Menyemai Minat Baca Mahasiswa di Tengah Dunia Digital

Salsabiil Firdaus
Ditulis oleh Salsabiil Firdaus diterbitkan Rabu 05 Nov 2025, 08:48 WIB
Kegiatan literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Kegiatan literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Di suatu siang hari yang teduh di kampus 1 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, suasana di dalam perpustakaan terasa berbeda dari hiruk pikuk dunia perkuliahan. Di lantai dua, di antara deretan rak buku tebal dan bangku yang melingkar, beberapa mahasiswa tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Ada yang sibuk mengetik laporan dengan wajah serius, ada yang membaca buku tipis dengan catatan kecil di pinggir halaman, sementara sebagian lain sekadar menikmati ketenangan ruangan berpendingin udara itu.

Salah satu mahasiswa yang sedang larut dalam aktivitasnya masing-masing, yakni Fereel Irsyad, mahasiswa KPI semester tujuh, menunduk di balik layar laptopnya. Buku-buku tebal berjejer di samping kanan, sementara ponsel di atas meja sesekali bergetar. “Kadang susah fokus kalau HP di samping,” katanya sambil tertawa kecil. “Tapi kalau di sini (perpustakaan), entah kenapa rasanya itu lebih tenang aja. Apalagi di perpustakaan memang tidak boleh berisik juga.”

Perpustakaan, bagi sebagian mahasiswa bukan hanya sekadar tempat mencari referensi. Seringkali perpustakaan juga dapat menjadi ruang sunyi untuk mengasingkan diri dari bisingnya dunia luar, tempatnya menata pikiran, mencari ide, atau sekadar menenangkan diri dari derasnya notifikasi media sosial. “Awalnya ke sini hanya untuk mengerjakan tugas, tetapi lama-lama jadi kebiasaan. Kalau dalam seharian belum mampir ke sini, rasanya seperti ada yang kurang,” ujar Fereel.

Akses internet yang menunjang kegiatan literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Akses internet yang menunjang kegiatan literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Ironisnya, di tengah era digital yang serba cepat ini, budaya membaca dan menulis ini justru kian terpinggirkan. Di dunia akademis, khususnya mahasiswa kerap mengandalkan ringkasan, video singkat di media sosial, atau bahkan bantuan AI untuk memperoleh informasi. Padahal, literasi itu bukan sekadar kemampuan membaca teks saja, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan selektif terhadap informasi yang diterima.

Secara nasional, budaya literasi Indonesia masih menghadapi tantangan serius. Data dari UNESCO Institute for Statistics mencatat tingkat melek huruf orang dewasa Indonesia mencapai sekitar 96 persen, menunjukkan hampir seluruh penduduk telah mampu membaca. Namun, survei yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (CCSU) pada 2016 menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal literate behaviour, yakni kebiasaan membaca dan menulis masyarakat.

Sementara itu, hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang dirilis oleh OECD menunjukkan skor kemampuan literasi membaca siswa Indonesia hanya sekitar 359 poin, masih jauh di bawah rata-rata global dan termasuk dalam kelompok negara dengan skor terendah. Angka-angka ini menunjukkan suatu paradoks bahwa sebuah bangsa yang telah mampu membaca, tetapi belum menjadikan membaca sebagai kebutuhan hidup.

Dalam ruang akademis seperti kampus, paradoks itu terasa nyata. Banyak mahasiswa kini bukan lagi membaca karena kebutuhan intelektual, melainkan karena kebutuhan tren fear of missing out. Buku kini hanya menjadi simbol tren baru yang difoto dan diunggah ke media sosial, tetapi jarang benar-benar dibaca sampai tuntas “Sekarang banyak yang beli buku hanya untuk tampil keren di story, tetapi sebenarnya itu bisa jadi langkah awal juga buat mulai suka baca,” kata Fereel.

Fenomena ini menunjukkan bahwa minat baca di tengah mahasiswa memang tumbuh, meski telah mengalami pergeseran makna yang dipengaruhi oleh budaya digital yang serba instan. Kini, literasi tak lagi terbatas pada aktivitas membaca buku ataupun menulis saja, melainkan merupakan bagian dari self-development dan ekspresi diri juga. Di sisi lain, tren ini justru membuka peluang untuk menumbuhkan semangat literasi di tengah mahasiswa, walaupun bentuknya mungkin berubah.

Namun, tantangan terbesar tetap terletak pada konsistensi. Banyak mahasiswa yang memiliki niat membaca, tetapi terhenti di tengah jalan karena distraksi digital yang tiada henti. Perilaku seperti ini menunjukkan bagaimana dunia digital membentuk pola pikir instan dan rasa cepat bosan, bahkan terhadap aktivitas seproduktif membaca. “Kadang udah niat baca, tapi baru dua halaman langsung buka TikTok atau medsos lainnya,” ujar Fereel sambil tertawa kecil.

