Perempuan Pemuka Agama, Kenapa Tidak?

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Kamis 30 Okt 2025, 19:42 WIB
Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. (Sumber: Pexels/Mohamed Zarandah)

Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. (Sumber: Pexels/Mohamed Zarandah)

Agama, selama berabad-abad, seperti kapal besar yang dinahkodai laki-laki. Dari mimbar, altar, podium, hingga majelis fatwa, suara yang terdengar dominan adalah suara maskulin. Seolah hanya mereka yang punya akses sah kepada yang Ilahi. Seolah tafsir, arah umat, dan keputusan etis hanya valid bila keluar dari bibir laki-laki dewasa.

Dalam struktur seperti itu, pengalaman perempuan terutama pengalaman ketubuhan, spiritualitas feminis, kasih, dan pergulatan hidupnya, sering dianggap tidak universal, relevan, bahkan sesat. Padahal, bukankah yang berlaku bagi semua orang itu selama ini hanya cermin dari yang hegemonik maskulin?

Dominasi ini bukan sekadar ketimpangan angka. Ia menjelma dalam bentuk patriarkis teologis yang membatasi siapa yang boleh menafsir, berbicara, atau bahkan menjadi simbol kesucian. Efeknya nyata, kekerasan fisik hingga epistemik, suara dan pengalaman perempuan dikeluarkan dari sumber pengetahuan agama.

Kekerasan selalu hadir dalam bentuk pengajaran keagamaan yang kerap menyalahkan tubuh perempuan, menyingkirkan kepemimpinan mereka, atau menempatkan mereka sebagai ā€œpengikut setiaā€ yang dikebiri daya kritisnya.

Tradisi Agama-Agama

Namun sejarah dan bahkan tradisi suci sendiri, tidak sepenuhnya kering dari figur perempuan suci. Di hampir semua agama, ada jejak perempuan yang kuat. Ikon dan inspirasi iman.

Dalam tradisi Kristen khususnya Katolik, ada Bunda Maria, simbol kasih, keteguhan, dan keluhuran. Dalam Islam, Fatimah az-Zahra, putri Nabi, berdiri sebagai teladan kesetiaan, keberanian, dan pengetahuan. Dalam Hindu, kita temui Dewi Saraswati, Durga, dan Parwati, manifestasi Shakti ialah daya ilahi yang menjadi sumber kehidupan dan pengetahuan.

Dalam Buddhisme Mahayana, Guanyin atau Kwan Im adalah lambang welas asih tanpa batas, dewi yang mendengar jeritan dunia. Dalam tradisi Yahudi, Deborah dan Ester hadir sebagai nabiah dan ratu yang menegosiasikan kuasa politik dengan religi. Di tanah Sunda, Sunan Ambu menjadi figur keibuan dan Sang Ilahi Tertinggi. Dan dalam Shinto Jepang, Amaterasu, dewi matahari, menjadi pusat tatanan dunia spiritual.

Dari semua itu, jelas bahwa agama selalu menyisakan ruang bagi religiusitas perempuan. Hanya saja ruang itu sering dipersempit oleh pandangan dan sistem sosial yang berlapis.

Tokoh Perempuan Religius di Indonesia

Ilustrasi tradisi budaya. (Sumber: Pexels/Arjun Adinata)
Ilustrasi tradisi budaya. (Sumber: Pexels/Arjun Adinata)

Tapi iman kita tak berhenti di situ. Di Indonesia modern, kian banyak perempuan yang menegaskan haknya untuk bukan sekadar penganut, tapi pemuka, pengajar, teladan, dan penjaga makna agama.

Kita bisa menyebut beberapa nama. Gedong Bagoes Oka, tokoh perempuan Hindu Bali yang sejak awal abad ke-20 memperjuangkan perdamaian lintas agama dan hak asasi manusia berbasis dharma khususnya ahimsa. Ia sebagai salah seorang presiden dari World Conference on Religion and Peace. Dalam Buddha, Bhikkhuni Santini Mahatheri menjadi bhikkhuni pertama Indonesia yang ditahbiskan di Sri Lanka pada 1998. Sebuah langkah berani memulihkan tradisi bhikkhuni yang hilang selama berabad-abad.

