Kala Cinta Tak Secepat Jadwal Keluarga, Realita Film 'Jodoh 3 Bujang'

florentina elgi
Ditulis oleh florentina elgi diterbitkan Jumat 31 Okt 2025, 09:39 WIB
Salah satu adegan di film 'Jodoh 3 Bujang'. (Sumber: Instagram/Jodoh 3 Bujang)

Salah satu adegan di film 'Jodoh 3 Bujang'. (Sumber: Instagram/Jodoh 3 Bujang)

Nikah itu emang bikin deg-degan. Tapi kebayang nggak kalau kamu harus nikah barengan sama dua saudara kandungmu sekaligus? Itulah yang dialami tiga bersaudara dalam film Jodoh 3 Bujang (2025).

Kisah komedi keluarga yang diangkat dari budaya Bugis-Makassar, tapi pesannya terasa universal buat siapa pun yang pernah ngerasa “dikejar waktu” untuk menikah.

Film garapan Arfan Sabran ini tayang perdana di bioskop pada 26 Juni 2025, dibintangi oleh Jourdy Pranata, Christoffer Nelwan, dan Rey Bong. Ceritanya sederhana tapi unik, tiga bujang disuruh ayahnya menikah bersamaan karena tradisi keluarga dan persoalan ekonomi. Masalah muncul ketika calon pengantin tertua tiba-tiba batal nikah, dan rencana “nikah kembar” pun terancam gagal total.

Fadly harus mencari calon pengantin baru dalam waktu singkat, sementara kedua adiknya terjebak antara rasa bersalah dan kebingungan. Konflik ini kemudian disajikan lewat komedi situasional khas masyarakat daerah, tapi di balik itu, ada pesan tentang tekanan sosial dan ekspektasi keluarga yang terasa sangat nyata.

Walaupun dikemas dengan komedi, film ini punya napas budaya yang kuat, tentang bagaimana film ini mengangkat budaya lokal dengan cara yang ringan dan menghibur. Nuansa Bugis-Makassar terasa kental, mulai dari bahasa, adat pernikahan, sampai cara tokoh-tokohnya menyikapi kehormatan keluarga.

Semua itu digambarkan dengan ringan dan menyenangkan, tanpa kesan menggurui. Ini yang bikin Jodoh 3 Bujang terasa segar di tengah banyak film komedi urban yang biasanya berpusat di Jakarta.

Gambaran film terhadap desakan keluarga atau pandangan sosial terhadap pernikahan (Sumber: IMDb)

Salah satu daya tarik utamanya ada di cara film ini menyindir realitas sosial tentang “desakan menikah.” Tekanan keluarga, pandangan masyarakat, bahkan rasa malu karena belum menikah di usia tertentu, semua itu diselipkan secara halus lewat dialog dan situasi yang lucu tapi relevan dengan masyarakat.

Namun film ini berhasil menggemasnya dalam adegan yang terkesan akrab, seolah menonton keluarga sendiri yang ribut menjelang hajatan.

Secara sinematografi, film ini menampilkan warna-warna hangat dan cerah yang memperkuat suasana kekeluargaan. Latar kota Makassar juga banyak digunakan, dari rumah adat besar keluarga, jalan-jalan kampung, sampai pemandangan daerah yang bikin suasana terasa hidup. Musiknya ringan dan berpadu dengan gaya editing yang dinamis, bikin penonton betah meski ceritanya sederhana.

Yang paling menyenangkan, film ini berhasil menyeimbangkan tawa dan makna. Komedinya nggak maksa, justru muncul dari situasi sehari-hari yang absurd tapi relatable banget, dari adegan pencarian calon pengantin dadakan sampai interaksi kakak-adik yang penuh sindiran kocak.

Tapi di balik itu semua, film ini menyelipkan pesan penting bahwa menikah bukan sekadar mengejar waktu, tapi soal kesiapan dan niat yang tulus. Kadang, orang terlalu sibuk ngejar sesuai rencana orang lain sampai lupa menikmati prosesnya sendiri.

Karakter 3 kakak beradik dalam film Jodoh 3 Bujang (Sumber: Skorfilm)

Meski mengandung banyak tawa, Jodoh 3 Bujang punya momen emosional yang cukup dalam di bagian akhir. Film ini menutup kisahnya dengan hangat, menegaskan bahwa keluarga dan cinta sama-sama butuh pengertian, bukan paksaan.

Di balik semua kekacauan dan guyonan, ada pesan bahwa bahagia nggak bisa diseragamkan, apalagi dijadwalkan barengan.

Secara keseluruhan, film ini jadi salah satu contoh menarik dari kebangkitan film komedi lokal yang mulai berani bermain dengan tema tradisi dan budaya. Alih-alih hanya jual tawa, Jodoh 3 Bujang menghadirkan refleksi ringan tentang kehidupan, tanpa kehilangan sisi menghiburnya.

