Menjadi Mahasiswa IKIP Bandung Bagian Satu

Eli Rusli
Ditulis oleh Eli Rusli diterbitkan Selasa 04 Nov 2025, 16:16 WIB
Villa Isola. (Sumber: Dok. UPI Bandung)

Villa Isola. (Sumber: Dok. UPI Bandung)

Hari Sabtu tanggal 29 Juli 1995, untuk pertama kalinya nama penulis tercetak di Harian Umum Pikiran Rakyat bersama ribuan peserta Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) 1995 yang keterima di beberapa perguruan tinggi negeri (PTN).

Nomor peserta UMPTN, nama penulis, dan kode jurusan tercetak dengan tinta hitam di halaman tengah di antara ribuan peserta yang lulus. Hari ini tentu saja menjadi hari bersejarah dan membahagiakan karena dari 412.638 jumlah peserta UMPTN 1995 hanya 62.158 yang lolos dan ditampung PTN yang tersedia. Penulis tercatat diterima di IKIP Bandung, Jurusan Pendidikan Ekonomi (Pekon), Fakultas Pedidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS).

Hati semakin cerah karena hari ini, di koran yang sama berita kemenangan Persib Bandung atas Barito Putra 1-0 melalui gol Kekey Zakaria mengantarkan Persib menuju ke final Kompetisi Liga Indonesia I yang saat itu populer dengan Liga Dunhill 1994/1995 menjadi berita utama. Klop sudah kebahagian hari ini.

Di awal Agustus 1995, penulis harus melakukan daftar ulang di IKIP Bandung (UPI sekarang). Jika sampai tanggal yang ditentukan tidak mendaftar ulang maka akan dinyatakan gugur sebagai calon mahasiswa.

Dari Kabupaten Ciamis, tempat penulis menetap, banyak opsi menggunakan alat transportasi menuju Kota Bandung. Yang pertama naik minibus alias elf. Karena ongkos elf terbilang murah, maklum bisa ditawar dan lebih cepat dibanding bus ekonomi, angkutan ini menjadi sarana transportasi favorit pada pertengahan tahun 80-an hingga awal 90-an. Nama Andalas dan Setia Raharja dengan trayek Kawali-Bandung paling menonjol di antara puluhan elf masa itu.

Transportasi yang kedua adalah bus patas, bus yang mulai digemari kawula muda yang sebagian besar mahasiswa. Pada era itu, terdapat dua PO Bus besar yang bersaing, yaitu PO Budiman dan PO Saribakti Utama. Trayek yang ditawarkan yaitu Pangandaran-Bandung dan Kawali-Bandung, khusus PO Saribakti Utama. Karena semakin banyak pengguna bus yang berasal dari Tasikmalaya, akhirnya PO Budiman membuka trayek Tasikmalaya-Bandung yang berangkat dari Terminal Cilembang dan pool bus Budiman saat itu.   

Transportasi yang ketiga adalah naik kereta api dari Stasiun Ciamis. Namun tahun ini sepertinya warga Tatar Galuh yang hendak menuju ke Kota Bandung lebih banyak yang menggunakan elf atau bus. Pelayanan kereta api belum seperti sekarang. Tiket masih menggunakan karcis seperti kartu domino yang akan dibolongin di tengah jalan oleh kondektur. Tempat duduk tidak sesuai nomor. Pengamen, tukang sapu, dan pedagang lalu lalang dengan bebas di antara kursi penumpang.

Bagi yang berkantong tebal, dari Ciamis ke Bandung lebih nyaman menggunakan travel 4848 yang kantornya berada di Jalan Jenderal Sudirman Ciamis, sebrang alun-alun Kota Ciamis sebelah Utara. Angkutan sejenis ini akan berkeliling mengantarkan penumpang hingga di depan rumah yang dituju. Atau setidaknya mendekati, tidak terlalu jauh dari tujuan.

Pada pertengahan tahun 90-an, bus-bus non patas atau ekonomi kurang diminati oleh penumpang yang tujuannya langsung ke Kota Bandung karena bus akan berhenti di terminal-terminal dan harus menaikkan penumpang di tengah jalan sehingga jarak tempuh dari Ciamis-Bandung memerlukan waktu yang lebih lama dibanding bus-bus patas.