Dalam teologi Kristen, Marianne Katoppo adalah nama yang tak tergantikan. Ia juga seorang jurnalis dan pelaku sastra perempuan Indonesia. Salah satu karyanya seperti Compassionate and Free: An Asian Woman's Theology (1979), menegaskan pentingnya otoritas perempuan sebagai subjek beragama. Islam dan dunia cendekianya, memunculkan tokoh seperti Nyai Nur Rofiah, ulama perempuan yang tak lelah mengajarkan tafsir keadilan hakiki perempuan. Bersama gerakannya berhasil memperlengkapi metode khas di Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).

Di ranah agama lokal ada Mama Aleta Baun dari Nusa Tenggara Timur. Ia memimpin perlawanan terhadap tambang batu marmer yang merusak tanah leluhur, dengan keyakinan dan tenunan tangan, spiritualitasnya menjelma jadi aksi politik. Auw Tjoei Lan, seorang pejuang perempuan Tionghoa, menerima penghargaan dari Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) atas kiprahnya dalam memberantas perdagangan perempuan di Indonesia. Ia dikenal karena dedikasinya mengangkat martabat perempuan dan menampilkan wajah kemanusiaan ajaran Konghucu yang berjiwa sosial dan berkeadilan.

Gerakan perempuan dalam agama juga mulai menata dirinya sendiri. Dalam Islam Indonesia, sebagaimana telah disebutkan ada KUPI, wadah ulama perempuan yang menghasilkan fatwa-fatwa progresif. Dalam lingkup penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lahir Puanhayati, wadah perempuan penghayat yang menegaskan agama Nusantara sebagai ruang hidup yang menghargai tubuh dan bumi. Di lingkungan gereja dan Kekristenan Protestan, lahir Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (PERUATI) yang berkomitmen mengembangkan teologi berbasis pengalaman perempuan.

Kemanusiaan Perempuan

Satu per satu dari semua kenyataan di atas menunjukkan bahwa agama bukan ruang monopoli laki-laki, dan religiusitas perempuan bukan sekadar pelengkap. Justru, perempuan membawa warna, kedalaman, dan perspektif yang memperkaya kehidupan umat beragama. Mereka menghadirkan agama yang peduli pada tubuh, bumi, dan kehidupan, bukan hanya pada dogma dan kuasa.

Lalu pertanyaannya kini, mengapa masih banyak yang memandang perempuan pemuka agama sebagai anomali? Mungkin karena kita belum siap menerima bahwa kehadiran perempuan dalam ruang sakral mengganggu tatanan lama, yang menempatkan Tuhan dalam bingkai maskulin. Padahal kalau kita berani membuka diri, kita akan melihat bahwa perempuan tidak sedang merebut kuasa laki-laki. Mereka sedang mengembalikan keseimbangan religiusitas manusia yang selama ini timpang.

Agama, kalau ia sungguh hidup, mestinya membuka diri pada situasi-situasi yang berkembang seiring zaman. Termasuk pada masalah kekerasan terhadap perempuan yang kerap terjadi dalam nuansa keagamaan. Perempuan harus kembali pada martabatnya sebagai manusia yang utuh.

Perempuan pemuka agama meneratas kebuntuan tersebut, mereka bukan ancaman bagi iman kita, tapi peluang bagi agama yang menjadi lebih manusiawi. Mereka tidak sekadar berdiri di mimbar, tapi menenun kehidupan baru. Penuh dengan kasih, kebijaksanaan, dan keberanian, di tengah dunia yang makin maju sekaligus ambigu meminggirkan perempuan di tepi kekuasaan.

Jadi, perempuan pemuka agama, kenapa tidak? Marilah dukung dengan sehat, marilah berkhidmat dalam cahaya kita masing-masing. Dalam keyakinan bersama bahwa agama juga datang bagi perempuan. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

ā€œMie Telur Mandiā€ dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 ā€œMie Telur Mandiā€ dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:09 WIB

Lampu Lalu Lintas Bermasalah, Ancaman Kecelakaan yang Perlu Ditangani Cepat

Lampu lalu lintas di perempatan Batununggal dilaporkan menampilkan hijau dari dua arah sekaligus yang memicu kebingungan dan potensi kecelakaan.
Kondisi lalu lintas yang berantakan di perempatan Batununggal, Kota Bandung (4/12/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:56 WIB

Terjangkau namun Belum Efisien, Trans Metro Pasundan di Mata Mahasiswa

Mahasiswa di Bandung memilih bus kota sebagai transportasi utama, namun masih menghadapi kendala pada rute, jadwal, dan aplikasi.
Suasana di dalam bus Trans Metro Pasundan di sore hari pada hari Selasa (2/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:16 WIB

Bandung di Tengah Ledakan Turisme: Makin Cantik atau Cuma Viral?

Artikel ini menyoroti fenomena turisme Bandung yang makin viral namun sekaligus makin membebani kota dan lingkungannya.
Sekarang Bandung seperti berubah jadi studio konten raksasa. Hampir setiap minggu muncul cafe baru dan semuanya berlomba-lomba tampil seestetik mungkin agar viral di TikTok. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:36 WIB

Jalan Baru Literasi dan Numerasi di Indonesia: Berkaca pada Pendidikan Finlandia

Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berdasarkan data PISA dan faktor penyebabnya.
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:28 WIB

Tahu Bakso di Pasar Sinpasa Summarecon Bandung: Lezatnya Paduan Tradisi dan Urban Vibes

Di sekitar Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung, salah satu tenant mampu menarik perhatian siapa saja yang lewat: tahu bakso enak.
Tahu Bakso Enak. (Sumber: dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 12:06 WIB

Polemik Penerapan Restorative Justice di Indonesia sebagai Upaya Penyelesaian Perkara

Polemik restorative justice dibahas dengan menggunakan metode analisis normatif, namun pada bagian penjelasan contoh digunakan juga analisis sosiologis.
Ilustrasi hukum. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:19 WIB

Babakan Siliwangi Perlu Cahaya: Jalur Populer, Penerangan Minim

Hampir setiap malam di wilayah Babakan Siliwangi penerangan yang minim masih menjadi persoalan rutin.
Suasana Babakan Siliwangi saat malam hari (4/12/2025) dengan jalanan gelap, mural warna-warni, dan arus kendaraan yang tak pernah sepi. (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:00 WIB

Kunci 'Strong Governance' Bandung

Strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 08:31 WIB

Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Integrasi budidaya maggot dalam Program Buruan Sae menjadi penegasan bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat.
Budidaya maggot di RW 9 Lebakgede menjadi upaya warga mengolah sampah organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Beranda 15 Des 2025, 07:48 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Kisah Perempuan di Tengah Perebutan Ruang Hidup

Buku ini merekam cerita perjuangan perempuan di enam wilayah Indonesia, yakni Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, serta dua titik di Kalimantan, yang menghadapi konflik lahan dengan negara dan korporasi.
Diskusi Buku ā€œPembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kamiā€ yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok, Bandung, Minggu (14/12/2025).
Beranda 15 Des 2025, 07:32 WIB

Diskusi Publik di Dago Elos Angkat Isu Sengketa Lahan dan Hak Warga

Dari kegelisahan itu, ruang diskusi dibuka sebagai upaya merawat solidaritas dan memperjuangkan hak atas tanah.
Aliansi Bandung Melawan menggelar Diskusi Publik bertema ā€œJaga Lahan Lawan Tiranā€ pada 12 Desember 2025 di Balai RW Dago Elos, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Biz 15 Des 2025, 07:16 WIB

Berawal dari Kegelisahan, Kini Menjadi Bisnis Keberlanjutan: Perjalanan Siska Nirmala Pemilik Toko Nol Sampah Zero Waste

Toko Nol Sampah menjual kebutuhan harian rumah tangga secara curah. Produk yang ia jual sudah lebih dari 100 jenis.
Owner Toko Nol Sampah, Siska Nirmala. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 14 Des 2025, 20:09 WIB

Good Government dan Clean Government Bukan Sekadar Narasi bagi Pemkot Bandung

Pentingnya mengembalikan citra pemerintah daerah dengan sistem yang terencana melalui Good Government dan Clean Government.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan,