AYOBANDUNG.ID -- Kondisi ekonomi sedang sulit. Itulah kalimat yang sering kita dengar akhir-akhir ini. Banyak yang mengeluh lantaran harga bahan kebutuhan pokok terus merangkak naik, tapi pendapatan justru turun. Bahkan tak sedikit yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Banyak masyarakat menganggur akhirnya terpaksa berdagang dengan dalih membuka usaha baru untuk bertahan hidup. Pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Ari Tjahjawandita menilai kondisi ini sebagai sesuatu yang logis.
"Wajar dan logis. Kan kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja, karena lapangan kerja tidak bisa menampung angkatan kerja. Yang sudah bekerja pun di-PHK. Jadi wajar, pada buka usaha sendiri," ungkap Ari pada Ayobandung.id, Jumat, 2 April 2025.
Menurutnya, kondisi ini sama seperti pada masa krisis moneter 1998. Banyak warga yang kehilangan pekerjaan, sehingga mereka lari ke sektor informal berskala mikro.
Hal ini tentu berkaitan dengan skill set dan kemampuan finansial orang yang bersangkuta. Menurut Ari, jika mereka memiliki skill set yang bagus mereka mungkin bisa pindah kerja ke tempat lain, atau jika mereka memiliki modal yang besar, mungkin mereka akan membuka usaha dalam skala yang lebih besar.
Namun kenyataannya skill dan kemampuan finansial masyarakat RI masih rendah, sehingga mereka hanya bisa banting setir ke sektor-sektor informal skala kecil. Mirisnya lagi, pemerintah Indonesia juga belum menyiapkan rencana atau kebijakan untuk menghadapi kondisi darurat seperti ini.
"Pemerinah sudah berganti tapi nggak ada roadmap yang jelas. Sementara kita menghadapi masalah pengangguran dan kekurangan lapangan kerja," ujar Ari.
Padahal menurutnya, bencana ekonomi semacam ini harus diantisipasi dengan program yang berkesinambungan tanpa harus menunggu kondisi genting seperti sekarang. Ia menyebutkan Kartu Prakerja sebagai salah satu program untuk menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas.
"Contohnya waktu kita pandemi, ada program Kartu Prakerja. Mereka yang nggak punya pekerjaan dan nggak ada lapangan usaha harusnya ditampung di tempat-tempat kursus seperti Prakerja," papar Ari.
Sembari program tersebut berjalan, pemerintah juga harus memperbaiki sektor dunia usaha. Ari menegaskan, pemerintah harus punya data mengenai usaha apa yang memiliki potensi bagus di indonesia. Data tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat pelatihan yang bisa mendukung usaha potensial tersebut.
Selain itu, Ari menilai, pemerintah juga perlu melakukan program link and match antara kebutuhan industri dan lulusan perguruan tinggi atau sekolah agar semua angkatan kerja bisa bersaing sehat di pasar tenaga kerja.
Namun kondisi Indonesia masih jauh dari persaingan tenaga kerja sempurna. Indikatornya, informasi yang ada di pasar tenaga kerja belum terdistribusi secara sempurna kepada semua peserta pasar tenaga kerja.
"Tugas pemerintah di sini adalah membangun komunikasi informasi yang sempurna. Karena idealnya, jika aktivitas pasar menemui kegagalan, ya pemerintah harus melakukan invertvensi," ungkap Ari.
Ia mengatakan, keberadaan social media harusnya mempermudah pembangunan komunikasi, tapi hal tersebut tak mengubah keadaan. Ari menceritakan, Filipina menjadi salah satu contoh negara yang berhasil membuat kebijakan pembangunan UMKM.
"Di sana dari sekolah dasar itu sudah diajari bagaimana berwira usaha. Salah satu materi yang wajib ada adalah financial literacy. Jadi masyarakat tahu bagaimana cara membuat proposal bisnis, cara mengajukan pinjaman ke bank dan apa saja fasilitas pinjaman kredit. Di sana juga banyak inkubator bisnis," ujar Ari.
Sayangnya, hal-hal seperti itu belum dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Maka itu tak heran jika banyak masyarakat yang membuat usaha hanya untuk pelarian. Selain itu usaha yang mereka dirikan juga tidak berkelanjutan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.
Meski begitu, Ari tetap memotivasi para pelaku bisnis di Indonesia. Ia meyakini bahwa bisnis UMKM bisa berkembang asalkan pelakunya terus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan.
"Iyah pelaku UMKM sebaiknya harus sering mengikuti pelatihan usaha untuk meningkatkan kemampuannya," kata Ari.
Selain bisa menambah wawasan, pelaku UMKM juga bisa menambah jaringan lewat pelatihan atau komunitas yang diikuti.