Pocong Lembang Kena Tegur Polisi, Jangan Kebablasan!

Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Rabu 11 Jun 2025, 10:55 WIB
Pocong di Lembang ditegur polisi. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

Pocong di Lembang ditegur polisi. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

AYOBANDUNG.ID - Beberapa orang di pinggir jalan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kerap tampil beda. Mengenakan balutan kain putih kusam menyerupai kafan, wajah dilukis pucat, dan tubuh melompat-lompat seperti makhluk yang keluar dari liang lahat. Mereka bukan pemeran horor dalam produksi film, melainkan pelaku hiburan jalanan yang mencari nafkah dari kostum pocong.

Sayangnya, atraksi ini tak selalu disambut tawa. Sebagian wisatawan justru merasa terganggu. “Kami menerima laporan dari warga dan pengguna jalan yang merasa tidak nyaman dengan cara mereka beraksi,” kata Kapolsek Lembang, Komisaris Polisi Hadi Mulyana, Selasa, 10 Juni 2025.

Hadi menyebut, sejumlah pelaku hiburan tidak hanya berdiri di pinggir jalan, tetapi juga secara aktif mendekati kendaraan yang melintas, mengejutkan pengendara, bahkan mengetuk kaca mobil sambil meminta imbalan. Aksi itu dianggap membahayakan dan bisa mengarah ke bentuk pemaksaan terselubung.

“Jika sampai menimbulkan rasa takut demi mendapatkan uang, itu bisa menjurus ke tindakan premanisme,” ujarnya.

Fenomena pocong dadakan ini muncul seiring tingginya kunjungan wisatawan ke Lembang, terutama pada musim liburan. Kostum seram dan aksi teatrikal di jalan dimanfaatkan sebagai cara untuk menarik perhatian dan, harapannya, mendapatkan uang dari pengunjung.

Pihak kepolisian mengaku tak ingin mematikan kreativitas warga. Hanya saja, kata Hadi, ruang publik harus tetap dijaga agar tidak berubah menjadi panggung intimidasi. “Kami tidak melarang kreativitas, tapi tetap harus ada batasannya,” tuturnya.

Selain menegur langsung pelaku hiburan kostum tersebut, polisi juga memberikan edukasi agar mereka memahami batasan hukum dalam berkegiatan di jalanan. Petugas mengingatkan bahwa meminta uang kepada orang lain sebaiknya dilakukan dengan cara yang tidak memaksa, apalagi menakut-nakuti.

Untuk mencegah insiden yang lebih serius, polisi mengimbau masyarakat agar segera melapor bila merasa terganggu atau terancam. “Tujuan kami bukan untuk mematikan hiburan rakyat, tapi untuk menjaga agar semuanya tetap dalam koridor hukum dan tidak merugikan orang lain,” kata Hadi.

Pocong Juga Ingin Hidup Layak

Pilihan menjadi pocong jalanan untuk menghibur wisatawan bukanlah perkara mudah. Butuh keberanian, kesabaran, dan sedikit kekuatan untuk menahan pilu. Tak ada jaminan penghasilan tetap. Tidak pula kepastian kapan uang akan mengalir. Hanya harapan dari tangan-tangan yang sekadar iseng memberi receh. Jika hari cerah dan ramai pengunjung, mungkin bisa pulang dengan cukup untuk makan. Tapi jika hujan turun, atau jalanan sepi, maka itu berarti hari tanpa hasil.

Pocong jalanan seperti yang ada di Lembang atau Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, adalah potret buram dari mereka yang tak punya banyak pilihan. Cari kerja susah, berdiam pun bukan pilihan.

Dede Supriatna misalnya. Pria kepala dua ini adalah pocong yang kerap gentayangan di Jalan Asia Afrika. Dia pernatau, datang ke Bandung membawa impian sederhana: hidup yang lebih baik. Setelah berpindah dari Semarang dan sempat mencicipi kerasnya bertahan hidup di Palembang, Bandung menjadi kota persinggahan yang dipilihnya bersama istri.

Dede Supriatna, sosok pocong di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Dede Supriatna, sosok pocong di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)

Tapi kota ini tak serta-merta menjanjikan kemudahan. Jalanan, taman kota, hingga pelataran masjid pernah menjadi tempat bernaung. Sempat jualan kopi di pinggir jalan, tidur di Masjid Agung saat istrinya hamil. Namun bisnis kopi tak membuatnya kenyang. Sampai suatu malam, ia melihat para hantu-hantuan di Jalan Asia Afrika. Ia tawarkan diri untuk menyewakan kostum. Tapi karena tak tega ambil bagian terlalu besar dari hasil sewa, Dede akhirnya ikut turun langsung: jadi pocong juga.

Bertahun-tahun sudah ia berdandan kain kafan. “Daripada kita berbuat jahat, lebih baik begini. Asal enggak gengsi,” katanya. Ia punya mimpi: jadi satpam. Tapi dengan ijazah SD pun tak tamat, itu masih mimpi yang jauh.

Profesi sebagai pocong ia geluti bukan karena ingin menakuti orang. Justru sebaliknya, ia ingin menghibur, membuat wisatawan tersenyum atau sekadar terkejut. Tidak ada paksaan dalam meminta uang. Tak ada pula tipu daya. Hanya diam dan berdiri, menanti orang yang rela menghargai keberadaannya. Namun pekerjaan ini tetap penuh risiko. Tak jarang orang yang ketakutan bersikap agresif. Ada pula yang menghina, menyamakan mereka dengan pengemis atau pengganggu ketertiban.

Penghasilannya? Cuma ratusan ribu dalam sebulan. Tapi Dede menerima itu, dengan sabar dan sepi yang menemaninya malam-malam. Hujan turun, penghasilan turun. Hari biasa, sepi. Tapi Dede tak pernah memaksa orang memberi uang, apalagi menakut-nakuti.

