Umur Waduk Saguling Terancam Digerus Sedimen, Sampah, dan Eceng Gondok

Hengky Sulaksono Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Hengky Sulaksono , Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Kamis 08 Mei 2025, 14:42 WIB
Warga menggunakan perahu saat melintas di aliran waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Warga menggunakan perahu saat melintas di aliran waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

AYOBANDUNG.ID - Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat kini bukan hanya sekadar penampung air dan penghasil listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Ia juga menjadi waduk dari berbagai macam masalah: sedimentasi yang kian parah, gulma yang tak kunjung habis, serta serbuan sampah yang terus datang tanpa jeda.

"Hasil evaluasi kemarin di tahun 2023, laju sedimentasi sekitar 1,7 juta meter kubik per tahun. Harapan kami, Waduk Saguling ini bisa bertahan sampai 2084," kata Senior Manager PLN Indonesia Power UBP Saguling, Doni Bakar saat dikonfirmasi baru-baru ini.

Data angaka sedimentasi yang diungkap tersebut bukan main. Dalam jangka waktu beberapa tahun saja, daya tampung waduk bisa berkurang drastis. Pendangkalan perlahan mempersempit ruang air, mengurangi kapasitas pembangkit listrik, sekaligus memperpendek usia infrastruktur yang sudah ada sejak 1986 itu.

Selain sedimentasi, waduk juga dikepung oleh eceng gondok dan sampah rumah tangga. Doni menyebut sekitar 94 hektare dari 5.600 hektare luas waduk tertutup eceng gondok. Tanaman gulma ini tumbuh cepat di perairan yang kaya nutrien dan menjadi penyumbang sedimen ketika mati dan tenggelam.

"Kemudian dari 200 ton itu, tentunya jenis sampahnya macam-macam, ada sampah plastik, sampah kertas, dan lainnya. Dengan kondisi ini akan memengaruhi laju sedimentasi Waduk (Saguling), jadi umurnya akan singkat," tambahnya.

Tingginya sedimentasi bukan hanya soal tampungan air. Ia menyerang hingga ke peralatan mekanik pembangkit. "Sedimentasinya naik terus, kemudian ada benda-benda bersifat korosif yang digunakan di perairan Waduk Saguling berdampak ke peralatan sehingga cepat rusak. Maka pemeliharaan bakal lebih sering," tutur Doni.

Kondisi Waduk Saguling ini bahkan lebih mengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata atau Waduk Jatiluhur yang lebih dulu dibangun. Pasalnya, ia adalah pintu pertama dari Sungai Citarum. Seluruh kotoran, baik limbah padat maupun partikel tanah dari hulu, pertama kali mampir di sana sebelum terurai di hilir.

Prediksi Umur Waduk yang Fluktuatif

Hasil inspeksi besar oleh PLN Indonesia Power pada 2017 hingga 2018 menunjukkan usia operasional Waduk Saguling saat itu diperkirakan tinggal 18 tahun saja, terutama akibat sedimentasi. Namun, hasil pengukuran ulang pada 2022 memperpanjang usia prediksi operasional menjadi 32 tahun.

Penambahan usia ini bukan berarti ancaman selesai. Justru fluktuasi angka tersebut menunjukkan betapa rentannya kondisi waduk terhadap perubahan dinamika lingkungan. Sedikit perubahan di hulu bisa berdampak besar ke usia pakai waduk.

Perbaikan kondisi itu diklaim tak terlepas dari partisipasi banyak pihak—mulai dari reboisasi, pengangkatan sedimen, hingga pengelolaan eceng gondok.

Bertarung dengan Eceng Gondok

Sejak 2013, PT Indonesia Power menginisiasi program pemanfaatan eceng gondok berbasis komunitas. Dalam satu dekade, sebanyak 8.382 ton eceng gondok berhasil diolah menjadi bahan bakar, kerajinan tangan, pakan ternak, hingga kompos. Publikasi riset yang terbit 2023 lalu mencatat upaya ini berhasil mengurangi potensi sedimen sebanyak 17.289 meter kubik, atau hanya 0,09% dari total sedimentasi tahunan.

Secara kuantitatif, memang dampaknya kecil, namun secara simbolik dan ekologis, ia penting. Program ini menegaskan bahwa pengelolaan ekosistem bisa dilakukan secara partisipatif dan berkelanjutan.