Jarak tempuh Ciamis-Bandung bisa ditempuh tidak lebih dari empat jam, seandainya berangkat dari Ciamis jam 05.30, jam 09.00 semua penumpang sudah menghirup udara di Terminal Cicaheum Bandung. Namun riak-riak kemacetan pada tahun ini perlahan-lahan tumbuh ke permukaan, terutama jika berangkat dari Ciamis kesorean.

Titik-titik kemacetan yang timbul ke permukaan pertengahan tahun 90-an terutama di akhir pekan, mulai terasa di tanjakan Gentong, apalagi jika terjebak hujan. Truk-truk pasir yang melambat di tanjakan Gentong menyebabkan antrian kendaraan hingga ke pertigaan Pamoyanan. Paling jauh, seandainya ada truk mogok atau kecelakaan, ujung kendaraan akan terlihat jelas di sepanjang jalan Ciawi.

Villa Isola di Universitas Pendidikan Indonesia, Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Villa Isola di Universitas Pendidikan Indonesia, Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)

Titik macet berikutnya, sebelum kendaraan mencapai Pasar Limbangan laju kendaran mulai tersendat-sendat. Jika di akhir tahun 80-an kemacetan sebelum Pasar Limbangan tidak terlalu panjang. Mulai pertengahan tahun 90-an panjang kemacetan kendaraan sedikit bertambah panjang. Namun kendaraan masih bisa bergerak meski pelan-pelan.

Berlanjut ke kawasan Nagreg. Sebelum Jalan Lingkar Nagreg dinikmati seperti sekarang, kemacetan kerap terjadi di Jalan Nagreg yang merupakan pertemuan dua arus lalu lintas dari arah Garut dan Limbangan. Kemacetan sering terjadi akibat truk dan bus yang mogok atau terjadi kecelakaan. Kendaraan roda dua belum sepadat seperti sekarang. Saat terjadi kepadatan lalu lintas di tanjakan Nagreg, warga sekitar memanfaatkannya dengan memberikan jasa ganjal ban. Walau sepintas terlihat membahayakan, jasa ganjal ban ini banyak membantu kendaraan yang mogok karena tidak kuat menapaki jalan yang nanjak.

Kemacetan berikutnya akan terjadi sebelum memasuki Kecamatan Cicalengka, terlebih apabila pintu lintasan kereta api ditutup karena kereta api yang lewat. Sama seperti di Terminal Cilembang, Ciawi, Limbangan, dan Cileunyi, di Cicalengka pun semua kendaraan umum yang lewat meski tidak masuk ke dalam terminal harus membayar retribusi kepada petugas DLLAJ yang bertugas di pinggir jalan. Petugas yang duduk di bawah payung besar akan mencegat kendaraan yang melaju mendekatinya.

Pertengahan tahun 90-an, Jalan Raya Rancaekek masih satu jalur sehingga apabila memasuki jam pulang karyawan khususnya depan PT Kahatex akan terjadi kemacetan parah. Pejalan kaki, pesepeda, angkutan kota, dan pedagang kaki lima tumpah ruah di sepanjang jalan. Jalan mulai terasa normal apabila sudah melewati Dangdeur atau Al Masoem. Bagi penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke Sumedang akan turun sebelum pintu tol Cileunyi.

Bus patas tidak masuk ke terminal Cileunyi tetapi tetap membayar retribusi kepada petugas DLLAJ yang berjaga di pinggir jalan sedangkan elf dan bus non patas akan terlihat melintasi terminal yang berdempetan dengan Pasar Cileunyi yang apabila hujan akan terlihat genangan air dan lumpur hitam yang baunya akan tercium oleh para penumpang.

Apabila sudah melewati daerah Cileunyi, biasanya perjalanan akan terasa lancar hingga Terminal Cicaheum. Paling sedikit tersendat hanya di daerah seputaran Cibiru dan Pasar Ujungberung.

Tiba di Terminal Cicaheum, bus akan berhenti di antara puluhan bus antarkota antar provinsi yang menuju ke arah timur, mau pun antarkota dalam provinsi, dan bus dalam kota, Damri. Bus-bus yang trayeknya ke Cirebon, Majalengka, Cikijing, Indramayu, Sumedang, Majalaya, Ciamis, Tasikmalaya, Banjar, Pangandaran akan berderet di sebelah selatan terminal. Sedangkan bus jurusan Semarang, Surabaya, Purwokerto, Yogyakarta, Tegal, dan lain-lain akan berderet di tengah sampai utara. Paling utara, bus Damri yang berangkat dari Terminal Cicaheum akan mengular dengan bunyi mesin dan asap knalpot yang khas.

Keluar dari Terminal Cicaheum, para penumpang yang baru turun dari bus antarkota akan disambut puluhan angkot berwarna hijau tidak jauh dari mulut terminal. Teriakan calo angkot seperti di sinetron Preman Pensiun akan terdengar bersahut-sahutan di antara lautan manusia dan suara bising mesin bus. Terminal Cicaheum saat itu tidak jauh beda dengan pasar malam yang didatangi ribuan pengunjung. Keadaan ini sangat kontras dengan situasi dan kondisi Terminal Cicaheum sekarang yang jauh dari hiruk pikuk penumpang.  (*)

Bersambung ...

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Eli Rusli
Tentang Eli Rusli
Menulis cerita pendek dan opini dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Beragama di Era AI

Ayo Netizen 04 Nov 2025, 15:16 WIB
Beragama di Era AI

News Update

Ayo Netizen 22 Des 2025, 20:00 WIB

Batu Kuda Manglayang, Ruang Tenang di Tengah Hutan Pinus

Wisata Alam Batu Kuda di kaki Gunung Manglayang menawarkan pengalaman sederhana, berdiam santai di hutan pinus, menikmati sunyi, dan menenangkan pikiran di depan monumen ikoniknya.
Situs Batu Kuda, saksi sunyi di hutan pinus Manglayang. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 19:04 WIB

Alam sebagai Ruang Pemulihan

Stres di zaman sekarang memerlukan tempat untuk istirahat.
Alam sering menjadi tempat relaksasi. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Biz 22 Des 2025, 17:37 WIB

Ketika Banjir dan Longsor Menguji, Kepedulian Sosial dan Ekologis Menjadi Fondasi Pemulihan Sumatra

Banjir dan longsor yang melanda Aceh serta sejumlah wilayah di Sumatra pada Desember lalu menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi. Pemulihan Aceh dan Sumatra membutuhkan energi besar dan napas panjang. Bantuan logistik hanyalah langkah awal. (Sumber: EIGER Adventure)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:19 WIB

Bebek Om Aris Dipati Ukur: Sajian Legendaris yang Terjangkau dan Nyaman di Kota Bandung

Bebek Om Aris Dipati Ukur Bandung menawarkan daging empuk, sambal variatif, harga terjangkau.
Menu Favorit yang ada di Bebek Om Aris. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:09 WIB

Warga Puas dengan Transportasi Umum, tapi Terkendala Minimnya Halte dan Sistem Transit

Kepuasan warga terkait transportasi umum yang ada di Kota Bandung.
Warga sedang mengantri untuk masuk ke TransMetro Bandung di Halte Pelajar Pejuang 45 (3/12/2025). (Sumber: Fauzi Ananta)
Ayo Biz 22 Des 2025, 16:55 WIB

Solidaritas Kemanusiaan Menjadi Pilar Pemulihan Sumatera Pascabencana

Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat.
Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat. (Sumber: Dok Rumah Zakat)
Ayo Jelajah 22 Des 2025, 15:45 WIB

Sejarah Gereja Santo Petrus, Katedral Tertua di Bandung

Sejarah Gereja St Franciscus Regis hingga berdirinya Katedral Santo Petrus di jantung Bandung pada awal abad ke-20.
Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (Sumber: KITLV)
Beranda 22 Des 2025, 15:33 WIB

ISMN Yogyakarta Tegaskan Literasi Digital sebagai Fondasi Informasi Publik di Era AI

ISMN Yogyakarta bahas kolaborasi, literasi digital, dan tantangan media sosial di era AI untuk wujudkan distribusi informasi berkualitas.
Indonesia Social Media Network (ISMN) Meetup Yogyakarta 2026 akan diselenggarakan pada Kamis, 15 Januari 2026.
Ayo Biz 22 Des 2025, 15:09 WIB

Transformasi Digital Jawa Barat Menjadi Peluang Strategis Operator Seluler di Periode Nataru

Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat.
Ilustrasi. Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat. (Sumber: Indosat)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 12:35 WIB

