Hikayat Bandara Kertajati: Lahir dari Keyakinan, Sepi Ditinggal Kenyataan

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Minggu 30 Nov 2025, 14:19 WIB
BIJB Kertajati. (Sumber: Dok. BIJB Kertajati)

BIJB Kertajati. (Sumber: Dok. BIJB Kertajati)

AYOBANDUNG.ID - Pada mulanya adalah sebidang tanah di Majalengka yang sunyi, jauh dari riuh pesawat dan aroma oktan tinggi. Di situlah sekelompok pejabat membayangkan masa depan: runway sepanjang mimpi, terminal sebesar ambisi, dan jutaan penumpang yang konon akan datang berbondong-bondong. Dua dekade berlalu, gagasan itu menjelma bandara raksasa yang berdiri gagah. Sayangnya, penumpang yang dijanjikan masih lebih sering hadir di presentasi PowerPoint ketimbang di kursi-kursi ruang tunggu.

Dia adalah Kertajati. Ada bangunan-bangunan raksasa yang dibangun dengan gegap gempita, penuh janji, dan digadang-gadang menjadi muka baru peradaban daerah. Ada pula bangunan raksasa yang berdiri tegak memandang jauh ke hamparan ladang dan sawah sambil bertanya-tanya, sebetulnya siapa yang akan datang dan mengisinya. Di antara dua takdir itu, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati duduk manis, atau mungkin gelisah, di sebuah persimpangan nasib: terlalu megah untuk dibiarkan kosong, tetapi terlalu sepi untuk disebut berhasil.

Kisahnya panjang, penuh ambisi dan rasa percaya diri setinggi menara kontrol, yang pada akhirnya berhadapan dengan kenyataan keras: tidak semua mimpi yang dibangun dengan beton tebal dan pagar setinggi belasan meter bisa langsung mengundang keramaian. Ada bandara yang lahir dari kebutuhan, ada pula bandara yang lahir dari keyakinan bahwa kebutuhan akan muncul belakangan. Kertajati adalah anak yang kedua.

Sejarah Kertajati dimulai jauh sebelum satu pun kerucut beton ditancapkan di tanah Majalengka. Pada awal 2000-an, Jawa Barat tengah tumbuh seperti remaja yang mendadak tinggi: cepat, besar, dan butuh banyak ruang. Penduduknya sudah mencapai puluhan juta jiwa. Bandara Husein Sastranegara, yang terkungkung bukit dan permukiman Bandung, mulai terasa sumpek. Maka muncul gagasan membangun bandara baru yang bisa menampung pesawat besar dan harapan besar.

Baca Juga: Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Gagasan itu berkecambah pada 2003 ketika studi kelayakan diasah. Optimisme saat itu sedang murah. Mereka yang mendorong rencana ini membayangkan sebuah bandara yang sanggup melayani seluruh Jawa Barat, sebuah mercusuar baru yang akan mengangkat ekonomi daerah timur-barat dan utara-selatan secara simultan.

Pada 2005 izin lokasi keluar, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengangkat tangan dengan penuh keberanian: proyek ini akan dibiayai lewat APBD. Namun, keberanian itu rupanya hanya langkah awal yang tidak diikuti gerak kaki. Tidak satu pun ekskavator turun ke lapangan hingga tujuh tahun kemudian. Izin pun kedaluwarsa, laksana janji diet yang tak pernah dimulai.

Ketika izin itu menguap begitu saja, sebetulnya publik sudah bisa mencium aroma problem: jarak antara ambisi dan eksekusi terkadang lebih jauh dari jarak Bandung–Kertajati. Tetapi kisah ini tidak berhenti. Setelah jeda panjang yang mirip babak tidur dalam lakon drama, rencana itu dihidupkan kembali. Survei digelar ulang. Perhitungan ulang dilakukan. Kesimpulannya: bandara sebesar itu tidak cukup dibiayai APBD; perlu APBN yang kuat dan tekad yang lebih kokoh.

Kemudian datang masa ketika pembangunan infrastruktur menjadi kata yang sering terdengar di mana-mana. Proyek besar dimasukkan ke daftar prioritas nasional. Kertajati ikut terseret dalam arus keyakinan bahwa Indonesia harus menghubungkan diri lebih cepat dan lebih luas. Pada 2014, pembangunan landasan pacu hingga pondasi mulai bergerak. Setidaknya kali ini, alat berat benar-benar datang, bukan sekadar rencana di meja rapat.

