AYOBANDUNG.ID -- Siapa yang tidak tahu dengan Cibaduyut? Pertama kali mendengarnya, Anda pasti terbayang tugu sepatu besar yang menandakan bahwa kawasan tersebut merupakan sentra industri kerajinan sepatu terbesar di Indonesia. Sampai-sampai, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun pernah ikut menjadi salah satu pemilik toko dan pabrik sepatu di sana.
Namun saat ini banyak sekali perubahan yang terjadi di sana. Salah satunya, keberadaan Jalan Layang Leuwi Panjang yang menyebabkan Tugu Sepatu Legendaris Cibaduyut harus dibongkar.
Namun hal tersebut tidak membuat deretan toko dan kerajinan sepatu hengkang dari Cibaduyut. Selain itu, kita masih bisa melihat berbagai jenis toko kerajinan berjejer di sana. Bukan hanya penjaja sepatu, tapi juga ada kerajinan dompet sampai tas.
Seperti halnya sentra industri lain. Cibaduyut juga mengalami pasang surut dalam mempertahankan eksistensinya. Sempat Berjaya di tahun 90-an, industri sepatu Cibaduyut melempem memasukin era 2000-an.
Akan tetapi pedagang dan pelaku industri di Cibaduyut berhasil bangkit dan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi terbaru, termasuk mulai berjualan online di platform digital seperti e-commerce dan media sosial.
Tak sampai hanya di situ, rupanya Kawasan Cibaduyut memiliki Sejarah yang menarik untuk diketahui. Berikut ulasannya!
Kawasan yang Ditumbuhi Herbal Menjelma Menjadi Sentra Industri
Kawasan Cibaduyut sendiri sudah dikenal sejak era kolonial. Seperti halnya nama Kawasan di Indonesia, Cibaduyut juga menggambarkan kondisi dominasi flora di sekitarnya.
Cibaduyut berasal dari kata Ci dan Baduyut. Ci berarti air, sementara Baduyut merujuk pada tumbuhan air yang merambat yang oleh masyarakat sunda disebut sebagai 'Areuy Baduyut'. Tumbuhan ini memiliki nama latin Trichosanthes villosa Blume.
Areuy Baduyut yang tumbuh subur di lokasi tersebut sebenarnya merupakan genus tumbuhan merambat tropis dan subtropis dalam keluarga mentimun (Cucurbitaceae). Genus ini juga merupakan berkerabat dekat genus Gymnopetalum.

Saking banyaknya, masyarakat sering memanfaatkan Areuy Baduyut sebagai obat flu. Secara umum Baduyut juga serin dianam sebagai bahan obat-obatan China. Namun begitu, tumbuhan ini juga dapat dimakan sebagai sayuran.
Sejak 1920-an, sebelum masa penjajahan Jepang, pengrajin sepatu mulai bermunculan di Cibayut. Keterampilan pengrajin di sana menjadi buah bibir masyarakat, sehingga banyak pesanan masuk dari luar daerah.
Pada 1950, setidaknya ada 250 unit usaha yang berdiri di area Cibaduyut. Karena pertumbuhannya yang semakin pesat, pada 1978, kawasan tesebut mulai dicanangkan sebagai sentra industri sepatu oleh pemerintah.
Berbagai upaya untuk mengembangkan sentra industri ini pun telah dilakukan. Pemerintah getol memberikan pelatihan dan bimbingan teknis pada pengrajin saat itu. Bahkan, pemerintah pusat sampai membangun Unit Pelayanan Teknis atau UPT untuk meningkatkan efektivitas kerja sama antara swasta dan pengrajin.
Hasilnya, kejayaan Cibaduyut berhasil bertahan selama setengah abad. Meski kepopulerannya mulai redup sejak 2000-an, pedagang dan pengrajin di sana masih setia bertahan.
Pada 2014, mantan Presiden Joko Widodo pernah mencoba mempopulerkan kembali sepatu dari Cibaduyut. Ia menggunakan salah satu produk Cibaduyut dan dipamerkan ke publik.
Upaya tersebut sempat membuahkan hasil walaupun hanya sebentar. Pada akhirnya, eksistensi Cibaduyut ditentukan oleh kesadaran masyarakat untuk mencintai produk lokal.

Informasi Umum Cibaduyut
Lokasi: Jalan Cibaduyut, Kelurahan Cibduyut, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat
Jam Operasional: 09.00 - 21.00 WIB
Produk: sepatu, kerajinan kulit, jaket, tas, dompet, sabuk
Harga Produk:
- Rp50 ribu - Rp200 ribu untuk item kecil sepeti dompet dan sabuk
- Rp150 ribu - Rp1 juta untuk item Utama seperti tas, jaket dan sepatu