AYOBANDUNG.ID -- Bagi generasi milenial hingga gen Z, nongkrong di kafe bukan sekadar mencari kopi, ini soal suasana, kebersamaan, dan identitas.
Di Bandung, kota yang selalu memesona dengan udara sejuk dan lanskap artistik, budaya ngopi menjelma jadi gaya hidup. Dari sinilah kisah Avriel Seilamonry bermula.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, Avriel bukan berasal dari latar belakang kuliner. Ia lulusan hukum S1 dan S2.
Namun jiwa eksperimental dan kecintaannya pada dunia usaha menuntunnya merintis Non Kitchen & Coffee.

Nama “Non” sendiri diambil dari panggilan kecil dalam keluarganya, sebuah sentuhan personal yang menjelma menjadi identitas bisnis.
“Inspirasi milih nama Non ini karena itu panggilan saya dari keluarga sejak kecil. Saya basic pendidikan sih jurusan Hukum, S1-S2. Tapi ini ide sendiri, karya sendiri, karena saya senang bereksperimen,” ujarnya.
Non Kitchen & Coffee bukan kafe biasa. Berlokasi di Jalan Ahmad Yani No. 2, Bandung, kafe ini tampil beda lewat desain interior klasik-modern dan fasilitas karaoke yang terbuka untuk pengunjung.
“Konsep kafe ini lebih klasik tapi ada sentuhan modern juga. Ada fasilitas karaoke juga karena saya hobi nyanyi,” kata Avriel.

Avriel sebenarnya sudah mengenal dunia kafe sejak 2014, tapi sempat berpaling ke bisnis kecantikan.
Kini ia kembali ke ranah kuliner, didorong oleh tren kafe yang semakin menjamur dan kenyataan bahwa keluarganya juga berkecimpung di dunia kuliner.
“Sebelumnya juga buka bisnis kuliner. Sempat merambah dunia kecantikan juga tapi berhenti. Akhirnya pilih industri kuliner apalagi Bandung terkenal dengan wisata kuliner,” tuturnya.
Menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa, Non Kitchen & Coffee menawarkan varian menu dari nusantara hingga western, dengan harga yang bersahabat.
Menu seperti Mariam Mercedes, Ayam Noni Geprek Gibrig Mozarella, Salmon Grill Noni, Ice Cream Marshmallow, dan Salad Buah jadi andalan.

Dengan segala keunikan dan semangat independen yang diusung Avriel, Non Kitchen & Coffee adalah perwujudan dari keberanian berkreasi, sekaligus cerminan budaya anak muda Bandung yang tak pernah lelah mencari ruang untuk berekspresi.
“Target kita memang milenial hingga gen Z. Apalagi kita nyediain harganya juga sesuai dengan kantong mahasiswa dan pelajar. Walau low budget tapi menyajikan makanan yang bisa diterima remaja dan pelajar,” ujarnya.
Untuk pengunjung berkendara, tersedia area parkir motor di bagian bawah kafe. Mobil? Bisa di seberang kafe atau Taman Lilin, hanya perlu berjalan kaki sedikit.
Alternatif produk kuliner dan UMKM serupa: