Jejak Kapal Cicalengka di Front Eropa Perang Dunia II

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Jumat 25 Jul 2025, 10:27 WIB
Kapal SS Tjitjalengka (Cicalengka) buatan perusahaan Belanda.

Kapal SS Tjitjalengka (Cicalengka) buatan perusahaan Belanda.

AYOBANDUNG.ID - Pada masa Perang Dunia II, nama-nama daerah di Jawa Barat tak hanya hadir di peta kolonial, tapi juga tertera di badan-badan kapal Belanda yang tersebar di samudra-samudra dunia. Di antara mereka, ada Tjitjalengka, sebuah kapal penumpang dan kargo milik Java-China-Japan Line (JCJL), yang kisahnya menyeberang dari jalur pelayaran Asia ke garis pertahanan tempur Sekutu di front Eropa.

Seturut catatan Stichting Maritiem Historische Data, kapal ini diluncurkan pada 16 Agustus 1938 di galangan Netherlands Shipbuilding Company, Amsterdam. Sebagai kapal bendera JCJL untuk jalur dagang antara Jawa, Tiongkok, dan Jepang, Tjitjalengka memuat janji ekonomi kolonial Belanda yang kala itu masih percaya akan stabilitas jalur dagang Asia.

Penamaan kapal itu sendiri dilakukan oleh Ny. C.F.J. Quarles van Ufford, istri seorang direktur perusahaan pelayaran, mungkin tanpa membayangkan bahwa empat tahun kemudian, kapal ini tak akan lagi mengangkut teh atau kopra dari Hindia Belanda, melainkan pasien luka-luka dari puing-puing bom Nazi.

Pada 8 Juli 1942, kapal ini diubah menjadi rumah sakit terapung di Liverpool, Inggris. Kapasitasnya 504 ranjang, dan bisa diperluas hingga dua kali lipat. Ia mulai bertugas pada 2 Oktober 1942 dengan nama resmi Hospital Ship No. 9—kemudian berubah menjadi No. 3. Dalam tugasnya, kapal ini bukan hanya menjadi tempat perawatan medis, tapi juga simbol perlawanan sipil di tengah keganasan perang udara yang terus mengguncang kota pelabuhan itu.

Baca Juga: Serdadu Cicalengka di Teluk Tokyo, Saksi Sejarah Kekalahan Jepang di Perang Dunia II

Jadi Rumah Sakit Darurat di Liverpool

Pada malam-malam gelap antara 1940 dan 1942, kota Liverpool berubah menjadi salah satu medan tempur paling getir dalam sejarah Inggris modern. Meskipun tak berada di garis depan Perang Dunia II, Liverpool menjadi sasaran strategis serangan udara Nazi Jerman. Kota pelabuhan ini porak-poranda oleh hujan bom, kobaran api, dan suara sirene yang memekakkan telinga. Peridtiwa itu dikenal juga sebagai Liverpool Blitz.

Liverpool bukan tanpa alasan jadi target Luftwaffe, angkatan udara Jerman. Pada masa itu, Liverpool merupakan pelabuhan terpenting kedua di Inggris setelah London. Kota ini menjadi penghubung vital untuk aliran bantuan logistik dari Amerika Serikat (AS) dan Kanada, termasuk senjata, makanan, serta bahan bakar.

Ketika Churchill menandatangani Lend-Lease Act dengan AS, Liverpool menjadi salah satu titik transit utama bagi barang-barang bantuan tersebut. Karena itu pula, Jerman menilai menghancurkan Liverpool berarti memotong nadi utama perlawanan Inggris terhadap Nazi.

Target utama Luftwaffe memang pelabuhan, gudang amunisi, dan jalur kereta api. Tapi seperti banyak serangan udara pada masa itu, bom tak pandang bulu. Permukiman padat di pusat kota, rumah-rumah warga di Bootle, Everton, dan Garston, ikut menjadi korban.

Puncak dari Liverpool Blitz terjadi pada awal Mei 1941. Dalam satu minggu, antara tanggal 1 dan 7 Mei, lebih dari 680 pesawat Jerman menggempur Liverpool dan kawasan sekitarnya secara bergelombang. Serangan ini kemudian dikenal sebagai May Blitz. Dalam tujuh hari itu, sekitar 1.700 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya luka-luka. Sebanyak 70 ribu warga kehilangan tempat tinggal.