Cerita Kota Singgah yang Dirindukan

Predikat "kota singgah" bisa diraih Bandung dengan menghubungkan potensi wilayah dan kota di sekitar Bandung.
Flagship outlet Bebek Kaleyo di Jalan Sumatera No. 5, Kota Bandung yang mempertemukan kuliner tradisional dengan estetika kekinian. (Sumber: dok. Bebek Kaleyo)
Beranda 22 Des 2025, 12:19 WIB

Peran Ibu di Era Screen Time: Tak Harus Jadi Ahli Teknologi, Cukup Mendampingi dengan Hati

Seorang ibu tidak harus menjadi ahli teknologi untuk bisa menjadi sosok yang menginspirasi bagi anak-anaknya. Justru kehadiran, pendampingan, dan kemauan belajar jauh lebih penting.
Dini Andriani, kedua dari kanan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Beranda 22 Des 2025, 11:51 WIB

Redefinisi Peran Ibu Pekerja: Saat Karir dan Domestik Tak Lagi Menjadi Beban Ganda

Ia menegaskan bahwa kehidupan rumah tangga seharusnya dibangun di atas prinsip kebersamaan, bukan relasi timpang.
Pemimpin Redaksi Digital Mama.Id, Catur Ratna Wulandari. (Sumber: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 11:05 WIB

Kisah ‘Lampu Merah Terlama di Indonesia’ di Kota Nomor 1 Termacet se-Nusantara

Lampu Merah Kiaracondong-Soekarno Hatta (Kircon) di Kota Bandung sudah lama ditetapkan sebagai stopan “Lampu Merah Terlama di Indonesia”.
Kemacetan di Lampu Merah Perempatan Kiaracondong, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Beranda 22 Des 2025, 10:57 WIB

Ibu Tunggal, Aktivis, dan Jalan Panjang Melawan Stigma

Salah satunya, fakta bahwa di tahun 2010-2013-an jurnalis perempuan masih minim jumlahnya dan statusnya sebagai “Janda” kemudian sering dipermasalahkan
Rinda Aunillah Sirait. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 10:18 WIB

Mengeja Imajinasi Kota Hijau

Paris van Java (PVJ) dengan jargon Bandung Utama masih memiliki ruang strategis untuk memperkuat kebijakan dan inovasi menuju kota yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
Warga berada di Taman Foto, Kota Bandung, Senin 15 September 2025. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Beranda 22 Des 2025, 09:47 WIB

Menjadi Ibu dan Ayah Sekaligus, Perjalanan Seorang Single Parent Menjaga Masa Depan Anak

Menjalani dua peran sekaligus tentu bukan hal yang mudah. Namun, ia memilih bertahan dan berdamai dengan keadaan yang ada.
Tri Nur Aini Noviar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 08:26 WIB

Curhat di Media Sosial, Masyarakat Bandung Keluhkan Kondisi Trotoar

Bandung terkenal sebagai kota estetik yang punya masalah dengan trotoar dan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Kondisi trotoar Jln. Moch. Toha membutuhkan perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, Sabtu (29//11/2025). (Foto: Risa)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 07:20 WIB

Pelestari Adat Sunda: Berdedikasi pada Indahnya Pernikahan lewat Pakaian Adat Sunda

Tentang pakaian pernikahan adat Sunda dilihat dari perspektif make up artist dan distributor pakaiannya.
Pengantin wanita tampil anggun dalam balutan Paes Sunda Siger saat hari pernikahannya di Kebon Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Endang Rachmawati)
Beranda 21 Des 2025, 23:31 WIB

Bukan Sekadar Tren: Alasan Perempuan Gen Z Lebih Aktif di Second Account Instagram

Acara tersebut digelar untuk memperkenalkan ruang aman bagi para perempuan untuk saling berbagi cerita dan pengalaman yang disebut Kutub Sisters.
Meet Up Komunitas Kutub Sisters pada Minggu, (21/12), di Palary Coffee & Eatery. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 20:14 WIB

Seven October Coffee: Ruang Ngopi yang Menghidupkan Ingatan Palestina di Bandung

Seven October Coffee di Bandung menghadirkan konsep unik yang memadukan pengalaman ngopi dengan edukasi sejarah Palestina.
Tembok Sejarah Palestina dari Awal-Sekarang. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Amir Huwaidi)