Jejak Sejarah Sisingaan, Tarian Singa Kayu dari Tanah Subang

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Selasa 05 Agu 2025, 12:57 WIB
Seni Sisingaan dari Subang. (Sumber: Wikimedia)

Seni Sisingaan dari Subang. (Sumber: Wikimedia)

AYOBANDUNG.ID - Di jalan-jalan kampung Subang, setiap kali ada anak lelaki disunat, suasananya tidak pernah sepi. Bukan karena tangisan, melainkan gegap gempita iring-iringan. Anak itu duduk di atas replika singa bermahkota emas, diangkat delapan pria kekar yang menari mengikuti ritme musik gamelan dan terompet. Ini bukan pawai biasa. Inilah Sisingaan, kesenian rakyat Subang yang sudah hidup sejak zaman tanam paksa, dan masih bertahan sampai kini.

Sisingaan bukan sekadar pertunjukan. Ia simbol identitas, perlawanan, juga bentuk syukur. Dari pelataran rumah hingga pentas nasional, singa kayu ini berjalan tanpa henti. Diangkat oleh warga, ditunggangi oleh anak-anak, dan dipertahankan oleh sejarah.

Tak ada sejarah yang tunggal, begitu pula asal-usul Sisingaan. Tapi semua sepakat: kesenian ini lahir di Subang. Peneliti Badan Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Suwardi Alamsyah dalam makalahnya Sisingaan; Kesenian Kabupaten Subang menyebut nama Sisingaan diambil dari alat utama pertunjukan: replika singa dari kayu, yang dalam bahasa Sunda disebut “sisingaan”, gabungan kata “si”, “singa”, dan “-an”, yang berarti tiruan singa.

Sebelum tahun 1989, masyarakat mengenal kesenian ini dengan berbagai nama: Gotong Singa, Kuda Ungkleuk, Singa Depok, hingga Pergosi. Barulah pada seminar kebudayaan di Subang tahun itu, disepakati satu nama resmi: Sisingaan.

Baca Juga: Sejarah Tahu Sumedang, Warisan Cita Rasa Tionghoa hingga Era Cisumdawu

Dua pendapat besar berkembang soal akar kesenian ini. Pendapat pertama menyebut Sisingaan lahir pada masa kolonial sebagai bentuk sindiran terhadap penjajahan Belanda dan Inggris. Singa kayu dianggap sebagai simbol tuan tanah kolonial. Anak-anak yang menungganginya melambangkan rakyat Subang yang "menaklukkan" penguasa asing. Dalam narasi ini, sisingaan bukan hanya hiburan, tapi juga satire visual yang kuat.

Pendapat ini dikuatkan oleh peneliti kesenian Edih AS, yang menyebut tahun 1857 sebagai titik mula kemunculan Sisingaan. Ia menunjuk Demang Mas Tanudireja dari Kademangan Ciherang sebagai pelopornya. Dari penelusuran Edih, bahkan pada tahun 1910-an sudah ada lurah dan anak-anak sunat yang diarak keliling kampung dengan Sisingaan. Artinya, tradisi ini sudah berlangsung lebih dari satu abad.

Pendapat kedua datang dari Mas Nanu Munajar, seniman akademisi Subang. Ia melihat akar Sisingaan sebagai kelanjutan dari Odong-odong, kesenian agraris yang bersifat ritual. Jauh sebelum masuknya agama-agama besar, masyarakat Subang mengenal tradisi arak-arakan berbentuk binatang sebagai penghormatan terhadap kekuatan supranatural, hasil panen, dan keselamatan desa. Benda-benda yang diarak menyerupai garuda, elang, kuda, atau macan.

Kalau menurut versi ini, Sisingaan berkembang dari bentuk-bentuk awal Odong-odong. Barulah saat Subang hendak mengirim delegasi ke Taman Mini Indonesia Indah, nama Sisingaan dipatenkan sebagai representasi seni daerah.

Kendati berbeda akar, keduanya sepakat: Sisingaan bukan seni buatan mendadak. Ia tumbuh dari napas masyarakat, berevolusi, dan bertahan karena maknanya terus hidup—baik sebagai bentuk rasa syukur maupun simbol perlawanan.

Sisingaan pada zaman kolonial Hindia Belanda. (Sumber: Arsip Nasional)
Sisingaan pada zaman kolonial Hindia Belanda. (Sumber: Arsip Nasional)

Dari Khitanan ke Panggung Dunia

Sampai hari ini, Sisingaan tetap eksis di tengah masyarakat Subang. Fungsi awalnya sebagai hiburan khitanan masih dominan, meski kini sering pula tampil dalam acara resmi, pawai budaya, atau pertunjukan di luar negeri.

Proses pertunjukan Sisingaan khas dan penuh ritus. Sehari sebelum arak-arakan, anak yang akan disunat dimandikan air bunga dan dirias seperti tokoh pewayangan—Gatotkaca lengkap dengan kumis, bedak, dan pakaian warna emas-hitam. Ia ditemani “Arjuna kecil”, lalu keduanya dinaikkan ke atas dua singa kayu yang siap diusung.

Baca Juga: Hikayat Dinasti Sunarya, Keluarga Dalang Wayang Golek Legendaris dari Jelekong

Sementara itu, di halaman rumah, para penggotong sudah bersiap. Mereka menari, membentuk formasi, dan mengangkat sisingaan dengan gerakan kompak, dinamis, dan atraktif. Iringan musik gamelan dan tiupan terompet mengatur ritme gerakan mereka. Terkadang, atraksi akrobatik ditampilkan: berputar seperti katak, menendang di udara, hingga melompat sambil menggendong singa.

Gerakannya tak sembarangan. Dalam versi jalanan, tariannya berlandaskan pola ketuk tilu: jurus, minced, gurudugan. Dalam versi panggung, lagunya berganti-ganti: arang-arang, kidung, kangsreng, gondang, hingga ditutup Jaipongan. Atraksi pun dipertontonkan: dari bankaret hingga putar katak, dari nincak acak hingga melak cau.

Walaupun fungsi awalnya berubah, makna Sisingaan tetap utuh. Ia adalah seni rakyat yang menghibur, menggerakkan, dan menyatukan. Anak-anak yang ditandu bukan cuma simbol keberanian menghadapi sunat, tapi juga bagian dari warisan budaya yang membanggakan.

Hari ini, Sisingaan tak hanya milik Subang. Ia sudah tampil di Jakarta, Bali, bahkan luar negeri. Tapi jiwanya tetap Subang: kampung yang tak pernah berhenti menari bersama singa dari kayu.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:36 WIB

ACCRA, Dessert Rumahan Rasa Sultan di Bandung

Dessert rumahan dengan cita rasa sultan. ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya.
ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 13:34 WIB

Hikayat Kasus Reynhard Sinaga, Jejak Dosa 3,29 Terabita Predator Seksual Paling Keji dalam Sejarah Inggris

Kasus Reynhard Sinaga mengguncang dunia. Pria asal Depok itu menyimpan rahasia kelam. Di penjara Wakefield, ia menua bersama 3,29 terabita dosa yang tak bisa dikompresi.
Reynhard Sinaga.
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 12:45 WIB

Menyelami Makna di Balik Mereka(h), Wisata Rasa dan Imajinasi di Tengah Ruang Seni

Tak hanya untuk pecinta seni, Grey Art Gallery mengundang siapa pun yang ingin menikmati keindahan.
Suasana pengunjung Grey Art Gallery yang menjadi bagian dari cerita mereka yang perlahan merekah, 4 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Mutiara Khailla Gyanissa Putri)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)