Baca Juga: Dari Gurun Pasir ke Kamp Konsentrasi, Kisah Tragis Keluarga Berretty Pemilik Vila Isola Bandung

Salah satu tragedi terburuk terjadi di terowongan bawah tanah di bawah Durning Road, Edge Hill, yang dijadikan tempat perlindungan. Sebuah bom menghantam langsung bangunan di atasnya, menyebabkan kebakaran besar dan meruntuhkan struktur ke dalam terowongan. Lebih dari 160 orang tewas seketika, menurut catatan Liverpool Museums.

Kerusakan infrastruktur tak kalah parah. Pelabuhan hancur, pabrik-pabrik lumpuh, jaringan air dan listrik terputus.

Kehancuran kota akibat serangan Liverpool Blitz oleh pasukan NAZI Jerman di Perang Dunia II. (Sumber: Liverpool Museum)
Kehancuran kota akibat serangan Liverpool Blitz oleh pasukan NAZI Jerman di Perang Dunia II. (Sumber: Liverpool Museum)

Tiga tahun kemudian, Tjitjalengka masih tetap berada dalam misi penting. Catatan dari Naval History and Heritage Command menyebutkan kapal ini hadir di Teluk Tokyo saat upacara penyerahan Jepang pada 2 September 1945, berdampingan dengan kapal-kapal besar Sekutu. Dari pelabuhan Liverpool yang dibombardir, hingga perairan Jepang yang menyerah, kapal ini seolah mengikuti babak-babak penutup Perang Dunia II.

Baca Juga: Kisah Kapal Laut Cimahi Hilang di Kabut Kalimantan, Diterkam Laut China Selatan

Setelah perang usai, pada 1946, kapal ini kembali ke fungsi awal sebagai kapal penumpang dan kargo. Tapi jejak sejarah tak lantas hilang. Pada 11 Maret 1948, saat berada di pelabuhan Tanjung Priok, lambungnya dicap dengan nomor 2211 Z AMST 1948—semacam paspor yang mencatat perjalanannya dari Amsterdam ke Asia, dari rumah sakit terapung ke pengangkut damai.

Ujung hayat kapal ini akhirnya datang pada musim semi 1968. Setelah hampir tiga dekade berlayar dan selamat dari torpedo serta topan, Tjitjalengka dijual kepada perusahaan besi tua Ming Hing & Co. di Hong Kong. Ia tiba pada 11 Mei 1968, dan pada 10 November, kapal itu selesai dibesituakan. Dari pelabuhan Cicalengka yang tak memiliki laut, namanya sempat berlayar melintasi sejarah dunia.

Kapal dari Tanah Sunda yang Terseret ke Laut Perang

Tjitjalengka adalah satu dari banyak kapal Belanda yang namanya diambil dari tanah Priangan. Selain dia, ada Tjileboet, Garoet, Tjisondari, Tjitaroem, hingga Soekaboemi. Mereka bukan sekadar armada dagang, tapi juga saksi sejarah betapa perang menyentuh segala bentuk kendaraan, termasuk yang awalnya dibuat untuk mengangkut rempah dan manusia dalam damai.

Tidak semua kapal seberuntung Tjitjalengka. Tjileboet, misalnya, tenggelam ditorpedo kapal selam Jerman U-161 pada 28 November 1942. Saat itu, ia sedang mengangkut kargo dari Belfast menuju Bahia. Serangan terjadi 600 mil barat daya Freetown, dan semua 61 awak hilang di laut. Kapal itu tak pernah kembali ke dermaga.

Takdir serupa menimpa Garoet. Pada 19 Juni 1944, saat berlayar dari Bombay menuju Durban membawa kacang tanah, kapal itu dihantam dua torpedo dari U-181 di timur laut Mauritius. Sekoci-sekoci yang diturunkan tenggelam bersama badan kapal. Delapan puluh delapan awak tewas dalam tragedi itu. Hanya segelintir yang berhasil diselamatkan.

