Di balik kesuksesan sebuah organisasi siswa, selalu ada sosok pemimpin yang tidak hanya berbicara tentang visi, tetapi juga berbicara bagaimana ia mengejawantahkan visi tersebut melalui tindakan dan inisiasi nyata.
Ketua OSIS MAN 2 Kota Bandung periode 2025-2026, Muhammad Fatahillah atau akrab disapa Fafa adalah contoh pemuda yang membangun mimpinya sejak duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, terus berjuang melewati berbagai rintangan, hingga akhirnya memegang tongkat estafet kepemimpinan di sekolahnya.
Perjalanan kepemimpinannya dimulai dari organisasi kecil bernama IMG atau Association of Pusim Generation saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Di sana, ia mulai mengenal seluk-beluk organisasi, dari administrasi hingga manajemen waktu.
Pengalaman ini kemudian diasah dan menjadi bekal matang ketika bergabung dengan MPK di MTSN 2 Kota Bandung, tempat ia belajar berinteraksi dengan masyarakat sekolah yang sebaya dengannya.
"Saya mencalonkan diri sebagai ketua MPK waktu itu, tapi belum terpilih. Dari situ saya mencari kekurangan saya dan memperbaikinya untuk kemudian hari," ungkap fafa.
Ia menyadari dengan betul bahwa perjalanan tidak selamanya berjalan dengan mulus, ada kalanya kegagalan merajai jalannya, atau sebaliknya. Kegagalan pertama itu tidak lantas meredupkan semangatnya. Justru menjadi pemantik dan bahan evaluasi yang matang.
Ketika masuk MAN 2 Kota Bandung, ia langsung aktif dalam berbagai kegiatan. Dari kesempatan tampil sebagai moderator debat pemilihan OSIS hingga menjadi ketua pelaksana kegiatan P5RA yang membawa kelasnya meraih juara menjadi portofolio kuat yang mengantarkannya terpilih sebagai anggota OSIS.
Namun, perjalanan tidak berhenti di sana. Setelah lolos seleksi wawancara dan tes lapangan, ia dipercaya menjadi Wakil Ketua 2 OSIS. Posisi strategis ini sekaligus menjadi batu loncatan untuk meraih mimpi terbesarnya, yakni ketua OSIS. Meski harus mengemban tanggung jawab besar sebagai siswa kelas 10, tekadnya tetap kuat karena merasa posisinya sudah sangat strategis.
"Yang diperlukan hanya ketabahan, kesabaran, dan usaha lebih agar orang-orang percaya memilih saya," katanya dengan penuh keyakinan.
Kepemimpinannya yang kini baru berjalan sekitar satu bulan sejak dilantik pada 22 September 2025 lalu langsung diuji dengan tantangan besar. Acara Bulan Bahasa, program kerja terbesar OSIS dalam satu periode namun dengan persiapan paling singkat, menjadi ujian pertama yang harus dihadapi. Tekanan semakin berat karena tahun sebelumnya acara ini berhasil mengundang Pidi Baiq sebagai bintang tamu dan berlangsung sangat meriah serta sukses.
"Ada beban tersendiri karena ini menjadi kesan pertama OSIS kepada seluruh masyarakat sekolah. Saya ingin ada peningkatan dari tahun lalu agar terlihat OSIS berkembang," jelasnya.
Untuk mengelola berbagai tanggung jawab, pemuda yang mengaku introvert ini memiliki strategi manajemen waktu yang sederhana namun efektif. Ia tidak lantas mengesampingkan atau menomorduakan tugas sekolah dan membiarkannya menumpuk karena beban amanah ini, namun ia memilih untuk menyelesaikannya langsung di kelas. Untuk tugas kelompok, ia selalu mengkomunikasikan kondisinya agar mendapat pembagian kerja yang sesuai dengan jadwalnya sebagai ketua OSIS.
Yang menarik, ia menggunakan metode timeline dan notebook untuk memastikan tidak ada detail kecil yang terlewat dalam setiap kegiatan OSIS. Kebiasaan berdiskusi dengan rekan-rekan juga membantunya mengingat poin-poin penting yang mungkin terlupakan.
"Saya suka berdiskusi dengan rekan-rekan. Dari situ tiba-tiba saya teringat poin lainnya yang punya kesinambungan dengan ide mereka," ungkapnya tentang cara menjaga kualitas setiap program.
Sebagai pemimpin muda, ia juga sangat memahami pentingnya membangun citra positif. Baginya, jabatan bukan hanya tentang posisi tinggi, tetapi juga tanggung jawab besar. Ia ingin menjadi panutan atau role model bagi teman-teman dan orang yang dapat diandalkan sekolah.
Dalam mengambil keputusan, ia tidak gegabah. Ia selalu melihat dari berbagai sudut pandang, mulai dari posisinya sebagai penanggung jawab, sebagai anggota, hingga dari kacamata masyarakat sekolah. Bahkan, ia menelik jauh kepada kemungkinan-kemungkinan terburuk untuk lebih mempersiapkan dan mengantisipasinya.
"Sejak menjabat, saya merasa lebih terbuka pikirannya dan lebih kritis dalam berpikir sebelum mengambil keputusan," akunya tentang perkembangan diri yang dialami.
Bagi generasi muda yang ingin menjadi pemimpin, pesannya sederhana namun mendalam. Jaga reputasi baik di mana pun berada, baik di lingkungan sekolah, rumah, masyarakat, maupun media sosial. Di era yang serba cepat ini, personal branding menjadi kesan pertama yang akan menentukan penilaian orang terhadap setiap tindakan.
"Kalian butuh kepercayaan dan dukungan dari mereka agar kegiatan yang kalian laksanakan berjalan lancar, efektif, efisien, dan berdampak," pungkasnya memberikan nasihat berharga.
Menurutnya, kegigihan, kerja keras, dan manajemen waktu memiliki kaitan erat dalam membangun citra pemimpin yang positif dan dapat dipercaya. Kegigihan membuat tidak mudah menyerah, kerja keras memastikan setiap program berjalan maksimal, dan manajemen waktu membantu menjaga keseimbangan antara organisasi, akademik, dan kehidupan pribadi.
"Citra pemimpin yang baik tidak dibentuk dari kata-kata belaka, tapi dari konsistensi tindakan. Kalau saya mampu menunjukkan komitmen dan tanggung jawab di setiap situasi, kepercayaan akan tumbuh dengan sendirinya," tegasnya. Lalu ia menutup percakapan dengan keyakinan yang memancar dari seorang pemimpin muda yang terus belajar dan bertumbuh.