Eceng gondok juga berdampak pada kehilangan air melalui evapotranspirasi. Data dari BMKG dan citra satelit menunjukkan bahwa pada 2016, Waduk Saguling kehilangan air lebih dari 35 ribu meter kubik per hari akibat gulma ini. Namun, angka tersebut turun hampir 47% di tahun 2023.

Eceng gondok di Waduk Saguling. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

Perubahan Iklim dan Fungsi Lahan

Sedimentasi tidak berdiri sendiri. Ia merupakan gejala dari persoalan lebih besar di hulu: alih fungsi lahan dan perubahan iklim. Publikasi riset peneliti hidrologi sejumlah kampus terbaru menunjukkan bahwa curah hujan ekstrem—yang disebut sebagai design rainfallmeningkat hingga 30% dalam 23 tahun terakhir (2000–2023) di kawasan DAS Citarum Hulu. Hujan yang dulu jarang kini menjadi lebih sering dan intens, memperbesar erosi tanah.

"Design rainfall meningkat rata-rata hingga 30% akibat perubahan iklim. Peningkatan ini turut mempengaruhi transportas sedimen," demikian catatan peneliti.

Pemukiman pun meningkat enam kali lipat dalam dua dekade. Dari yang hanya 4% di tahun 2000, kini menjadi 24% di tahun 2023. Area terbangun ini umumnya merupakan wilayah permukiman yang sebelumnya adalah ruang terbuka. Vegetasi juga berkurang, daya serap tanah menurun, dan tanah tergerus air hujan deras.

Simulasi di titik Majalaya, Dayeuhkolot, dan Nanjung menunjukkan peningkatan sedimentasi yang konsisten dari hulu hingga hilir. Dan siapa yang pertama menampung semuanya? Waduk Saguling.

Kondisi Waduk Saguling yang surut saat musim kemarau 2023. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

Dalam konteks ini, Waduk Saguling bukan sekadar tempat menampung air atau menghasilkan listrik. Ia adalah cermin dari kondisi lingkungan hulu Citarum. Jika kondisi ini tak berubah, maka rencana memperpanjang umur waduk hingga 2084 bisa menjadi harapan yang sulit digapai.

Pemerintah memang telah menggulirkan berbagai program seperti Citarum Harum. Namun, sebagaimana waduk itu sendiri, upaya itu harus terus dibersihkan, dipelihara, dan diawasi. Jika tidak, ia hanya akan jadi ladang gulma dan sampah, bukan sumber daya.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 03 Nov 2025, 16:56 WIB

Fesyen Sunda dan Anak Muda Bandung: Warisan atau Wawasan yang Tergerus?

Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan.
[ilustrasi]Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 15:41 WIB

Bandung dan Krisis Nurani Ekologis

Pemerintah kota Bandung tampak lebih sibuk memoles citra daripada memelihara kehidupan.
Sungai Cikapundung Kampung Cibarani Kota Bandung (Foto: Dokumen River Clean up)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 14:56 WIB

Milenial dan Generasi Z Tak Lagi Beli Barang, Mereka Beli Nilai

Di tangan generasi milenial dan Gen Z, konsep Keberlanjutan menjelma menjadi gaya hidup yang menuntut transparansi, nilai, dan tanggung jawab sosial.
Produk upcycle, yang mengolah limbah menjadi barang bernilai, kini menjadi simbol perubahan yang digerakkan oleh kesadaran kolektif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:46 WIB

‘Galgah’, Antonim Baru dari ‘Haus’ yang Resmi Masuk KBBI

Kata baru “galgah” sedang jadi sorotan warganet!
Kata "galgah" menunjukkan seseorang sudah tidak lagi haus. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:10 WIB

Cahaya di Tengah Luka: Ketulusan Ibu Timothy Anugerah yang Mengampuni dan Merangkul

Kehilangan seorang anak adalah duka yang tak terbayangkan. Namun, Ibu dari almarhum Timothy Anugerah memilih jalan yang tak biasa.
Ketulusan hati ibu Timothy Anugerah (Sumber: https://share.google/StTZP2teeh7VKZtTl)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 13:15 WIB

Diskusi Buku 'Berani Tidak Disukai' bersama Salman Reading Corner

Membaca adalah cara kita untuk menyelami pemikiran orang lain. Sementara berdiskusi adalah cara kita mengetahui berbagai macam perspektif.
Diskusi Buku Bersama Salman Reading Corner, Sabtu, 01 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 11:32 WIB

Menyalakan Kembali Lentera Peradaban

Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah.
Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 10:01 WIB

Perutku, Makanan, dan Rasa Lapar yang Sia-sia

Perut adalah salah satu inti kehidupan manusia. Dari sanalah segalanya bermula, dan juga sering berakhir.
Para pengungsi. (Sumber: Pexels/Ahmed akacha)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 08:12 WIB

Mati Kelaparan di Negeri para Bedebah

Membunuh memang tidak selamanya melukai tubuh seseorang dengan senjata.
Ilustrasi Meninggal karena kelaparan (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 20:37 WIB

Mengapa Tidur Cukup Sangat Penting? Begini Cara Mencapainya

Sering begadang? Hati-hati, kurang tidur bisa merusak kesehatan tubuh dan pikiranmu!
Ilustrasi tidur. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 17:53 WIB

Inspirasi Sosok yang Teguh Mengabdi di Cipadung Wetan

Sosok lurah di Cipadung Wetan yang memiliki dedikasi tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Lurah Cipadung Wetan, Bapak Tarsujono S. Sos, M,. M,. (Sumber: Mila Aulia / dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 15:14 WIB

Peran Orang Tua di Tengah Tantangan Pendidikan Modern

Perkembangan teknologi dan perubahan gaya belajar membuat pendidikan modern tidak lagi sama seperti dulu.
Orang tua dan anaknya. (Sumber: Pexels/Lgh_9)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 14:01 WIB

Ketika Kampus Tak Lagi Aman: Belajar dari Kasus Timothy Anugerah di Universitas Udayana

Kasus meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana, membuka mata kita tentang bahaya perundungan di lingkungan kampus.
Korban perundungan, Timothy Anugerah. (Tiktok/apaajaboleh2012)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 12:29 WIB

Bermain dengan Sabar, Reza Gebuk 2 Ganda Malaysia, BL Negeri Jiran Marah!

Ini adalah kemenangan ketiga Sabar/Reza dari pasangan Malaysia itu dalam empat pertemuan.
Sabar Karyaman Gutama dan Mohammad Reza Pahlevi Isfahani. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Jelajah 02 Nov 2025, 11:00 WIB

Hikayat Kasus Penganiayaan Brutal IPDN Jatinangor, Tumbangnya Raga Praja di Tangan Senior Jahanam

Tradisi koreksi berubah jadi ritual kekerasan mematikan. Kasus Cliff Muntu membongkar budaya militeristik yang mengakar di IPDN.
Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, mengikuti Upacara Penutupan Praktik Lapangan I di Lapang Upakarti Soreang, Selasa (13/8/2019). (Sumber: Humas Pemkab Bandung)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 10:05 WIB

Tempat Nongkrong Favorit Mahasiswa Bandung dengan Konsep Otomotif Unik

Ice Cream Service Autoshop & Dine menghadirkan pengalaman kuliner unik di Bandung dengan konsep otomotif yang menarik perhatian.
Ice Cream Service Autoshop & Dine (Foto: Ramzy Ahmad)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 07:30 WIB

Tips Aman Berselancar Internet: Hindari Jebakan Phishing dan Penipuan Online

Waspadai jebakan di dunia maya! Temukan cara mengenali tautan palsu, pesan penipuan, dan trik phishing yang sering menjerat.
Waspada terhadap phishing dan penipuan online. (Sumber: Pexels/Markus Winkle)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 05:42 WIB

Menggenggam Asa Hafalan, Sang Penghidup Tradisi Tahfiz MTs Kifayatul Achyar

Kisah inspiratif Sholihin, pembina tahfiz yang berhasil menghidupkan kembali program hafalan para siswa di MTs Kifayatul Achyar.
Sosok Sholihin yang giat membina tahfiz siswa/i MTs Kifayatul Achyar (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 15:18 WIB

Transformasi Pusat Perbelanjaan Bandung, Menjawab Tantangan Ritel dengan Inovasi dan Koneksi Sosial

Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal.
Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 14:22 WIB

Membentuk Karakter Gen Z di Era Digital: Antara Teknologi, Kreativitas, dan Tantangan Edukasi

Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian.
Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)