sebetulnya hampir sebagian besar profesi kesehatan seperti dokter, perawat juga apoteker kesejahteraannya belum sepenuhnya terpenuhi. Bahkan sebagian tenaga nakes banyak mendapat gaji yang tidak layak.

Bahkan beberapa nakes anggota KSPTMK (Kesatuan Serikat Pekerja Tenaga Medis) yang bekerja di Rumah Sakit termasuk apoteker seringkali terkendala mendapat tunjungan, pesangon yang tidak diberikan oleh Rumah Sakit dengan berbagai alibi setelah mengajukan resign dan sudah bekerja di tempat lain.

Rasanya pertarungan profesi dengan taruhan nyawa pasien tidak sebanding dengan kesejahteraan tenaga kesehatan itu sendiri. Sejauh ini pemerintah kurang memperhatikan upah mininum yang apoteker dapat dari setiap instansi.

Padahal kesehatan merupakan salah satu penunjang kokohnya suatu negara dan apoteker merupakan garda terdepan yang bersinggungan secara langsung dengan masyarakat. Dengan kesehatan juga semua manusia bisa beraktifitas secara produktif.

Di tengah segala upaya tenaga kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat berbanding terbalik dengan fakta kesejahteraan SDM Kesehatan itu sendiri. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 06 Nov 2025, 12:09 WIB

Perjuangan Seorang Santri Menebarkan Ilmu Melalui Kitab Kuning

Di balik kesederhanaan seorang santri di Madrasah Aliyah Sukamiskin, tersimpan kisah yang begitu hangat dan menginspirasi.
Defan, seorang pemuda asal Bandung yang menjadikan kitab kuning bukan sekadar bacaan, tetapi jalan untuk menempa karakter dan memperkuat keyakinan hidupnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 09:12 WIB

Mimpi UMKM Lokal di Panggung Livin’ Fest 2025

Livin’ Fest 2025 jadi panggung bagi UMKM muda menunjukkan karya dan cerita mereka.
Antusias Pengunjung Livin' Market 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis| Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 07:42 WIB

Perspektif Lain Sejarah Indonesia lewat Buku Dalih Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa

Buku Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa merupakan buku yang menyajikan perspektif lain dari sejarah yang selama ini kita yakini.
Buku Dalih Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa (Sumber: Instagram | Katalisbook)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 20:12 WIB

Keringat yang Bercerita, Potret Gaya Hidup Sehat di Perkotaan

Melalui feature ini pembaca diajak menyelami suasana pagi yang penuh semangat di tengah denyut kehidupan masyarakat perkotaan.
Ilustrasi olahraga lari. (Sumber: Pexels/Ketut Subiyanto)
Mayantara 05 Nov 2025, 19:29 WIB

Budaya Scrolling: Cermin dari Logika Zaman

Di banyak ruang sunyi hari ini, kita melihat pemandangan yang sama, seseorang menunduk menatap layar, menggulir tanpa henti.
Kita menyebutnya scrolling, para peneliti menyebutnya sebagai ritual baru zaman digital. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 05 Nov 2025, 18:38 WIB

Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus, antara Keresahan Orang Tua dan Tantangan Penerimaan

Selain faktor akses, stigma sosial menjadi penghalang besar. Tidak sedikit orang tua yang enggan memeriksakan anak karena takut dicap atau dikucilkan.
Ilustrasi. Deteksi dini anak berkebutuhan khusus masih menjadi isu mendesak di Indonesia. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 17:21 WIB

10 Penulis Terpilih Oktober 2025: Kritik Tajam untuk Bandung yang 'Tidak Hijau'

Inilah 10 penulis terbaik yang berhasil menorehkan karya-karya berkualitas di kanal AYO NETIZEN sepanjang Oktober 2025.
Banjir di Kampung Bojong Asih, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, pada Minggu, 9 Maret 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 05 Nov 2025, 14:48 WIB

Cibunut Berwarna Ceminan Semangat Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda di Gang-gang Kota Bandung

Kampung Cibunut menjelma menjadi simbol pemberdayaan ekonomi wilayah dan pemuda melalui semangat ekonomi kreatif yang tumbuh dari akar komunitas.
Kampung Cibunut menjelma menjadi simbol pemberdayaan ekonomi wilayah dan pemuda melalui semangat ekonomi kreatif yang tumbuh dari akar komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 05 Nov 2025, 12:49 WIB

Hikayat Pelarian Eddy Tansil, Koruptor Legendaris Paling Diburu di Indonesia

Kisah dramatis pelarian Eddy Tansil, koruptor legendaris yang lolos dari LP Cipinang tahun 1996 dan tak tertangkap hingga kini, jadi simbol abadi rapuhnya hukum di Indonesia.
Eddy Tansil saat sidang korupsi Bapindo. (Sumber: Panji Masyarakat Agustus 1994)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 11:49 WIB

Garis Merah di Atas Kepala Kita

Refleksi Moral atas Fenomena S-Line dan Krisis Rasa Malu di Era Digital
poster film S-Line (Sumber: Video.com)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 10:55 WIB

Bergadang dan Tugas, Dilema Wajar di Kalangan Mahasiswa?

Feature ini menyoroti kebiasaan bergadang mahasiswa yang dianggap wajar demi tugas dan fokus malam hari.
Ilustrasi mengerjakan tugas di waktu malam hari (Sumber: Pribadi | Foto: Muhamad Alan Azizal)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 09:26 WIB

Bicara tentang Ramuan Khusus Seorang Pemimpin Muda

4 ramuan khusus atau four action yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin muda.
Muhammad Fatahillah, Ketua OSIS (Organisasi Intra Siswa Sekolah) MAN 2 Kota Bandung (Sumber: Highcall Ziqrul | Foto: Highcall Ziqrul)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 08:48 WIB

Menyemai Minat Baca Mahasiswa di Tengah Dunia Digital

Fenomena pergeseran bentuk literasi di kalangan civitas akademika, terutama dunia kampus
Kegiatan literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 07:57 WIB

Bystander Effect yang Dialami Perempuan dalam Film Shutter (2025)

Film horor di Indonesia tidak lepas mengangkat tokoh perempuan sebagai korban kekerasan atau pelecehan seksual hingga mengalami Bystander Effect.
Isu Byestander Effect dalam Film Shutter (Sumber: Instagram | Falconpicture)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 20:02 WIB

Teja Paku Alam Bermain Gemilang, ’Sudahlah Persib Tak Butuh Kiper Asing’

Siapa pun tahu penjaga gawang nomor satu Persib bukanlah Teja Paku Alam, tapi Adam Przybek, pemain asing berkebangsaan Polandia.
Penjaga gawang Persib Teja Paku Alam (kanan), dan Adam Przybek (tengah) pemain asing berkebangsaan Polandia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 04 Nov 2025, 19:33 WIB

Menanam Harapan di Tengah Krisis Hijau, Membangun Semangat Pelestarian Hutan Lewat Edutourism

Edutourism menawarkan pengalaman wisata yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membangun kesadaran ekologis.
Contoh nyata praktik edutourism adalah Orchid Forest Cikole. Tidak hanya menawarkan keindahan lanskap, tetapi juga jadi ruang belajar tentang pentingnya pelestarian hutan dan tanaman anggrek. (Sumber: dok Orchid Forest Cikole)
Ayo Jelajah 04 Nov 2025, 18:27 WIB

Sejarah Kopo Bandung, Berawal dari Hikayat Sesepuh hingga Jadi Distrik Ikon Kemacetan

Dulu dibangun dengan darah dan keringat Eyang Jawi, kini Jalan Kopo jadi ikon kemacetan Bandung. Inilah sejarah panjangnya dari masa kolonial hingga modern.
Jalan di antara Cisondari dan Kopo zaman baheula. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 17:49 WIB

Suatu Malam yang Syahdu Menikmati ‘Sate Sadu’ Soreang yang Legendaris

Dalam sekejap, makanan habis. Keempukan daging, kegurihan rasa, menyatu. Sate Sadu memang legendaris.
Sate Sadu di Soreang, Kabupaten Bandung. (Sumber: Ulasan Pengguna Google)
Ayo Biz 04 Nov 2025, 17:29 WIB

Mengubah Cokelat Jadi Gerakan, Sinergi UMKM dan Petani dalam Rantai Pangan

Di tengah tren urbanisasi, muncul kesadaran baru bahwa produk pangan berbasis bahan baku lokal memiliki nilai lebih. Bukan hanya dari sisi rasa, tetapi juga dari dampak sosial yang ditimbulkan.
Battenberg3, sebuah UMKM yang menjadikan kolaborasi dengan petani sebagai inti bisnisnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 17:00 WIB

Sosok yang Menyemai Harapan Hijau di Padatnya Kota Bandung

Di bawah kepemimpinannya, program Buruan SAE meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional.
Gin Gin Ginanjar. Di bawah kepemimpinannya, program Buruan SAE meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional. (Sumber: Humas DKPP Bandung | Foto: Humas DKPP Bandung)