Dari Paris van Java ke Pedestrian van Java

Djoko Subinarto
Ditulis oleh Djoko Subinarto diterbitkan Senin 01 Des 2025, 08:44 WIB
Trotoar yang bersih, aman, dan nyaman menjadikan kota ramah bagi pejalan kaki. (Sumber: Arsip pribadi | Foto: Arsip pribadi).

Trotoar yang bersih, aman, dan nyaman menjadikan kota ramah bagi pejalan kaki. (Sumber: Arsip pribadi | Foto: Arsip pribadi).

KOTA Bandung -- yang kini kian heurin -- pernah beken disebut Paris van Java, bukan hanya karena kotanya yang estetik mirip Paris, tapi juga karena aura jalan-jalannya yang asyik untuk dilalui.

Sayangnya, aura asyik itu kiwari tak lagi merata. Bandung seperti memiliki dua wajah. Wajah pertama, yang ramah pejalan kaki dan wajah kedua, yang tunduk pada mesin bermotor.

Lalu, apa yang perlu dilakukan?

Ukuran kebudayaan

Membayangkan pedestrian kota berarti membayangkan langkah kaki di pusat tata kota sebagai awal dari perencanaan kota. Ini bukan sekadar perkara memperlebar trotoar semata, melainkan perkara memikirkan kembali prioritas ruang publik.

Jalan kaki selalu jadi ukuran kebudayaan sebuah kota. Di kota yang sehat, trotoar adalah urat nadi sosial, tempat orang bersua, pedagang kecil berjualan, sepeda anak melaju pelan, dan obrolan santai warga mengalir penuh keakraban. 

Bandung sesunguhnya punya keuntungan. Ukuran kota yang relatif kompak, cuaca yang ramah, dan keragaman fungsi kota -- kampus, pasar, kawasan kreatif -- membuat berjalan kaki potensial jadi kebiasaan harian di kota ini. Tantangannya adalah menjadikan potensi itu konkret, bukan semata angan dan retorika.

Tak bisa kita mungkiri, infrastruktur trotoar Bandung kiwari sering tercabik-cabik oleh parkir liar, pedagang, dan utilitas kota yang menonjol tanpa penyelarasan. Ketika trotoar dipakai untuk kepentingan lainnya, pejalan kaki dipaksa turun ke jalan, berbaur dengan kendaraan.

Kebiasaan jalan kaki warga juga dibentuk oleh persepsi terkait aman atau tidaknya jalan, nyaman atau tidaknya berjalan di trotoar, dan seberapa cepat perjalanan sampai tujuan. 

Kalau warga merasakan berjalan kaki lebih ribet atau membahayakan, mereka akan memilih menunggang motor atau mobil, kendati secara logis nikreuh lebih murah dan kadang lebih cepat untuk menjangkau tujuan dalam rentang jarak yang pendek.

Solusi teknis

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu 5 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu 5 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Perencanaan kota kerap terjebak pada solusi teknis -- memperlebar jalan untuk mengurai macet -- tanpa bertanya mengapa mobil kian dominan. Padahal, memperlebar jalan untuk mobil bukanlah solusi murni bagi kemacetan.

Kebijakan zoning, desain trotoar, pengaturan parkir, dan kebijakan angkutan umum mestinya lebih diperhatikan. 

Soal apakah Bandung ingin dipandang sebagai kota yang memanjakan kendaraan atau sebagai kota yang memuliakan langkah-langkah kecil warganya, ini bukan perkara estetika semata, ini menyangkut pula perkara menentukan pilihan anggaran dan prioritas kebijakan.

Mengubah kebiasaan dari bergantung pada kendaraan kepada bergantung pada langkah kaki memerlukan pula kampanye yang menyentuh hati. Dan kampanye itu harus konkret. Misalnya, dengan menghitung waktu tempuh, menunjukkan rute alternatif, dan melibatkan komunitas lokal.

Mobilitas alternatif seperti sepeda, angkot terintegrasi, dan layanan peningkatan aksesibilitas untuk lansia dan difabel harus jadi bagian dari ekosistem pedestrian kota.  Budaya jalan kaki butuh sinergi dengan moda lain.