Baca Juga: Kapal Laut Garut jadi Korban Torpedo Jerman di Perang Dunia II

Berbeda dari kisah heroik kapal perang, kisah kapal-kapal ini lebih sunyi. Mereka bukan armada tempur, tapi korban dari logika perang yang tak memberi ruang pada netralitas. Dalam catatan sejarah maritim Belanda, kapal-kapal itu dicatat dengan dingin. tenggelam, hilang, atau dibesituakan. Namun di balik data itu, ada fragmen pengingat bahwa nama-nama seperti Tjitjalengka bukan sekadar rute kolonial, tapi juga pernah jadi rumah sakit, tempat berlindung, atau kuburan massal mengapung.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 19 Des 2025, 20:24 WIB

Hidup Selaras dengan Alam, Solusi Mencegah Terjadinya Banjir di Musim Penghujan

Banjir menjadi salah satu masalah ketika musim hujan telah tiba, termasuk di Kota Bandung.
Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Ayo Jelajah 19 Des 2025, 19:15 WIB

Sejarah Jatinangor, Perkebunan Kolonial yang jadi Pabrik Sarjana di Timur Bandung

Jatinangor pernah hidup dari teh dan karet sebelum menjelma kawasan pendidikan terbesar di timur Bandung.
Jatinangor. (Sumber: sumedangkab.go.id)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 18:09 WIB

Abah, Buku Bekas, dan Denyut Intelektual

Mahasiswa lintas angkatan mengenalnya cukup dengan satu panggilan Abah. Bukan dosen, staf, bukan pula pustakawan kampus.
Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 16:01 WIB

Maribaya Natural Hotspring Resort: Wisata Alam, Relaksasi, dan Petualangan di Lembang

Maribaya Natural Hotspring Resort menawarkan pengalaman wisata alam dan relaksasi di tengah kesejukan Lembang.
Maribaya Lembang. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 15:13 WIB

Bukit Pasir sebagai Benteng Alami dari Hempasan TsunamiĀ 

Sand dune yang terbentuk oleh proses angin dan gelombang dapat mengurangi efek tsunami.
Teluk dengan pantai di selatan Jawa Barat yang landai, berpotensi terdampak hempasan maut tsunami. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T. Bachtiar)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:22 WIB

Jualan setelah Maghrib Pulang Dinihari, Mi Goreng ā€˜Mas Sam’ Cari Orang Lapar di Malam Hari

Mengapa mesti nasi goreng ā€œMas Iputā€? Orangnya ramah.
SAM adalah nama sebenarnya, tapi para pelanggannya telanjur menyebutnya ā€œMas Iputā€. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:12 WIB

5 Hidden Gem Makanan Manis di Pasar Cihapit, Wajib Dicoba Saat Main ke Bandung!

Semuanya bisa ditemukan dalam satu area sambil menikmati suasana Pasar Cihapit.
Salah satu tempat dessert di Pasar Cihapit, yang menjadi tujuan berburu makanan manis bagi pengunjung. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 12:57 WIB

Twig CafƩ Maribaya: Tempat Singgah Tenang dengan Pemandangan Air Terjun yang Menyegarkan Mata

Suasana Cafe yang sangat memanjakan mata dan pikiran lewat pemandangan nyata air terjun yang langsung hadir di depan mata.
Air terjun yang langsung terlihat dari kafe. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 11:46 WIB

Program CSR sebagai Alat Penembusan dosa

CSR harus dikembalikan ke inti, yaitu komitmen moral untuk mencegah kerusakan ekosistem sejak awal
Ilustrasi kayu hasil penebangan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 10:21 WIB

Keberlangsungan Suatu Negara dalam Bayang-Bayang Deformasi Kekuasaan

Sering kali ada pengaruh buruk dalam jalannya suatu pemerintahan yang dikenal dengan istilah deformasi kekuasaan.
 (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:24 WIB

Kota Bandung: Hak Trotoar, Pejalan Kaki, dan PKL

Antara hak pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang harus diseimbangkan pemerintah Kota Bandung
Pejalan kaki harus melintas di jalan yang diisi oleh para pedagang di trotoar Lengkong Street Food, Kamis, 4 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi pribadi | Foto: Taqiyya Tamrin Tamam)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:13 WIB

Cibaduyut: Sentra Sepatu yang Berubah Menjadi Sentra Kemacetan

Cibaduyut tidak hanya menjadi pusat penjualan sepatu di Kota Bandung, tapi juga sebagai salah satu pusat kemacetan di kota ini.
Tampak jalanan yang dipenuhi kendaraan di Jln. Cibaduyut, Kota Bandung (04/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yudhistira Rangga Eka Putra)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)