Dengan adanya pergeseran tren bentuk literasi yang ada saat ini, maka beberapa perpustakaan pun berubaya menghidupkan Kembali atmosfer literasi dengan mulai menyesuaikan diri. Beberapa ruang baca kini dirancang untuk lebih terbuka dan santai, serta spot area yang estetik, termasuk yang ada di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini. Mulai dari beberapa area diskusi yang estetik, tempat baca lesehan yang nyaman, hingga akses e-journal yang makin mudah untuk diakses.

Ruang baca yang estetik untuk menyesuaikan pergeseran tren literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Ruang baca yang estetik untuk menyesuaikan pergeseran tren literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Hari pun mulai menjelang sore, cahaya oranye menembus jendela besar di sisi timur. Beberapa mahasiswa berkemas, sebagian masih tenggelam dalam catatan. Di antara mereka, Fereel menutup bukunya pelan, menyelipkan pembatas halaman, dan tersenyum kecil. “Terkadang kalau berada di perpustakaan, suka ada inspirasi yang tiba-tiba muncul yang membuat kita jadi lebih tumbuh dan berkembang,” ucapnya.

Di tengah arus digitalisasi yang serba cepat ini, kebiasaan literasi sederhana seperti membaca buku di perpustakaan ini barangkali dapat menjadi letak harapan baru literasi mahasiswa untuk tumbuh dan berkembang. Di tengah hiruk pikuk ini, dunia digital tidak selalu menjadi musuh literasi, tetapi bisa menjadi mitra jika dimanfaatkan dengan bijak.

Berbagai platform digital membuka akses tanpa batas terhadap informasi dan pengetahuan, namun kemudahan itu harus disertai dengan kemampuan memilih juga mencerna. Karena makna literasi di era digital saat ini, bukan lagi soal seberapa banyak halaman buku yang sudah dituntaskan, melainkan seberapa dalam seseorang memahami makna yang terdapat dalam bacaannya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Salsabiil Firdaus
Islamic Communication and Broadcasting Students
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 05 Nov 2025, 11:49 WIB

Garis Merah di Atas Kepala Kita

Refleksi Moral atas Fenomena S-Line dan Krisis Rasa Malu di Era Digital
poster film S-Line (Sumber: Video.com)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 10:55 WIB

Bergadang dan Tugas, Dilema Wajar di Kalangan Mahasiswa?

Feature ini menyoroti kebiasaan bergadang mahasiswa yang dianggap wajar demi tugas dan fokus malam hari.
Ilustrasi mengerjakan tugas di waktu malam hari (Sumber: Pribadi | Foto: Muhamad Alan Azizal)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 09:26 WIB

Bicara tentang Ramuan Khusus Seorang Pemimpin Muda

4 ramuan khusus atau four action yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin muda.
Muhammad Fatahillah, Ketua OSIS (Organisasi Intra Siswa Sekolah) MAN 2 Kota Bandung (Sumber: Highcall Ziqrul | Foto: Highcall Ziqrul)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 08:48 WIB

Menyemai Minat Baca Mahasiswa di Tengah Dunia Digital

Fenomena pergeseran bentuk literasi di kalangan civitas akademika, terutama dunia kampus
Kegiatan literasi mahasiswa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 07:57 WIB

Bystander Effect yang Dialami Perempuan dalam Film Shutter (2025)

Film horor di Indonesia tidak lepas mengangkat tokoh perempuan sebagai korban kekerasan atau pelecehan seksual hingga mengalami Bystander Effect.
Isu Byestander Effect dalam Film Shutter (Sumber: Instagram | Falconpicture)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 20:02 WIB

Teja Paku Alam Bermain Gemilang, ’Sudahlah Persib Tak Butuh Kiper Asing’

Siapa pun tahu penjaga gawang nomor satu Persib bukanlah Teja Paku Alam, tapi Adam Przybek, pemain asing berkebangsaan Polandia.
Penjaga gawang Persib Teja Paku Alam (kanan), dan Adam Przybek (tengah) pemain asing berkebangsaan Polandia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 04 Nov 2025, 19:33 WIB

Menanam Harapan di Tengah Krisis Hijau, Membangun Semangat Pelestarian Hutan Lewat Edutourism

Edutourism menawarkan pengalaman wisata yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membangun kesadaran ekologis.
Contoh nyata praktik edutourism adalah Orchid Forest Cikole. Tidak hanya menawarkan keindahan lanskap, tetapi juga jadi ruang belajar tentang pentingnya pelestarian hutan dan tanaman anggrek. (Sumber: dok Orchid Forest Cikole)
Ayo Jelajah 04 Nov 2025, 18:27 WIB