Baca Juga: Sejarah Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung, Wariskan Beban Gunungan Utang ke China

APBN masuk besar-besaran untuk membangun sisi udara: runway sepanjang tiga kilometer, taxiway yang mengkilap, apron yang luas, sistem lampu pendaratan, hingga menara kontrol setinggi mimpi awalnya. Biayanya membengkak hingga triliunan rupiah. Pemprov Jabar tetap ikut urun, terutama lewat pembebasan lahan dan penyertaan modal ke BUMD yang diberi tugas mengelola bandara itu.

Hasilnya: sebuah bandara modern berdiri gagah di hamparan lahan Majalengka. Terminalnya luas, setara mal besar di kota-kota maju. Kargonya luas. Atapnya tinggi dan mewah. Tiket masuk areanya bahkan bisa membuat sebagian warga bertanya-tanya apakah mereka masih berada di Jawa Barat atau sedang berada di negara lain.

Ketika pesawat kepresidenan mendarat pertama kali pada 24 Mei 2018, suasana di landasan pacu seolah merayakan kelahiran simbol baru kebanggaan Jawa Barat.

Sayangnya, bayi itu ternyata kesulitan tumbuh.

Baca Juga: Reaktivasi Bandara Husein Simalakama Buat Kertajati

BIJB Kertajati kini fokus melayani penerbangan haji khususnya dari Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
BIJB Kertajati kini fokus melayani penerbangan haji khususnya dari Jawa Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)

Runway Panjang tapi Penumpang Enggan Datang

Kertajati lahir sebagai bandara terbesar kedua di Indonesia. Namun, gelar itu tidak banyak menjamin antrean check-in yang panjang. Sejak dibuka, Kertajati seperti gedung pernikahan supermewah yang undangannya tersebar ke seluruh penjuru, tapi tamunya lebih memilih kondangan di rumah tetangga yang lebih dekat.

Persoalan akses adalah duri pertama. Jalan tol yang dijanjikan sebagai pasangan hidup bandara belum rampung saat pembukaan. Tol Cisumdawu, yang seharusnya menjadi urat nadi Kertajati, molor dari tahun ke tahun. Sementara itu, masyarakat Bandung tetap memandang ke utara: Halim dan Soekarno-Hatta terasa lebih dekat, lebih familiar, dan lebih mudah dijangkau.

Ketika tol akhirnya dibuka pada 2023, bandara sudah terlanjur dicap jauh dan merepotkan. Stigma itu menempel lebih kuat daripada cat di dinding terminal.

Pemerintah kemudian mengambil langkah drastis: memindahkan penerbangan jet dari Bandung ke Kertajati. Setidaknya, para penumpang yang biasa terbang dari Husein tidak punya pilihan lain selain mencoba bandara baru. Dengan kebijakan itu, Kertajati mendapat belasan penerbangan per hari ke sejumlah kota besar. Sejenak, bandara itu tampak sibuk seperti anak baru yang mulai punya sedikit teman.

Baca Juga: Hikayat Tol Cisumdawu, Jalan Panjang dari Bandung ke Pintu Langit Kertajati

Tapi keakraban sementara itu tidak bertahan lama. Pada 2024 jumlah pergerakan penumpang hanya ratusan ribu, jauh dari target jutaan. Pada 2025, jumlah penumpang domestik anjlok drastis. Banyak maskapai mengibarkan bendera putih dan hengkang satu per satu setelah melihat kursi-kursi kosong yang terlalu banyak.

Lalu datang kabar yang paling pahit: seluruh penerbangan domestik dihentikan sementara pada Juni 2025. Kertajati hanya melayani satu rute internasional ke Singapura dan keberangkatan haji.

Runway sepanjang tiga kilometer itu tetap ada, tetapi nyaris tidak ada roda pesawat yang menyentuhnya.

Jika bandara bisa berbicara, bisa jadi dia sudah meminta pekerjaan sampingan.

Statistik Besar yang Berujung pada Kenyataan Kecil

Secara finansial, Kertajati membawa beban yang tidak ringan. Setiap tahun bandara ini mencatat kerugian puluhan miliar rupiah. Dalam kas Pemprov Jabar, angka itu mungkin tampak seperti statistik, tetapi di lapangan, itu berarti banyak prioritas lain harus menunggu giliran: perbaikan fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, hingga utang-utang daerah.

BUMD yang mengelola bandara itu menanggung porsi terbesar risiko. Dengan lebih dari delapan puluh persen saham berada di tangan pemerintah daerah, setiap rupiah yang hilang terasa langsung di pundak publik Jawa Barat. Sementara itu, kontribusi swasta dan pemerintah pusat tak sebesar porsi kepemilikan daerah.

Perbandingan dengan Bandara Husein Sastranegara pun menunjukkan ironi lain. Dengan investasi jauh lebih kecil, bandara tua itu justru memiliki tingkat pengembalian positif dan jumlah penumpang lebih banyak. Sementara Kertajati yang modern harus puas dengan angka ROI negatif yang cukup dalam.

Para pengamat mencoba mengurai sebab-musababnya. Ada yang menilai bahwa bandara dibangun terlalu besar tanpa menunggu kawasan industri tumbuh terlebih dahulu. Ada pula yang menyoroti lokasinya yang jauh dari pusat aktivitas ekonomi. Kritik yang paling sering bergema adalah bahwa bandara ini seperti berdiri di tengah halaman dunia yang salah.

Pembangunan infrastruktur memang sering digadang-gadang sebagai pembuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi. Namun Kertajati menunjukkan sisi lain: tidak semua tempat yang dibangun terlebih dahulu akan otomatis memancing keramaian. Kadang-kadang, sebuah tempat tetap sepi meski sudah disiapkan karpet merah, parkir luas, dan tempat duduk yang nyaman.

Baca Juga: Sejarah Bandara Husein Sastranegara Bandung, Berawal dari Tanah Becek di Cipagalo

Kendati diguncang berbagai masalah, Kertajati belum sepenuhnya menyerah. Pemerintah dan pengelola mencoba mengejar peluang baru. Ide paling jelas adalah menjadikan bandara ini pusat keberangkatan haji dan umrah lebih besar. Dengan ruang yang luas dan runway panjang, Kertajati memang cocok untuk pesawat widebody yang membawa jamaah dalam jumlah besar.

Permasalahannya, permintaan kuota masih terbatas dan persaingan dengan bandara lain ketat.

Hadir pula wacana menjadikan Kertajati pusat pemeliharaan pesawat (MRO). Fasilitasnya sebenarnya mendukung, karena apron dan lahan kosong masih luas. Industri ini bisa mendongkrak aktivitas dan pendapatan. Namun membutuhkan investasi besar dari pihak yang benar-benar berani mengambil risiko.

Gubernur juga pernah melontarkan upaya untuk membuka rute-rute kecil lewat maskapai perintis, semacam memberi vitamin tambahan agar bandara tidak sepenuhnya tidur siang berkepanjangan. Di sisi lain, beberapa suara menyarankan untuk membuka kembali Bandara Husein agar lalu lintas udara kembali dinamis, sambil tetap mencoba menghidupkan Kertajati lewat fungsi lain.

Walau begitu, masa depan Kertajati tetap abu-abu. Apakah bandara ini bisa bangkit kembali, atau akan terus menjadi monumen dari ambisi yang gagal? Apakah industri akan tumbuh di sekitarnya sehingga bandara punya alasan baru untuk sibuk? Ataukah nasibnya akan tetap seperti sekarang: megah, luas, tetapi sunyi?

Yang jelas, nasibnya kini bergantung pada keputusan-keputusan strategis ke depan, keputusan yang tidak bisa lagi dibuat berdasar optimisme saja, tetapi memerlukan analisis yang matang, kalkulasi yang tenang, dan penataan ulang prioritas pembangunan.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 02 Des 2025, 20:17 WIB

Seakan Tidak Ada Habisnya, Juru Parkir Liar makin Bertambah di Beberapa Kawasan Bandung

Tak sedikit warga mengeluhkan kejadian terhadap parkir liar yang semakin marak terjadi di Kota Bandung.
Seorang juru parkir yang sedang bertugas di Kiaracondong, Kota Bandung, Sabtu 29 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Asti Alya Anggraini)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 19:49 WIB

