Bandung Peringkat 1 Kota Termacet di Indonesia, Ini Penjelasan TomTom dan Rencana Farhan Mengurainya

Andres Fatubun
Ditulis oleh Andres Fatubun diterbitkan Kamis 24 Jul 2025, 15:33 WIB
Kemacetan di Jalan Merdeka, Kota Bandung, Rabu 31 Juli 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Kemacetan di Jalan Merdeka, Kota Bandung, Rabu 31 Juli 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

AYOBANDUNG.ID - Bandung dinobatkan sebagai kota termacet di Indonesia versi TomTom Traffic Index 2024. Dalam laporan tersebut, rata-rata waktu tempuh di Kota Kembang mencapai 32 menit 37 detik per 10 kilometer, menjadikannya peringkat nomor 1 di Indonesia atau ke-12 di dunia dalam kategori waktu terlama yang hilang di jam sibuk.

Data ini mengundang reaksi dari Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Ia mempertanyakan akurasi dan metodologi di balik pemeringkatan TomTom.

Untuk menjawab keraguan tersebut, AyoBandung.id menghubungi langsung pihak TomTom dan mendapat penjelasan dari Ralf-Peter Schaefer, VP Product Management Traffic and Travel Information, di TomTom.

Ralf, yang mengaku telah berkecimpung selama 25 tahun di bidang analisis kemacetan, menjelaskan bahwa TomTom mengumpulkan data lalu lintas berdasarkan lokasi kendaraan yang terhubung ke sistem navigasi dan peta digital TomTom.

“Kami melacak kecepatan dan titik-titik kemacetan berdasarkan data kendaraan yang bergerak di jalanan. Jika laju kendaraan melambat, rutenya akan ditandai merah,” ujarnya sambil memperlihatkan data penuh angka dan kotak yang berwarna-warni.

Data yang dikumpulkan tidak hanya berasal dari pengguna kendaraan pribadi, tetapi juga berbagai sumber lain termasuk transportasi umum dan perangkat ponsel. Dia mengatakan TomTom terhubung dengan sekitar 2050 sumber data di seluruh dunia untuk memetakan soal pergerakan kendaraan ini.

TomTom Traffic Index menghitung rata-rata waktu tempuh untuk perjalanan sejauh 10 km di masing-masing kota. Selain itu, juga dihitung total waktu yang hilang akibat kemacetan pada jam sibuk selama satu tahun. Di Bandung, -menurut TomTom- waktu yang hilang dalam setahun karea kemacetan mencapai 108 jam dalam setahun atau setara dengan empat setengah hari.

Data TomTom traffic index menempatkan Kota Bandung di urutan nomor 1 se-Indonesia. (Sumber: TomTom)
Data TomTom traffic index menempatkan Kota Bandung di urutan nomor 1 se-Indonesia. (Sumber: TomTom)

Dalam waktu tempuh perjalanan 10 kilometer, Bandung mengungguli Medan (32 menit 3 detik), Palembang (27 menit 55 detik), Surabaya (26 menit 59 detik), dan Jakarta (25 menit 31 detik). Kendati Jakarta memiliki tingkat kemacetan lebih tinggi (43%), waktu tempuhnya lebih singkat dari Bandung, menjadikan ibukota hanya berada di urutan ke-5 nasional.

“Pemeringkatan ini kami dasarkan pada durasi perjalanan, bukan semata-mata jumlah kendaraan,” jelas Ralf. Ia menambahkan, perbandingan dilakukan secara global untuk melihat efektivitas mobilitas perkotaan, khususnya saat jam sibuk ketika orang pergi atau pulang kerja.

Menurut Ralf, tidak ada solusi tunggal untuk setiap kota.

Salah satu pendekatan yang ditekankan Ralf adalah pentingnya membangun infrastruktur yang mendukung moda transportasi alternatif seperti sepeda dan angkutan umum. Meski memerlukan waktu dan investasi besar, ia menilai kebijakan ini mampu memberikan dampak jangka panjang terhadap pengurangan kemacetan maupun polusi udara.

"Kota yang berani bertransformasi akan menuai hasilnya, tapi tentu tidak bisa instan," ujarnya.

Ralf mencontohkan kota-kota di Eropa seperti Kopenhagen yang berhasil mengubah wajah lalu lintasnya dengan mendorong warganya menggunakan sepeda dan bus. Namun, ia juga mengakui bahwa kebijakan tersebut tidak selalu bisa langsung diterapkan di semua kota.

“Tiap kota harus menemukan resepnya sendiri. Apa yang berhasil di Kopenhagen belum tentu cocok di Bandung,” katanya.

