Hak Cipta di Tengah Ledakan Akal Buatan

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Senin 04 Agu 2025, 20:06 WIB
Buku Hak Cipta dan AI (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)

Buku Hak Cipta dan AI (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)

Siapa pemilik sah sebuah karya yang dihasilkan oleh mesin pintar?

Pertanyaan ini menjadi semakin penting setelah tiga seniman Amerika Serikat, Sarah Andersen, Kelly McKernan, dan Karla Ortiz, menggugat tiga perusahaan besar yaitu Midjourney, Stability AI, dan DeviantArt.

Mereka menuduh karya mereka digunakan tanpa izin untuk melatih sistem kecerdasan buatan. Ini bukan hanya soal pelanggaran individu, tapi soal batas-batas baru antara manusia dan mesin.

Buku Hak Cipta dan Artificial Intelligence karya Dr Ranti Fauza Mayana, Tisni Santika, dan Zahra Cintana menyelami persoalan tersebut secara mendalam.

Ditulis dengan gaya yang akademis tetapi tetap komunikatif, buku ini menjawab berbagai dilema yang kini muncul di dunia hukum, khususnya tentang bagaimana kita memperlakukan hasil karya berbasis AI dalam bingkai hak cipta.

Pada bagian awal, penulis menegaskan bahwa kekayaan intelektual adalah warisan peradaban, bukan semata soal ekonomi. Di dalamnya terkandung nilai moral yang menjamin penghargaan atas jerih payah manusia.

Namun di era kecerdasan buatan, batas antara karya orisinal dan hasil komputasi menjadi kabur. Ketika AI bisa menciptakan tulisan, gambar, dan musik hanya dari perintah singkat, muncul pertanyaan besar: siapa penciptanya?

Buku ini membahas konsep fair use atau penggunaan wajar sebagai celah hukum yang bisa dimanfaatkan lembaga pendidikan atau penelitian saat menggunakan materi berbasis AI.

Namun pembahasan tidak berhenti di sana. Penulis juga menyoroti bagaimana konsep authorship harus dievaluasi ulang. Apakah AI bisa dianggap sebagai pencipta? Atau hanya sebagai alat yang dikendalikan manusia?

Dalam bab khusus, buku ini juga mengulas bagaimana negara-negara mengambil sikap berbeda.

Tiongkok misalnya sudah memberikan perlindungan hukum untuk karya AI. Sementara Uni Eropa masih memegang prinsip bahwa ciptaan hanya bisa diakui jika ada intervensi manusia. Australia mencoba jalan tengah dengan merumuskan model perlindungan terbatas.

Pembahasan semakin tajam ketika buku ini menyoroti dunia pendidikan. Jika seorang mahasiswa menggunakan AI untuk menulis esai, apakah ia tetap layak dianggap sebagai penulis?

Buku ini menjawab bahwa kontribusi manusia tetap menjadi kunci untuk menilai apakah suatu karya bisa mendapat perlindungan hak cipta. Kolaborasi kreatif antara manusia dan AI bisa diterima, selama peran manusia tetap dominan.

Salah satu alat bantu untuk meningkatkan daya nalar manusia dengan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). (Sumber: Pexels/Matheus Bertelli)
Salah satu alat bantu untuk meningkatkan daya nalar manusia dengan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). (Sumber: Pexels/Matheus Bertelli)

Dari sisi kerangka hukum, buku ini merujuk pada prinsip internasional seperti Berne Convention dan TRIPs Agreement. Di situ digarisbawahi bahwa prinsip perlindungan tidak bisa asal diterapkan tanpa memperhatikan konteks dan perkembangan teknologi.

Karena itu, peran pembuat kebijakan dan akademisi hukum menjadi sangat penting dalam menyusun batasan yang adil dan adaptif.

Namun buku ini masih menyisakan ruang yang belum tergarap maksimal, terutama soal respons industri kreatif.

Integrasi pandangan dari kalangan kreator konten, startup teknologi, atau pengembang AI seharusnya bisa menambah kekayaan perspektif serta menyeimbangkan dominasi pendekatan hukum normatif yang menjadi tulang punggung buku ini.

Sejauh mana mereka terlibat dalam diskusi hukum ini? Buku ini lebih banyak menyorot perspektif normatif dan belum banyak menggali sisi praktis dari mereka yang hidup di tengah arus cepat produksi konten berbasis mesin.