Sejarah Kopo Bandung, Berawal dari Hikayat Sesepuh hingga Jadi Distrik Ikon Kemacetan

Dulu dibangun dengan darah dan keringat Eyang Jawi, kini Jalan Kopo jadi ikon kemacetan Bandung. Inilah sejarah panjangnya dari masa kolonial hingga modern.
Jalan di antara Cisondari dan Kopo zaman baheula. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 17:49 WIB

Suatu Malam yang Syahdu Menikmati ‘Sate Sadu’ Soreang yang Legendaris

Dalam sekejap, makanan habis. Keempukan daging, kegurihan rasa, menyatu. Sate Sadu memang legendaris.
Sate Sadu di Soreang, Kabupaten Bandung. (Sumber: Ulasan Pengguna Google)
Ayo Biz 04 Nov 2025, 17:29 WIB

Mengubah Cokelat Jadi Gerakan, Sinergi UMKM dan Petani dalam Rantai Pangan

Di tengah tren urbanisasi, muncul kesadaran baru bahwa produk pangan berbasis bahan baku lokal memiliki nilai lebih. Bukan hanya dari sisi rasa, tetapi juga dari dampak sosial yang ditimbulkan.
Battenberg3, sebuah UMKM yang menjadikan kolaborasi dengan petani sebagai inti bisnisnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 17:00 WIB

Sosok yang Menyemai Harapan Hijau di Padatnya Kota Bandung

Di bawah kepemimpinannya, program Buruan SAE meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional.
Gin Gin Ginanjar. Di bawah kepemimpinannya, program Buruan SAE meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional. (Sumber: Humas DKPP Bandung | Foto: Humas DKPP Bandung)
Ayo Jelajah 04 Nov 2025, 16:50 WIB

Hikayat Skandal Dimas Kanjeng, Dukun Pengganda Uang Seribu Kali Lipat

Dimas Kanjeng mengaku bisa menggandakan uang ribuan kali lipat, tapi di balik padepokannya tersimpan kisah kelam pembunuhan dan penipuan.
Dimas Kanjeng Taat Pribadi, dukun pengganda uang yang jadi sensasi nasional.
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 16:16 WIB

Menjadi Mahasiswa IKIP Bandung Bagian Satu

Bernostalgia tentang menjadi mahasiswa IKIP Bandung pada tahun 1995-an.
Villa Isola. (Sumber: Dok. UPI Bandung)
Ayo Biz 04 Nov 2025, 16:00 WIB

Ledakan Industri Estetika di Bandung, Klinik Kecantikan Jadi Simbol Gaya Hidup Baru

Bandung kini tengah menyaksikan geliat baru yang kian menonjol, lewat maraknya klinik kecantikan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat urban.
Bandung kini tengah menyaksikan geliat baru yang kian menonjol, lewat maraknya klinik kecantikan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat urban. (Sumber: dok L’VIORS Beauty Clinic)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 15:34 WIB

Dari Pabrik Benang Jadi Tempat Olahraga Hits Warga Bandung Timur

Tritan Point kini jadi tempat lari, bersepeda, hingga sarapan pagi dengan suasana sejuk khas Bandung Timur.
Warga beraktivitas di kawasan Tritan Point Cipadung, Jalan Raya Cipadung, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung, Rabu, 6 Juli 2022. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Muhammad Farhan Al Rachman)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 15:16 WIB

Beragama di Era AI

Hadirnya kecerdasan buatan (AI), ribuan tafsir dari berbagai tradisi bisa diakses hanya dalam hitungan detik.
Salah satu alat bantu untuk meningkatkan daya nalar manusia dengan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). (Sumber: Pexels | Foto: Matheus Bertelli)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 15:05 WIB

Reysa Raditya Putra, Raih Prestasi Hoki lewat Pilihan Kedua

Reysa Raditya Putra, siswa asal SMA Mekar Arum ini menorehkan kebanggaan yang gemilang lewat prestasinya di cabang olahraga hoki.
Reysa Raditya Putra, Ujung Sebelah Kanan (Sumber: Reysa Raditya Putra)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 12:43 WIB

5 Tips Ampuh biar Cepat Move On

Inilah lima langkah ringan agar hati lebih tenang dan siap memulai babak baru.
Ilustrasi Patah Hati (Sumber: Canva, Rifa Windi)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 10:35 WIB

Stop Cyberbullying di Era Digital, Universitas Telkom Edukasi Siswa SMPN 01 Dayeuhkolot

Di tengah tingginya penggunaan media sosial di kalangan pelajar, risiko cyberbullying menjadi ancaman serius.
PkM dari Tel-U sukses menggelar kegiatan sosialisasi edukatif bertajuk "Bahaya Cyberbullying di Era Digital" bagi siswa-siswi SMPN 01 Dayeuhkolot. (Sumber: Dokumentasi Penulis)