Potret antrean kendaraan di kawasan flyover Nurtanio, Kota Bandung, pada Senin, 14 Juli 2025, pagi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Potret antrean kendaraan di kawasan flyover Nurtanio, Kota Bandung, pada Senin, 14 Juli 2025, pagi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Selain pembangunan infrastruktur, strategi pengendalian penggunaan kendaraan pribadi juga dianggap penting. Ralf menyebutkan contoh kebijakan seperti tarif parkir yang lebih tinggi di pusat kota, pembatasan kendaraan di jam sibuk, atau pemberian insentif bagi pengguna transportasi umum.

“Kalau tidak ada insentif dan disinsentif, sulit mengubah kebiasaan warga,” jelasnya.

TomTom sendiri siap mendukung kota-kota yang ingin merancang kebijakan transportasi berbasis data. Lewat platform dan fitur analisis mereka, pemerintah kota bisa mengetahui titik-titik paling rawan macet, waktu tempuh rata-rata, serta pola mobilitas warganya. “Kami bisa bantu tunjukkan area mana yang paling butuh intervensi,” kata Ralf.

Namun ia menegaskan, data hanyalah alat bantu. Keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah kota.

“Kami hanya bisa memberikan insight. Tapi strategi dan eksekusi harus disesuaikan dengan karakter, kebutuhan, dan visi kota masing-masing. Kuncinya ada di kemauan untuk berubah,” katanya.

Saat ditanya apakah TomTom terbuka untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah di Indonesia, Ralf menjawab terbuka. “Data ini bisa digunakan untuk merancang strategi transportasi, menurunkan polusi, hingga menetapkan insentif seperti tarif parkir atau jalur khusus angkutan umum,” katanya.

Wali kota Bandung, Muhammad Farhan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Wali kota Bandung, Muhammad Farhan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)

Pernyataan Ralf-Peter Schaefer dari TomTom sejalan dengan upaya Farhan yang tengah mencari solusi kemacetan berbasis teknologi.

Farhan menyoroti pentingnya pengaturan waktu dan pemanfaatan sistem kendali lalu lintas seperti ATCS untuk mengatur durasi lampu merah secara real-time. Langkah-langkah ini diambil karena kemacetan masih menjadi persoalan utama di sejumlah titik persimpangan Kota Bandung.

Dengan tantangan mobilitas yang semakin kompleks, pemanfaatan data real-time menjadi kunci untuk merumuskan kebijakan berbasis bukti.(*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 14:59 WIB

Warga Cicadas Ingin Wali Kota Bandung Pindahkan TPS ke Lokasi Lebih Layak

Warga Cicadas menghadapi masalah lingkungan akibat TPS Pasar Cicadas yang penuh dan tidak tertata.
Kondisi tumpukan sampah menutupi badan jalan di kawasan Pasar Cicadas pada siang hari, (30/11/2025), sehingga mengganggu aktivitas warga dan pedagang di sekitar lokasi. (Foto: Adinda Jenny A)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 13:31 WIB

Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat

Mengulas kebijakan kenaikan pajak di Indonesia dari sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat Indonesianya sendiri.
Ilustrasi kebutuhan negara vs beban rakyat (Sumber: gemini.ai)
Beranda 18 Des 2025, 12:57 WIB

Upaya Kreator Lokal Menjaga Alam Lewat Garis Animasi

Ketiga film animasi tersebut membangun kesadaran kolektif penonton terhadap isu eksploitasi alam serta gambaran budaya, yang dikemas melalui pendekatan visual dan narasi yang berbeda dari kebiasaan.
Screening Film Animasi dan Diskusi Bersama di ITB Press (17/12/2025). (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:53 WIB

Dari Ciwidey Menembus India; Menaman dan Menjaga Kualitas Kopi Robusta

Seorang petani kopi asal Ciwidey berhasil menghasilkan kopi robusta berkualitas yang mampu menembus pasar India.
Mang Yaya, petani kopi tangguh dari Desa Lebak Muncang, Ciwidey—penjaga kualitas dan tradisi kopi terbaik yang menembus hingga mancanegara. (Sumber: Cantika Putri S.)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:12 WIB

Merawat Kampung Toleransi tanpa Basa-basi

Kehadiran Kampung Toleransi bukan sekadar retorika, basa-basi, melainkan wujud aksi nyata dan berkelanjutan untuk merawat (merayakan) keberagaman.
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 11:04 WIB

Manusia dan Tebing Citatah Bandung

Mari kita bicarakan tentang Citatah.
Salah satu tebing di wilayah Citatah. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 10:06 WIB

Satu Tangan Terakhir: Kisah Abah Alek, Pembuat Sikat Tradisional

Kampung Gudang Sikat tidak selalu identik dengan kerajinan sikat. Dahulu, kampung ini hanyalah hamparan kebun.
Abah Alek memotong papan kayu menggunakan gergaji tangan, proses awal pembuatan sikat. (Foto: Lamya Fatimatuzzahro)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)