Bystander Effect yang Dialami Perempuan dalam Film Shutter (2025)

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Rabu 05 Nov 2025, 07:57 WIB
Isu Byestander Effect dalam Film Shutter (Sumber: Instagram | Falconpicture)

Isu Byestander Effect dalam Film Shutter (Sumber: Instagram | Falconpicture)

Menurut saya film bergenre horor mampu menarik peminat penonton yang luar biasa di Indonesia. Bahkan dari 10-15 film yang naik ke bioskop setiap bulannya, sejumlah film dengan genre horor bisa mendominasi jumlahnya. Berdasarkan beberapa pengalaman saya saat menonton film ke bioskop bahkan dalam aplikasi salah satu bioskop sering kali film horor lebih banyak diminati dibandingkan genre lain.

Menurut saya ketertarikan yang besar terhadap isu-isu gaib tidak lepas dari akar budaya yang sudah mendarah daging di Indonesia. Sejak kecil kita sudah mendapat asupan cerita horor dari orang tua. Misalnya seperti jangan keluar rumah ketika magrib karena bisa dibawa wewe gombel, anak yang rewel ditakut-takuti oleh keberadaan hantu lewat suara-suara yang dianggap misterius dihasilkan dari keberadaan mereka yang tidak terlihat.

Sebetulnya saya pribadi cukup bosan dengan alur setiap film horor Indonesia. Selain penggunaan jumpscare yang berlebihan-- berapa alur cerita sangat mudah untuk ditebak. Rata-rata alur cerita film dibuat repetitif seperti adaptasi dari kisah yang dianggap nyata atau mengikuti trend film sebelumnya karena jumlah penonton yang membludak.

Salah satu contoh film yang diangkat dari kisah yang dianggap nyata adalah KKN di Desa Penari 2022(10 juta penonton, Pengabdi Setan 2022 (6.3 juta) dan Vina Sebelum 7 hari. Bahkan diantara yang viral, ada satu kisah yang dianggap nyata tersebut faktanya justru dramatisasi di dunia nyata.

Menjadi bahan pebanding ketika saya pernah menonton film Ex-Huma pada 2024 yaitu film genre horor dari Korea Selatan. Tanpa jumpscare yang berlebihan bahkan hampir tidak ada-- justru membuat saya sebagai penonton cukup creepy. Selain unsur budayanya tersampaikan dengan baik, eksekusinya pun sangat berhasil membuat jantung berdebar dan menstimulus otak untuk berpikir bagaimana plot film selanjutnya.

Kali ini saya menonton film Shutter garapan dari Falcon Picture. Satu hal yang membuat saya tertarik menonton film ini adalah karena kehadiran Vino G.Bastian yang kemampuan aktingnya tentu tidak diragukan lagi.

Namun siapa sangka dari film ini saya menemukan isu yang cukup menarik karena sering dialami oleh perempuan yang belum merdeka atas dirinya karena kejadian traumatis yang dialaminya di masa lalu.

Narasi Perempuan Baik yang Menjadi Korban

Saya sering menemukan dan bertanya kenapa film horor selalu mengobjektivikasi perempuan sebagai korban pelecehan dan ketakutan. Dalam kehidupan nyata perempuan sering mendapatkan perilaku kekerasan dan diskriminasi. Sementara setelah menjadi hantu distereotipkan sebagai sosok yang penuh dendam yang menghasilkan rasa takut bagi para penonton.

Perempuan sering dinarasikan sebagai sosok lemah karena fisiknya dan terlalu sensitif dan emosional dibandingkan dengan laki-laki dalam pandangan budaya populer. Penggambarn sosok kerentanan tersebut disinyalir menjadi daya tarik bagi penonton untuk merasakan ketakutan pada sosok perempuan. Perempuan menjadi korban dari stereotipe gender dan kerentanan.

Baca Juga: Perempuan Pemuka Agama, Kenapa Tidak?

Industri perfilman sering kali didominasi oleh perspektif patriarki yang kental. Hal ini membuat perempuan dieksploitasi dengan cara menempatkan mereka menjadi korban. Sedihnya tokoh perempuan sering dijadikan objek hasrat seksual, tokoh sumber masalah atau bangkit menjadi hantu pendendam.

Bahkan karakter "Perempuan baik-baik" atau polos sering dijadikan jembatan yang bisa menghubungkan emosional cerita dengan para penonton. Strategi ini diambil karena penonton lebih mudah simpati kepada karakter yang tidak bersalah, mendapat kemalangan atau cerita sedih lainnya yang menempel pada karakter.

Selain itu karakter perempuan dieksploitasi melalui suaranya, lewat suara jeritan, tangisan atau tertawa perempuan yang lagi dan lagi menghadirkan ketakutan. Suara jeritan perempuan secara tidak langsung bisa mempengaruhi psikologis yang memicu rasa takut dalam otak karena dinarasikan sebagai sosok horor.

Fenomena Bystander Effect di Lingkungan Sosial

Bystander Effect merupakan fenomena dari kecenderungan sosial yang enggan melakukan pertolongan kepada orang lain dalam kondisi yang darurat namun terdapat sejumlah orang di sana. Seberapa sering kita melihat kerumunan orang-orang pada kecelakaan lalu lintas tapi enggan menolong dan didiamkan begitu saja. Mirisnya daripada menolong mereka lebih mementingkan dokumentasi berupa foto atau video. Seolah kejadian tersebut layak diberitakan secepat kilat tapi kondisi korban tidak diperhatikan.

Bystander Effect juga sering disebut sebagai pengamat. Berdasarkan pengamatan seorang psikolog dengan aliran sosial bernama Bib Latane dan John Darley bahwa di lingkungan sosial banyak orang yang kehilangan rasa empatinya untuk menolong korban kekerasan atau pelecehan seksual.

Dilansir dari gramediablog dari jurnal ilmiah yang berjudul From empathy to apathy: The bystander effect revisited mengemukakan bahwa terdapat lima proses terjadinya bystander effect. Dimulai dari hadirnya kondisi darurat lalu menangkap sebuah perhatian individu, mengevaluasi apakah layak dikatakan darurat, memutuskan tanggung jawab dan kompetensi dalam diri dan keputusan untuk menolong atau tidak.

Dalam film Shutter, laki-laki seolah memperlakukan perempuan dengan terus memberikan atensi. Sementara dia tidak memiliki prinsip dan komitmen bahkan cinta. Mendekati seorang perempuan hanya sekedar objek fotografi semata. Sementara ketika perempuan yang bersangkutan mendapatkan pelecehan seksual dari teman-temannya, laki-laki itu seolah tidak memiliki perasaan dan menutupi kejahatan teman-temannya.

Bahkan dalam film ini perempuan direpresentasikan sebagai pihak yang secara terus menerus mendapatkan kemalangan. Selain dijadikan bahan untuk komersialisasi fotografi, perempuan juga direnggut haknya dengan diperkosa secara paksa. Lalu dia dihidupkan kembali sebagai sosok pengganggu, sebagai sosok yang menakutkan, sebagai sosok yang penuh amarah. Bahkan harapan untuk ketenangan saja tidak dia dapatkan dari hidup hingga kematiannya. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 22 Des 2025, 20:00 WIB

Batu Kuda Manglayang, Ruang Tenang di Tengah Hutan Pinus

Wisata Alam Batu Kuda di kaki Gunung Manglayang menawarkan pengalaman sederhana, berdiam santai di hutan pinus, menikmati sunyi, dan menenangkan pikiran di depan monumen ikoniknya.
Situs Batu Kuda, saksi sunyi di hutan pinus Manglayang. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 19:04 WIB

Alam sebagai Ruang Pemulihan

Stres di zaman sekarang memerlukan tempat untuk istirahat.
Alam sering menjadi tempat relaksasi. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Biz 22 Des 2025, 17:37 WIB

Ketika Banjir dan Longsor Menguji, Kepedulian Sosial dan Ekologis Menjadi Fondasi Pemulihan Sumatra

Banjir dan longsor yang melanda Aceh serta sejumlah wilayah di Sumatra pada Desember lalu menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi. Pemulihan Aceh dan Sumatra membutuhkan energi besar dan napas panjang. Bantuan logistik hanyalah langkah awal. (Sumber: EIGER Adventure)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:19 WIB

Bebek Om Aris Dipati Ukur: Sajian Legendaris yang Terjangkau dan Nyaman di Kota Bandung

Bebek Om Aris Dipati Ukur Bandung menawarkan daging empuk, sambal variatif, harga terjangkau.
Menu Favorit yang ada di Bebek Om Aris. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:09 WIB

Warga Puas dengan Transportasi Umum, tapi Terkendala Minimnya Halte dan Sistem Transit

Kepuasan warga terkait transportasi umum yang ada di Kota Bandung.
Warga sedang mengantri untuk masuk ke TransMetro Bandung di Halte Pelajar Pejuang 45 (3/12/2025). (Sumber: Fauzi Ananta)
Ayo Biz 22 Des 2025, 16:55 WIB

Solidaritas Kemanusiaan Menjadi Pilar Pemulihan Sumatera Pascabencana

Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat.
Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat. (Sumber: Dok Rumah Zakat)
Ayo Jelajah 22 Des 2025, 15:45 WIB

Sejarah Gereja Santo Petrus, Katedral Tertua di Bandung

Sejarah Gereja St Franciscus Regis hingga berdirinya Katedral Santo Petrus di jantung Bandung pada awal abad ke-20.
Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (Sumber: KITLV)
Beranda 22 Des 2025, 15:33 WIB

ISMN Yogyakarta Tegaskan Literasi Digital sebagai Fondasi Informasi Publik di Era AI

ISMN Yogyakarta bahas kolaborasi, literasi digital, dan tantangan media sosial di era AI untuk wujudkan distribusi informasi berkualitas.
Indonesia Social Media Network (ISMN) Meetup Yogyakarta 2026 akan diselenggarakan pada Kamis, 15 Januari 2026.
Ayo Biz 22 Des 2025, 15:09 WIB

Transformasi Digital Jawa Barat Menjadi Peluang Strategis Operator Seluler di Periode Nataru

Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat.
Ilustrasi. Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat. (Sumber: Indosat)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 12:35 WIB

Cerita Kota Singgah yang Dirindukan

Predikat "kota singgah" bisa diraih Bandung dengan menghubungkan potensi wilayah dan kota di sekitar Bandung.
Flagship outlet Bebek Kaleyo di Jalan Sumatera No. 5, Kota Bandung yang mempertemukan kuliner tradisional dengan estetika kekinian. (Sumber: dok. Bebek Kaleyo)
Beranda 22 Des 2025, 12:19 WIB

Peran Ibu di Era Screen Time: Tak Harus Jadi Ahli Teknologi, Cukup Mendampingi dengan Hati

Seorang ibu tidak harus menjadi ahli teknologi untuk bisa menjadi sosok yang menginspirasi bagi anak-anaknya. Justru kehadiran, pendampingan, dan kemauan belajar jauh lebih penting.
Dini Andriani, kedua dari kanan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Beranda 22 Des 2025, 11:51 WIB

Redefinisi Peran Ibu Pekerja: Saat Karir dan Domestik Tak Lagi Menjadi Beban Ganda

Ia menegaskan bahwa kehidupan rumah tangga seharusnya dibangun di atas prinsip kebersamaan, bukan relasi timpang.
Pemimpin Redaksi Digital Mama.Id, Catur Ratna Wulandari. (Sumber: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 11:05 WIB

Kisah ‘Lampu Merah Terlama di Indonesia’ di Kota Nomor 1 Termacet se-Nusantara

Lampu Merah Kiaracondong-Soekarno Hatta (Kircon) di Kota Bandung sudah lama ditetapkan sebagai stopan “Lampu Merah Terlama di Indonesia”.
Kemacetan di Lampu Merah Perempatan Kiaracondong, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Beranda 22 Des 2025, 10:57 WIB

Ibu Tunggal, Aktivis, dan Jalan Panjang Melawan Stigma

Salah satunya, fakta bahwa di tahun 2010-2013-an jurnalis perempuan masih minim jumlahnya dan statusnya sebagai “Janda” kemudian sering dipermasalahkan
Rinda Aunillah Sirait. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 10:18 WIB

Mengeja Imajinasi Kota Hijau

Paris van Java (PVJ) dengan jargon Bandung Utama masih memiliki ruang strategis untuk memperkuat kebijakan dan inovasi menuju kota yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
Warga berada di Taman Foto, Kota Bandung, Senin 15 September 2025. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Beranda 22 Des 2025, 09:47 WIB

Menjadi Ibu dan Ayah Sekaligus, Perjalanan Seorang Single Parent Menjaga Masa Depan Anak

Menjalani dua peran sekaligus tentu bukan hal yang mudah. Namun, ia memilih bertahan dan berdamai dengan keadaan yang ada.
Tri Nur Aini Noviar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 08:26 WIB

Curhat di Media Sosial, Masyarakat Bandung Keluhkan Kondisi Trotoar

Bandung terkenal sebagai kota estetik yang punya masalah dengan trotoar dan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Kondisi trotoar Jln. Moch. Toha membutuhkan perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, Sabtu (29//11/2025). (Foto: Risa)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 07:20 WIB

Pelestari Adat Sunda: Berdedikasi pada Indahnya Pernikahan lewat Pakaian Adat Sunda

Tentang pakaian pernikahan adat Sunda dilihat dari perspektif make up artist dan distributor pakaiannya.
Pengantin wanita tampil anggun dalam balutan Paes Sunda Siger saat hari pernikahannya di Kebon Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Endang Rachmawati)
Beranda 21 Des 2025, 23:31 WIB

Bukan Sekadar Tren: Alasan Perempuan Gen Z Lebih Aktif di Second Account Instagram

Acara tersebut digelar untuk memperkenalkan ruang aman bagi para perempuan untuk saling berbagi cerita dan pengalaman yang disebut Kutub Sisters.
Meet Up Komunitas Kutub Sisters pada Minggu, (21/12), di Palary Coffee & Eatery. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 20:14 WIB

Seven October Coffee: Ruang Ngopi yang Menghidupkan Ingatan Palestina di Bandung

Seven October Coffee di Bandung menghadirkan konsep unik yang memadukan pengalaman ngopi dengan edukasi sejarah Palestina.
Tembok Sejarah Palestina dari Awal-Sekarang. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Amir Huwaidi)