Meski begitu, buku ini tetap layak diapresiasi. Ia hadir bukan sekadar memberi teori, tetapi memprovokasi pemikiran.

Di tengah ledakan karya dari akal imitasi, buku ini mengingatkan kita bahwa hukum harus bersiap menghadapi realitas baru.

Bukan untuk menghambat teknologi, tetapi untuk menjaga agar penghargaan atas kreativitas tetap berpihak pada yang benar-benar mencipta. (*)

Informasi Buku:

  • Judul Buku: Hak Cipta dan Artificial Intellegence
  • Penulis: Dr Ranti Fauza Mayana, Tisni Santika, Zahra Cintana
  • Penerbit: Refika Aditama, Bandung
  • Tahun Terbit: Oktober 2024 | 135 halaman | ISBN: 978 623 503 044 9

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 04 Agu 2025, 20:06 WIB

Hak Cipta di Tengah Ledakan Akal Buatan

Apa itu hak cipta? Tanpa ada era AI (Akal Imitasi), ini isu sangat sensitif, apalagi di era AI.
Buku Hak Cipta dan AI (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 17:47 WIB

Di Balik Secangkir Kopi, Langkah Awal The Kamasan Menjadi Rumah bagi Semua

The Kamasan menawarkan ruang untuk berkarya dan berkoneksi, sebuah tempat ngopi yang juga bisa menjadi tempat bekerja, healing, dan bertemu gagasan baru.
The Kamasan menawarkan ruang untuk berkarya dan berkoneksi, sebuah tempat ngopi yang juga bisa menjadi tempat bekerja, healing, dan bertemu gagasan baru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 04 Agu 2025, 17:12 WIB

Wiranatakusumah V, Bangsawan Sunda Penentu Bubarnya Parlemen Pasundan Boneka Belanda

Wiranatakusumah V, bangsawan Sunda dan Presiden Negara Pasundan, memilih membela Republik dan menggagalkan skema federal Belanda.
Raden Aria Adipati Wiranatakusumah V saat berpidato di Cianjur. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 17:02 WIB

‘Membaca’ Masa Depan Tunggal Putra Indonesia

SEKTOR bulu tangkis Tunggal Putra Indonesia–perlahan tapi pasti–sedang mengalami transisi dari era seniornya.
Pebulutu tangkis Indonesia, Alwi Farhan. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 16:00 WIB

Membaca Bendera One Piece 'Jolly Roger' sebagai Simbol Komunikasi Publik

Mengapa kita takuti bendera One Piece jelang Agustus-an ini?
Bendera One Piece yang belakangan jadi kontroversi di Indonesia. (Sumber: Deviantart/Vlarg)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 15:15 WIB

Melukis Kota Lama, Warna-Warna Kehidupan di Jalan Braga

Jalan Braga tidak hanya menjadi saksi bisu kemegahan masa lalu, tapi juga rumah bagi seniman jalanan yang menantang arus zaman lewat goresan kanvas.
Jalan Braga tidak hanya menjadi saksi bisu kemegahan masa lalu, tapi juga rumah bagi seniman jalanan yang menantang arus zaman lewat goresan kanvas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 15:01 WIB

Kala Bandung Menjadi Orkestra Kebisingan

Deru mesin menggantikan nyanyian burung. Klakson, gergaji mesin, deru knalpot, dan pengumuman mal saling bertubrukan di udara.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu 5 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 14:25 WIB

Bersepeda Bisa Bikin Anak Tangkas dan Cerdas, Pastikan Fitur Keamanannya!