Ruang publik yang berkualitas juga menyangkut penyediaan fasilitas mikroklimat, seperti keberadaan pohon peneduh, kursi, lampu jalan yang baik, dan kebersihan. Hal-hal kecil ini krusial karena mempengaruhi keputusan seseorang untuk berjalan kaki atau naik kendaraan.

Tentu, kebijakan untuk mendorong budaya jalan kaki tak akan berhasil tanpa enforcement. Contohnya, larangan parkir di trotoar harus disertai penegakan yang konsisten dan sanksi yang diberlakukan dengan adil. Penegakan yang tebang pilih hanya akan memperparah ketidakpercayaan publik.

Menguntungkan wisata

Investasi pada infrastruktur pejalan kaki jangan dipandang sebagai beban, melainkan sebagai tabungan jangka panjang, yakni pengurangan polusi, berkurangnya biaya kesehatan, dan peningkatan produktivitas. 

Selain itu, sektor wisata juga bisa diuntungkan. Bandung dikenal karena kawasan-kawasan yang asyik dilalui: Braga, Dago, dan beberapa gang kreatif. Memperluas dan menghubungkan jaringan pejalan kaki bisa memperpanjang durasi kunjungan wisatawan dan menyebarkan manfaat ekonomi ke kawasan yang lebih luas.

Ada pula dimensi sosial di mana trotoar adalah arena publik yang egaliter. Ketika orang berjalan, kesempatan bertemu antarwarga lebih besar, dan sekat sosial menipis. maka, kota yang ramah pejalan kaki cenderung lebih inklusif secara sosial

Tetapi, kita juga harus realistis tidak semua rute jalan kaki bisa langsung diprioritaskan. Perlu peta jalan (roadmap) yang memetakan koridor prioritas, fase pembangunan, dan indikator keberhasilan yang jelas. Tanpa roadmap, proyek sering putus di tengah jalan.

Partisipasi sektor privat menjadi salah satu bagian penting. Investasi pada perbaikan atau peningkatan area lahan yang menghadap jalan umum (frontage improvement), program CSR untuk penanaman pohon, dan kemitraan untuk menciptakan pedestrian plaza dapat mengurangi beban fiskal pemerintah dan mempercepat realisasi program kebijakan.

Komunitas lokal -- RT, pedagang kaki lima, warga -- harus diajak untuk merumuskan desain pembangunan. Trotoar yang dirancang tanpa dialog dengan komunitas lokal bisa saja tidak sepenuhnya mencerminkan kebutuhan warga, yang akhirnya malah bisa mubazir.

Teknologi dapat turut membantu dalam realisasi program kebijakan. Contohnya, aplikasi yang memetakan rute pejalan kaki, pelaporan parkir liar secara real-time, dan simulasi dampak desain trotoar. Namun, teknologi hanyalah alat. Keputusan politik dan budayalah yang menentukan apakah alat itu dipakai atau tidak.

Pilihan ada di tangan bersama. Pemerintah mengarahkan, swasta berinvestasi, dan warga menuntut serta merawat ruangnya. Jika langkah-langkah kecil hari ini bisa menjadi habit untuk esok, Bandung bisa berubah dari Paris van Java menjadi Pedestrian van Java, sebuah kota yang berjalan, bernafas, dan hidup bersama langkah-langkah para warganya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Djoko Subinarto
Penulis lepas, blogger
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 02 Des 2025, 20:17 WIB

Seakan Tidak Ada Habisnya, Juru Parkir Liar makin Bertambah di Beberapa Kawasan Bandung

Tak sedikit warga mengeluhkan kejadian terhadap parkir liar yang semakin marak terjadi di Kota Bandung.
Seorang juru parkir yang sedang bertugas di Kiaracondong, Kota Bandung, Sabtu 29 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Asti Alya Anggraini)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 19:49 WIB

Harmoni Harga dan Kualitas yang Menyatu dalam Berbelanja di Butik Bandung Modern

Blossom, sebuah toko pakaian di Bandung yang menyediakan beragam pilihan pakaian, dengan menawarkan harga yang cukup bersahabat.
Suasana toko Blossom pada 8 November 2025, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. (Sumber: Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: foto : Amalia Putri Aditia)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 19:29 WIB

Menelusuri Kesamaan ā€˜Nasab’ 3 Kue Jadul: Burayot, Ali Agrem, dan Cucur

Tiga kue atau camilan jadul dengan ā€œnasabā€ yang nyaris sama ini: Burayot, Ali Agrem, dan Cucur.
Kue Ali atau Ali Agrem merupakan cemilan tradisional Jawa Barat. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 18:50 WIB

Tentang Suara, Perjuangan, dan Cara Musik Mengubah Seseorang Memandang Hidup

Nurul A’ini menutup matanya sejenak, membiarkan alunan Queen of the Night memenuhi ruang kecil itu.
Nurul A'ini, seseorang yang mempunyai gaya hidup dalam bernyanyi (Sumber: Paduan Suara Mahasiswa UIN SGD | Foto: Paduan Suara Mahasiswa UIN SGD)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 18:13 WIB

Friday Carfree Belum Efektif bagi Pemerintah Kota Bandung

Program Friday Carfree bagi ASN dinilai belum efektif karena masih ditemukan pelanggaran parkir yang memicu kemacetan di sekitar Balai Kota Bandung.
Banner Friday Carfree di Balaikota Bandung (Sumber: Pikiran rakyat)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 17:51 WIB

Dari Gang Sempit, Usaha Camilan Lokal Ini Tumbuh Jadi Peluang Besar

Dari gang sempit di Bandung, Kripik Bujangan tumbuh menjadi usaha camilan yang membuka peluang bagi banyak orang.
Seorang konsumen sedang mendatangi rumah produksi Bujangan di Jl. Muararajeun Baru, Cihaur Geulis, Cibeunying Kaler, Kota Bandung,  (05/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 17:31 WIB

Akulturasi Budaya Jepang dan Indonesia, Matcha Mulai Hadir dengan Cita Rasa Inovatif

Mengunjungi salah satu pelopor matcha autentik yang berpadu dengan selera lidah lokal di Bandung, yakni Kusuma Matcha.
Tempat transaksi Kusuma Matcha dengan nuansa Jepang modern yang kerap dijadikan spot foto pengunjung, (30/10/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Andrea Keira)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 16:25 WIB

Taman Main Mili-Mili: Keajaiban Kecil Penuh Petualangan di Hutan Pinus Lembang

Taman Main Mili-Mili adalah wisata alam edukasi, interaktif, dan merupakan pengembangan dari Wisata Hutan Mycelia.
Gerbang masuk dengan instalasi lampu yang indah di Taman Main Mili-Mili (13/11/2025). (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Rafy Lovinka)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 15:29 WIB

Bubur di Bawah Pohon Rindang, Tempat Sarapan Favorit Warga Bandung

Salah satu yang belakangan banyak dibicarakan adalah Toko Bubur di Bawah Pohon Rindang di kawasan Pinus Regency.
Suasana Toko Bubur di Bawah Pohon Rindang, Pinus Regency, Cinambo, Bandung. (Sumber: Rifa Windi | Foto: Rifa Windi)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 13:38 WIB

Berawal dari 'Nongkrong Santai', Empat Sekawan di Bandung Dirikan UMKM Fotografi

UMKM fotografi yang berkembang menjadi agensi kreatif dan siap menangani proyek dokumentasi.
Salah satu pendiri Foursix mengabadikan momen di lapangan mini soccer Bromus Cisaranten. (Sumber: Dokumentasi Penulis).
Ayo Netizen 02 Des 2025, 11:58 WIB

Pariwisata Alam ini Berikan Pengalaman Menarik dan Edukasi Sesar Lembang

Uncle D Backyard menawarkan keindahan alam serta edukasi mengenai mitigasi bencana sesar lembang kepada masyarakat.
Nuansa damai dan asri di bawah langit pepohonan Uncle D Backyard. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Carissa Syarafina)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 10:53 WIB

Kata-Kata Kecil yang Menghangatkan: 'Teh', 'Mah', 'Atuh', dan 'Meuni' Penanda Rasa dalam Bahasa Sunda

Terdapat sekian kata dalam Bahasa Sunda yang menjadi bumbu kehangatan dan kedekatan dalam setiap percakapan.
Abah Endang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MAS Manba'ul Huda. Bandung, 05 November 2025. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Tsaqifa Dhiyaul Hawa)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 09:50 WIB

Trotoar di Bandung, Aksesibilitas bagi Tunanetra Masih Terabaikan

Keprihatinan akan kondisi trotoar di Kota Bandung bagi penyandang disabilitas yang masih perlu diperhatikan Wali Kota Bandung .
Kondisi trotoar yang sudah rusak parah, pada Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Maretha)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 08:45 WIB

Dari Ide Spontan Kini Menjadi Produk Berkarakter, Bukti Kreativitas Anak Muda Indonesia

Rewear Project lahir dari ide spontan dan menghadirkan produk berkualitas, nyaman, dan tahan lama.
Koleksi unggulan Rewear Project yang menampilkan gaya kasual hadir di Kabupaten Bandung, Sabtu (8/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Siti Octaviani)
Ayo Netizen 02 Des 2025, 07:59 WIB

Wisata Religius untuk Mengenang Eril

Para peziarah mulai berdatangan menuju tempat peristirahatan terakhir Emmeril Kahn Mumtadz.
Makam Eril di Cimaung, Kabupaten Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 01 Des 2025, 21:40 WIB

Bernapas Budaya, Tjitarum Menyulam Rasa dan Cerita Jawa Barat dalam Setiap Gigitan

Kehadiran Tjitarum sebagai toko bolu dan kue bukan sekadar membuka ruang baru bagi wisatawan untuk membeli buah tangan. Namun simbol bagaimana kuliner bisa menjadi bahasa pelestarian budaya.
Kehadiran Tjitarum sebagai toko bolu dan kue bukan sekadar membuka ruang baru bagi wisatawan untuk membeli buah tangan. Namun simbol bagaimana kuliner bisa menjadi bahasa pelestarian budaya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 20:07 WIB

Rajutan Keberuntungan: Kisah Yumna Craft Merajut Asa dari Tali Makrame di KabupatenĀ Bandung

Berawal dari hobi, Yumna Craft kini produknya dikenal luas dan sering tampil dalam pameran UMKM KabupatenĀ Bandung.
Ibu Lia Yulia selaku owner Yumna Craft memamerkan hasil kerajian makrame berupa tas dan gantungan kunci di rumahnya, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, (05/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 18:24 WIB

Perjalanan Panjang Sanggar Tari Pusbitari: Lestarikan Tari Klasik Tradisional Sunda hingga Saat Ini

Sanggar Pusbitari yang didirikan di tahun 1986 di Kota Bandung ini, memiliki keinginan untuk mempertahankan budaya warisan nenek moyang.
Para penari Sanggar Pusbitari sedang melakukan latihan rutin tarian klasik tradisional di ruangan sanggar pusbitari, Jalan Ir. H. Juanda, Kec Bandung Wetan, Kota Bandung, Rabu (29/10/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 17:46 WIB

Kualitas dan Konsistensi Menjadi Fondasi Brand Lokal CosmicĀ untuk Terus Eksis

Cosmic adalah brand fashion asal Bandung yang berdiri sejak 2001 dan dikenal melalui desain simple, minimalis, serta mudah dikenali.
Bangunan bergaya modern ini menjadi identitas kuat gerai fashion lokal di Jalan Trunojoyo No. 30, Kota Bandung, pada Sabtu (29/10/2025). (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 01 Des 2025, 16:45 WIB

Mencicipi Kolaborasi Rasa Tradisional dan Western lewat Menu Autentik Mami Palolo

Usaha kuliner Mami Palolo hadirkan perpaduan Sunda-Western di Bojongsoang.
Momen saat kelezatan Mami Palolo disantap dengan lahap oleh konsumen di Jalan Cikoneng Nomor 19, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Selasa (6/11/2025). (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Nabila Nazwa Saina)