Harmoni Harga dan Kualitas yang Menyatu dalam Berbelanja di Butik Bandung Modern

Blossom, sebuah toko pakaian di Bandung yang menyediakan beragam pilihan pakaian, dengan menawarkan harga yang cukup bersahabat.
Suasana toko Blossom pada 8 November 2025, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. (Sumber: Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: foto : Amalia Putri Aditia)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 19:29 WIB

Menelusuri Kesamaan ā€˜Nasab’ 3 Kue Jadul: Burayot, Ali Agrem, dan Cucur

Tiga kue atau camilan jadul dengan ā€œnasabā€ yang nyaris sama ini: Burayot, Ali Agrem, dan Cucur.
Kue Ali atau Ali Agrem merupakan cemilan tradisional Jawa Barat. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 18:50 WIB

Tentang Suara, Perjuangan, dan Cara Musik Mengubah Seseorang Memandang Hidup

Nurul A’ini menutup matanya sejenak, membiarkan alunan Queen of the Night memenuhi ruang kecil itu.
Nurul A'ini, seseorang yang mempunyai gaya hidup dalam bernyanyi (Sumber: Paduan Suara Mahasiswa UIN SGD | Foto: Paduan Suara Mahasiswa UIN SGD)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 18:13 WIB

Friday Carfree Belum Efektif bagi Pemerintah Kota Bandung

Program Friday Carfree bagi ASN dinilai belum efektif karena masih ditemukan pelanggaran parkir yang memicu kemacetan di sekitar Balai Kota Bandung.
Banner Friday Carfree di Balaikota Bandung (Sumber: Pikiran rakyat)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 17:51 WIB

Dari Gang Sempit, Usaha Camilan Lokal Ini Tumbuh Jadi Peluang Besar

Dari gang sempit di Bandung, Kripik Bujangan tumbuh menjadi usaha camilan yang membuka peluang bagi banyak orang.
Seorang konsumen sedang mendatangi rumah produksi Bujangan di Jl. Muararajeun Baru, Cihaur Geulis, Cibeunying Kaler, Kota Bandung,  (05/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 17:31 WIB

Akulturasi Budaya Jepang dan Indonesia, Matcha Mulai Hadir dengan Cita Rasa Inovatif

Mengunjungi salah satu pelopor matcha autentik yang berpadu dengan selera lidah lokal di Bandung, yakni Kusuma Matcha.
Tempat transaksi Kusuma Matcha dengan nuansa Jepang modern yang kerap dijadikan spot foto pengunjung, (30/10/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Andrea Keira)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 16:25 WIB

Taman Main Mili-Mili: Keajaiban Kecil Penuh Petualangan di Hutan Pinus Lembang

Taman Main Mili-Mili adalah wisata alam edukasi, interaktif, dan merupakan pengembangan dari Wisata Hutan Mycelia.
Gerbang masuk dengan instalasi lampu yang indah di Taman Main Mili-Mili (13/11/2025). (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Rafy Lovinka)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 15:29 WIB

Bubur di Bawah Pohon Rindang, Tempat Sarapan Favorit Warga Bandung

Salah satu yang belakangan banyak dibicarakan adalah Toko Bubur di Bawah Pohon Rindang di kawasan Pinus Regency.
Suasana Toko Bubur di Bawah Pohon Rindang, Pinus Regency, Cinambo, Bandung. (Sumber: Rifa Windi | Foto: Rifa Windi)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 13:38 WIB

Berawal dari 'Nongkrong Santai', Empat Sekawan di Bandung Dirikan UMKM Fotografi

UMKM fotografi yang berkembang menjadi agensi kreatif dan siap menangani proyek dokumentasi.
Salah satu pendiri Foursix mengabadikan momen di lapangan mini soccer Bromus Cisaranten. (Sumber: Dokumentasi Penulis).
Ayo Netizen 02 Des 2025, 11:58 WIB

Pariwisata Alam ini Berikan Pengalaman Menarik dan Edukasi Sesar Lembang

Uncle D Backyard menawarkan keindahan alam serta edukasi mengenai mitigasi bencana sesar lembang kepada masyarakat.
Nuansa damai dan asri di bawah langit pepohonan Uncle D Backyard. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Carissa Syarafina)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 10:53 WIB