Bersepeda merupakan aktivitas menyenangkan bagi anak-anak. Selain melatih ketangkasan fisik, bersepeda juga bisa membuat anak menjadi lebih fokus, sehingga daya berpikirnya lebih cepat.
Ilustrasi anak bersepeda (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 14:02 WIB

Menyulam Keresahan Menjadi Karya, Linawati dan Pesan di Balik Batik Kontemporer

Lewat Zada Fashion Handmade, brand yang ia dirikan, Linawati menyuarakan keresahannya tentang lingkungan, budaya, dan masa kecil yang kini perlahan menghilang.
Lewat Zada Fashion Handmade, brand yang ia dirikan, Linawati menyuarakan keresahannya tentang lingkungan, budaya, dan masa kecil yang kini perlahan menghilang. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 11:25 WIB

Busana Muslim Kapake by Iyank, Digagas dari Keprihatinan

Sebuah usaha kecil di Bandung Barat berhasil mencuri perhatian lewat kualitas produk dan filosofi unik di balik brand-nya. Kapake, sebuah UMKM rumahan yang mengusung misi menghadirkan busana muslim be
Ilustrasi Busana Muslim (Foto: Freepik)
Ayo Jelajah 04 Agu 2025, 11:23 WIB

Sejarah Bioskop Rio Cimahi, Tempat Hiburan Serdadu KNIL yang Jadi Sarang Film Panas

Dibangun tahun 1937 oleh keluarga Busè, Bioskop Rio pernah jadi pusat hiburan elite Eropa di jantung Kota Cimahi.
Potret Bioskop Rio Cimahi zaman baheula. (Sumber: Sadayapadu Kota Cimahi | Foto: Sundakalapa)
Ayo Biz 04 Agu 2025, 10:25 WIB

Berburu Sarapan Segar dan Mengenyangkan di Soto Madura Cak Alim

Dari banyaknya sajian kuliner khas daerah, Soto Madura termasuk yang mudah dijumpai di Bandung. Salah satu yang tak pernah sepi peminat adalah Soto Madura Cak Alim.
Soto Madura Cak Alim
Ayo Netizen 04 Agu 2025, 08:54 WIB

Apoteker, Profesi Penting yang Masih Dipandang Sebelah Mata

Dari dulu eksistensi apoteker di masyarakat belum setenar dokter ataupun perawat dan profesi tenaga kesehatan lainnya.
Dari dulu eksistensi apoteker di masyarakat belum setenar dokter ataupun perawat dan profesi tenaga kesehatan lainnya. (Sumber: pexels/Artem Podrez)
Ayo Netizen 03 Agu 2025, 18:40 WIB

DJ Ohim, Timpa Teks, dan Internet sebagai Ruang Berekspresi

Siapa yang menyangka, sebuah meme lokal dari grup Facebook di Indonesia dapat menyebar menjadi hoax.
Gambar yang kemudian menjadi sumber hoax. (Sumber: grup Facebook "timpa teks: singularity")
Ayo Jelajah 03 Agu 2025, 14:27 WIB

Jejak Bung Karno di Penjara Banceuy: Ketika Cicak Jadi Teman Seperjuangan

Kisah Bung Karno mendekam di Penjara Banceuy Bandung, menulis pledoi legendaris Indonesia Menggugat dari balik sel 2x1,5 meter.
Monumen Soekarno di Lapas Banceuy Bandung (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 03 Agu 2025, 14:06 WIB

Serunya Perlombaan Agustusan

Perlombaan Agustusan bukan soal menang dan kalah, melainkan tentang kebersamaan.
Lomba agustusan biasa ditunggu-tunggu oleh anak-anak, pun dengan para lansia di Balai Palayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Netizen 03 Agu 2025, 11:06 WIB

Hidden Farm Cafe, Sajian Penuh Selera yang Memanjakan Mata

Hidden Farm Cafe adalah salah satu tempat makan yang terletak di area Dago atas yang menyediakan berbagai macam menu sehat.
Menu Hidden Farm Cafe (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Jelajah 03 Agu 2025, 08:37 WIB

Sejarah Tahu Sumedang, Warisan Cita Rasa Tionghoa hingga Era Cisumdawu

Tahu Sumedang lahir dari tangan imigran Tiongkok di awal 1900-an dan berkembang jadi kuliner khas yang melegenda hingga hari ini.
Tahu Sumedang, kuliner legendaris dari Jawa Barat. (Sumber: Peter | Foto: Flickr)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 19:02 WIB

Dari 1968 ke Hari Ini, Warisan Rasa di Sepiring Gado-gado Tengku Angkasa

Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Ayo Biz 02 Agu 2025, 17:09 WIB

Menenun Inspirasi dari Barang Bekas, Kisah Tuti Rachmah dan Roemah Tafira

Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi.
Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi. (Sumber: Roemah Tafira Handycraft)