Film ini nggak berusaha bilang bahwa budaya itu kuno atau harus ditinggalkan. Justru, film ini menunjukkan bahwa tradisi bisa tetap hidup, asal dijalani dengan cinta dan pengertian, bukan tekanan.

Buat yang lagi capek sama drama percintaan rumit atau thriller berat, film ini bisa jadi pilihan pas. Sebab lewat kelucuan tiga bujang ini, kita diajak sadar bahwa jodoh bukan sebuah perlombaan, dan cinta kadang datang bukan karena dipaksa, tapi karena waktu akhirnya tepat. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

florentina elgi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

“Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 “Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:09 WIB

Lampu Lalu Lintas Bermasalah, Ancaman Kecelakaan yang Perlu Ditangani Cepat

Lampu lalu lintas di perempatan Batununggal dilaporkan menampilkan hijau dari dua arah sekaligus yang memicu kebingungan dan potensi kecelakaan.
Kondisi lalu lintas yang berantakan di perempatan Batununggal, Kota Bandung (4/12/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:56 WIB

Terjangkau namun Belum Efisien, Trans Metro Pasundan di Mata Mahasiswa

Mahasiswa di Bandung memilih bus kota sebagai transportasi utama, namun masih menghadapi kendala pada rute, jadwal, dan aplikasi.
Suasana di dalam bus Trans Metro Pasundan di sore hari pada hari Selasa (2/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:16 WIB

Bandung di Tengah Ledakan Turisme: Makin Cantik atau Cuma Viral?

Artikel ini menyoroti fenomena turisme Bandung yang makin viral namun sekaligus makin membebani kota dan lingkungannya.
Sekarang Bandung seperti berubah jadi studio konten raksasa. Hampir setiap minggu muncul cafe baru dan semuanya berlomba-lomba tampil seestetik mungkin agar viral di TikTok. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:36 WIB

Jalan Baru Literasi dan Numerasi di Indonesia: Berkaca pada Pendidikan Finlandia

Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berdasarkan data PISA dan faktor penyebabnya.
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:28 WIB

Tahu Bakso di Pasar Sinpasa Summarecon Bandung: Lezatnya Paduan Tradisi dan Urban Vibes

Di sekitar Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung, salah satu tenant mampu menarik perhatian siapa saja yang lewat: tahu bakso enak.
Tahu Bakso Enak. (Sumber: dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 12:06 WIB

Polemik Penerapan Restorative Justice di Indonesia sebagai Upaya Penyelesaian Perkara

Polemik restorative justice dibahas dengan menggunakan metode analisis normatif, namun pada bagian penjelasan contoh digunakan juga analisis sosiologis.
Ilustrasi hukum. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:19 WIB

Babakan Siliwangi Perlu Cahaya: Jalur Populer, Penerangan Minim

Hampir setiap malam di wilayah Babakan Siliwangi penerangan yang minim masih menjadi persoalan rutin.
Suasana Babakan Siliwangi saat malam hari (4/12/2025) dengan jalanan gelap, mural warna-warni, dan arus kendaraan yang tak pernah sepi. (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:00 WIB

Kunci 'Strong Governance' Bandung

Strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 08:31 WIB

Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Integrasi budidaya maggot dalam Program Buruan Sae menjadi penegasan bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat.
Budidaya maggot di RW 9 Lebakgede menjadi upaya warga mengolah sampah organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Beranda 15 Des 2025, 07:48 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Kisah Perempuan di Tengah Perebutan Ruang Hidup

Buku ini merekam cerita perjuangan perempuan di enam wilayah Indonesia, yakni Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, serta dua titik di Kalimantan, yang menghadapi konflik lahan dengan negara dan korporasi.
Diskusi Buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok, Bandung, Minggu (14/12/2025).
Beranda 15 Des 2025, 07:32 WIB

Diskusi Publik di Dago Elos Angkat Isu Sengketa Lahan dan Hak Warga

Dari kegelisahan itu, ruang diskusi dibuka sebagai upaya merawat solidaritas dan memperjuangkan hak atas tanah.
Aliansi Bandung Melawan menggelar Diskusi Publik bertema “Jaga Lahan Lawan Tiran” pada 12 Desember 2025 di Balai RW Dago Elos, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Biz 15 Des 2025, 07:16 WIB

Berawal dari Kegelisahan, Kini Menjadi Bisnis Keberlanjutan: Perjalanan Siska Nirmala Pemilik Toko Nol Sampah Zero Waste

Toko Nol Sampah menjual kebutuhan harian rumah tangga secara curah. Produk yang ia jual sudah lebih dari 100 jenis.
Owner Toko Nol Sampah, Siska Nirmala. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 14 Des 2025, 20:09 WIB

Good Government dan Clean Government Bukan Sekadar Narasi bagi Pemkot Bandung

Pentingnya mengembalikan citra pemerintah daerah dengan sistem yang terencana melalui Good Government dan Clean Government.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan,