Hujan deras yang turun sejak pagi menyebabkan banjir setinggi lutut di kawasan Kompleks Griya Bandung Asri 1, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Kamis, 5 Desember. Genangan air tidak masuk ke rumah kos, namun aktivitas warga dan anak kos terhambat karena akses hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Kondisi ini kembali terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya dan menjadi rutinitas musiman yang sudah terbiasa dihadapi warga sekitar.
Syauqi (19), seorang mahasiswa sekaligus penghuni kos kawasan Kelompok Griya Bandung Asri 1, Bojongsoang, mengaku banjir tersebut menghambat aktivitas kuliah dan kegiatan organisasi kampus yang dijalaninya. Ia menyebut mobilitas menjadi terbatas karena kendaraan tidak dapat melintas, sehingga beberapa agenda harus ditunda atau diikuti secara daring.
“Kalau harus keluar sebenarnya masih bisa, tapi hanya jalan kaki dan itu cukup menyulitkan,” ujarnya.
Meski akses terbatas, kebutuhan sehari-hari tidak menjadi persoalan besar karena Syauqi telah menyiapkan stok makanan sebelum itu. Ia memilih bertahan di kos dan mengurangi aktivitas di luar ruangan demi menjaga keselamatan serta kondisi kesehatan. Situasi tersebut membuat ritme kehidupan sehari-hari berjalan lebih lambat dibandingkan hari normal.
Selain mobilitas, kekhawatiran lain yang dirasakan adalah kondisi jaringan komunikasi, terutama untuk mengabari keluarga di rumah. Syauqi mengatakan jaringan menjadi penting agar keluarga tetap mengetahui kondisi dirinya selama banjir berlangsung.
“Yang bikin kepikiran itu kalau susah ngabarin orang rumah,” katanya singkat.

Menurut Syauqi, banjir di kawasan tersebut tidak membawa perubahan signifikan karena sudah menjadi kejadian tahunan yang biasa dialami warga.
Namun, ia berharap ada upaya perbaikan infrastruktur, khususnya jalan lingkungan, agar genangan tidak terus berulang setiap musim hujan. Perbaikan tersebut dinilai penting untuk menjaga aktivitas masyarakat tetap berjalan normal meski curah hujan tinggi. (*)
