Di tengah riuhnya Paskal Food Market yang berlokasi di Jl. Pasir Kaliki No. 25-27 Kb. Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung, tercium aroma bumbu kacang dari Ketoprak Legend khas Bandung yang terasa begitu menggoda. Pada Selasa, (28/10/2025) di balik piring ketoprak, gado-gado, lotek, dan rujak yang disajikan dengan cita rasa khas itu, tersimpan kisah perjuangan panjang seorang pemilik usaha UMKM bernama Ibu Dewi, yang terus bertahan menjaga cita rasa dan kehangatan tradisi di tengah persaingan kuliner modern.
UMKM milik Bu Dewi ini berdiri sejak tahun 2010 dan sempat memiliki beberapa cabang di BEC dan Mall 23 Paskal. Namun, kondisi ekonomi dan persaingan ketat membuat beberapa cabang harus ditutup. Kini, hanya tersisa satu kedai yang tetap bertahan di Paskal Food Market, dengan dua orang pekerja yang senantiasa setia menjaga gerai.
Sesilia (20), karyawan yang telah bekerja sejak 2022, menuturkan bahwa pendapatan kedai ini tak selalu stabil.
âBiasanya ramai di akhir pekan. Tapi kalau sering hujan, pelangganpun menurunâ ujarnya sambil sesekali melayani pelanggan.
Cuaca, kata dia, jadi salah satu faktor besar yang memengaruhi omzet.
Paskal Food Market sendiri bukanlah tempat yang mudah bagi pelaku usaha kecil. Area kuliner ini dikenal sebagai destinasi favorit wisatawan dan warga Bandung. Namun, sistemnya ketat. Jika omzet tak sesuai target selama tiga bulan, tenant bisa diminta keluar dari area penjualan.
âPaskal itu punya jiwa persaingan tinggi. Jadi kalau mau tetap di sini, harus kerja keras biar omzet terus bagus,â kata Sesilia.
Beberapa bulan terakhir, Bu Dewi juga harus beradaptasi dengan lokasi baru setelah tempat lama dipindahkan sekitar Maret lalu. Selain itu, perubahan tata ruang Paskal juga menjadi tantangan tersendiri. Dari yang semulanya memiliki 80 hingga 100 counter, kini hanya sekitar 60 tenant yang tersisa akibat penyempitan lahan. Kondisi ini membuat area semakin padat, dan persaingan antar pelaku UMKM semakin ketat.
Di tengah keterbatasan tenaga, Sesilia sering kali menjaga kedai seorang diri. âKadang pelanggan nggak sabar kalau saya lagi buatkan pesanan. Tapi saya tetap berusaha melayani sebaik mungkin,â ucapnya sambil tersenyum.
Namun, di balik semua tantangan itu, selalu ada momen yang membuat perjuangan terasa manis. Saat libur panjang seperti Imlek, Natal, dan Tahun Baru, pelanggan datang silih berganti. Kedai Ketoprak Legend pun menjadi salah satu titik yang ramai didatangi pengunjung yang rindu akan cita rasa tradisional.
Bagi pelanggan setianya, rasa ketoprak Bu Dewi punya kenangan tersendiri.
âSaya sudah langganan sejak kuliah. Rasanya nggak pernah berubah khas banget,â ujar seorang pengunjung yang tengah menikmati sepiring ketoprak dengan bumbu kacang kental.
Kini, di usianya yang ke-14, Ketoprak Legend tetap berpegang pada satu prinsip: menjaga cita rasa dan ketulusan dalam melayani pelanggan.
âSaya cuma ingin usaha ini terus maju, dan tetap dikenal karena rasanya,â tuturnya. Ketoprak Legend bukan sekadar kedai kecil di pojok pasar kuliner, ia adalah simbol keteguhan UMKM lokal yang terus berjuang di tengah derasnya arus kompetisi. (*)