Kata-Kata Kecil yang Menghangatkan: 'Teh', 'Mah', 'Atuh', dan 'Meuni' Penanda Rasa dalam Bahasa Sunda

Terdapat sekian kata dalam Bahasa Sunda yang menjadi bumbu kehangatan dan kedekatan dalam setiap percakapan.
Abah Endang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MAS Manba'ul Huda. Bandung, 05 November 2025. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Tsaqifa Dhiyaul Hawa)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 09:50 WIB

Trotoar di Bandung, Aksesibilitas bagi Tunanetra Masih Terabaikan

Keprihatinan akan kondisi trotoar di Kota Bandung bagi penyandang disabilitas yang masih perlu diperhatikan Wali Kota Bandung .
Kondisi trotoar yang sudah rusak parah, pada Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Maretha)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 08:45 WIB

Dari Ide Spontan Kini Menjadi Produk Berkarakter, Bukti Kreativitas Anak Muda Indonesia

Rewear Project lahir dari ide spontan dan menghadirkan produk berkualitas, nyaman, dan tahan lama.
Koleksi unggulan Rewear Project yang menampilkan gaya kasual hadir di Kabupaten Bandung, Sabtu (8/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Siti Octaviani)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 07:59 WIB

Wisata Religius untuk Mengenang Eril

Para peziarah mulai berdatangan menuju tempat peristirahatan terakhir Emmeril Kahn Mumtadz.
Makam Eril di Cimaung, Kabupaten Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 01 Des 2025, 21:40 WIB

Bernapas Budaya, Tjitarum Menyulam Rasa dan Cerita Jawa Barat dalam Setiap Gigitan

Kehadiran Tjitarum sebagai toko bolu dan kue bukan sekadar membuka ruang baru bagi wisatawan untuk membeli buah tangan. Namun simbol bagaimana kuliner bisa menjadi bahasa pelestarian budaya.
Kehadiran Tjitarum sebagai toko bolu dan kue bukan sekadar membuka ruang baru bagi wisatawan untuk membeli buah tangan. Namun simbol bagaimana kuliner bisa menjadi bahasa pelestarian budaya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 20:07 WIB

Rajutan Keberuntungan: Kisah Yumna Craft Merajut Asa dari Tali Makrame di KabupatenĀ Bandung

Berawal dari hobi, Yumna Craft kini produknya dikenal luas dan sering tampil dalam pameran UMKM KabupatenĀ Bandung.
Ibu Lia Yulia selaku owner Yumna Craft memamerkan hasil kerajian makrame berupa tas dan gantungan kunci di rumahnya, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, (05/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 18:24 WIB

Perjalanan Panjang Sanggar Tari Pusbitari: Lestarikan Tari Klasik Tradisional Sunda hingga Saat Ini

Sanggar Pusbitari yang didirikan di tahun 1986 di Kota Bandung ini, memiliki keinginan untuk mempertahankan budaya warisan nenek moyang.
Para penari Sanggar Pusbitari sedang melakukan latihan rutin tarian klasik tradisional di ruangan sanggar pusbitari, Jalan Ir. H. Juanda, Kec Bandung Wetan, Kota Bandung, Rabu (29/10/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 17:46 WIB

Kualitas dan Konsistensi Menjadi Fondasi Brand Lokal CosmicĀ untuk Terus Eksis

Cosmic adalah brand fashion asal Bandung yang berdiri sejak 2001 dan dikenal melalui desain simple, minimalis, serta mudah dikenali.
Bangunan bergaya modern ini menjadi identitas kuat gerai fashion lokal di Jalan Trunojoyo No. 30, Kota Bandung, pada Sabtu (29/10/2025). (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 16:45 WIB

Mencicipi Kolaborasi Rasa Tradisional dan Western lewat Menu Autentik Mami Palolo

Usaha kuliner Mami Palolo hadirkan perpaduan Sunda-Western di Bojongsoang.
Momen saat kelezatan Mami Palolo disantap dengan lahap oleh konsumen di Jalan Cikoneng Nomor 19, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Selasa (6/11/2025). (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Nabila Nazwa Saina)