Di balik kain kafan dan riasan seram itu, ada manusia yang memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Ada anak yang perlu diberi makan, istri yang harus dipenuhi kebutuhannya, dan masa depan yang masih samar. Meski pekerjaannya sering dianggap sepele, bahkan memalukan, bagi Dede ini adalah pilihan yang lebih baik ketimbang merampas hak orang lain.

Ia masih menyimpan harapan untuk suatu hari bisa berganti seragam, bukan lagi sebagai pocong, tapi sebagai satpam. Ia tahu itu tak mudah. Ijazah sekolah yang tidak selesai, pengalaman kerja yang terbatas, dan persaingan yang ketat membuat langkahnya berat. Tapi setidaknya, ia masih melangkah. Tetap berdiri, meski dalam diam.

Redaksi
Redaksi
Editor
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 17 Sep 2025, 20:02 WIB

Elipsis ... Cara Pakai Tiga Titik sebagai Tanda Baca

Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 18:14 WIB

Sejarah Julukan Garut Swiss van Java, Benarkah dari Charlie Chaplin?

Dari Charlie Chaplin sampai fotografer Thilly Weissenborn, banyak dituding pencetus Swiss van Java. Tapi siapa yang sebenarnya?
Foto Cipanas Garut dengan view Gunung Guntur yang diambil Thilly Weissenborn. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 18:12 WIB

Jejak Rasa Kota Kembang: Menyelami Sejarah dan Tantangan Kuliner Legendaris Bandung

Bicara Bandung bukan hanya udara sejuk dan panorama pegunungan yang memikat, tapi juga salah satu pusat kreativitas dunia kuliner yang tumbuh subur.
Setiap jajanan legendaris Bandung menyimpan jejak sejarah, budaya, dan perjuangan para pelaku UMKM. (Sumber: Instagram @batagor_riri)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 12:35 WIB

Sendal Perempuan yang Tak Boleh Hanya Nyaman Dipakai

Sandal perempuan berfungsi sebagai alas kaki yang melindungi telapak dari panas, kotoran, maupun permukaan yang keras ketika beraktivitas. Namun sandal juga memberikan kenyamanan karena umumnya ringan
Ilustrasi Foto Sandal Perempuan. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 10:33 WIB

Surga Buku Jadul di Tengah Kota Bandung

Bagi pencinta buku lama dan koleksi majalah impor, Kota Bandung punya destinasi yang layak dikunjungi, Toko Buku Redjo. Toko ini berlokasi di Jalan Cipunagara Nomor 43, kawasan Cihapit, Bandung
Toko Buku Redjo. (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 09:37 WIB

Studio Rosid, Tempat Paling Nyaman untuk Menikmati Karya Seni

Di tengah ramainya kehidupan perkotaan, terdapat sebuah ruang seni yang menawarkan atmosfer berbeda. Studio Rosid, yang berdiri sejak 2003 di Jalan Cigadung Raya Tengah No. 40, Kecamatan Cibeunying.
Galeri Seni Studio Rosid. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 06:09 WIB

Apakah Mentalitas 'Modal Janji' Berakar dari Masyarakat ?

Janji manis yang sering kali tidak ditepati membuat seseorang bisa kehilangan mempercayai semua pihak.
Janji manis seseorang yang tidak ditepati sungguh mencederai kepercayaan orang lain. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 18:51 WIB

Bandung Bukan Milik Segelintir: BBFT dan Perjuangan Ruang yang Setara

Mereka ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan.
BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 18:31 WIB

Huruf Kapital Tak Boleh Diabaikan, tapi Kapan Jangan Digunakan?

Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat.
Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat. (Sumber: Pexels/Brett Jordan)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 17:33 WIB

Sejarah Gempa Besar Cianjur 1879 yang Guncang Kota Kolonial

Catatan sejarah Belanda ungkap 1.621 rumah hancur, dari penjara hingga gudang garam, akibat guncangan berhari-hari.
Dokumentasi kerusakan gempa Cianjur 1879. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 16:48 WIB

Reggae Menggema dari Lereng Bandung, Jejak The Paps dan Generasi Musik Bebas

Dari gang-gang kecil tempat anak muda berkumpul, hingga panggung-panggung komunitas yang tak pernah sepi, Bandung jadi rumah bagi banyak eksperimen musikal yang berani.
The Paps, band reggae asal Bandung yang tak hanya memainkan musik, tapi juga merayakan kebebasan dalam berkarya. (Sumber: dok. The Paps)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 16:10 WIB

Upaya Menyukseskan Program Revitalisasi Sekolah

Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi.
Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi. (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 15:37 WIB

Menyulam Asa di Dapur UMKM: Tiga Kisah Perjuangan, Inovasi, dan Harapan

Tiga sosok tangguh dari Bandung ini membuktikan bisnis kecil bisa punya dampak besar asal dijalani dengan tekad, inovasi, dan dukungan publik yang berkelanjutan.
Produk brownies bites yang gluten free, dairy free, dan low sugar dari Battenberg3. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 15:00 WIB

Kasian, Kota Bandung Tak Punya Gedung Festival Film

Ya, Bandung kota seni yang tak Nyeni. Seperti gadis cantik yang belum mandi.
Kota Bandung tak punya Gedung Festival Film. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 14:15 WIB

Sejarah DAMRI, Bus Jagoan Warga Bandung

Sejak 1960-an, DAMRI mewarnai jalanan Bandung. Dari trial and error, berkembang jadi transportasi publik penting, kini hadir dengan armada bus listrik.
Bus DAMRI jadul di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)