Bandung Horizontal atau Bandung Vertikal?

Djoko Subinarto
Ditulis oleh Djoko Subinarto diterbitkan Selasa 19 Agu 2025, 17:07 WIB
Sungai Cikapundung mengalir di sela pemukiman padat kawasan Tamansari, Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Sungai Cikapundung mengalir di sela pemukiman padat kawasan Tamansari, Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

BANDUNG, dengan luas sekitar 167 kilometer persegi dan penduduk menyentuh 2,5 juta jiwa, kini menghadapi dilema ruang yang tak bisa diabaikan. Jalan-jalan kian padat, pemukiman yang saling menempel, dan makin terbatasnya lahan hijau tak ayal membuat ibukota Jawa Barat ini dipaksa memikirkan ruang untuk masa depannya. 

Pertanyaan terkait hal tersebut pun menyeruak: apakah Bandung perlu memperluas wilayahnya hingga pinggiran? Atau cukup membangun menembus langit sehingga menjadi sebuah kota vertikal? 

Jika memilih memperluas wilayah, Bandung harus menghadapi tantangan geografis dan sosial. Dataran tinggi, perbukitan, dan aliran sungai, jelas, membatasi perluasan. Adapun jika merambah lahan pertanian atau kawasan pinggiran berpotensi menimbulkan konflik sosial dan lingkungan dengan wilayah administratif lainnya. 

Di sisi lain, opsi menjadikan Bandung sebagai kota vertikal membuka kemungkinan memanfaatkan ruang udara melalui gedung-gedung tinggi, apartemen, dan pusat perbelanjaan modern. Namun, hal ini menuntut infrastruktur cerdas, transportasi efisien, dan perencanaan kota yang matang agar tidak menciptakan kepadatan vertikal yang sesak dan tak nyaman.

Soal menjaga kualitas

Hasil penelitian ITB dan BRIN menunjukkan permukaan tanah Kota Bandung rata-rata turun 8 cm per tahun, bahkan di beberapa titik bisa mencapai 23 cm. Namun angka ini tak berlaku secara linier. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Hasil penelitian ITB dan BRIN menunjukkan permukaan tanah Kota Bandung rata-rata turun 8 cm per tahun, bahkan di beberapa titik bisa mencapai 23 cm. Namun angka ini tak berlaku secara linier. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Pilihan antara horizontal atau vertikal bukan sekadar soal pembangunan fisik, tetapi juga soal menjaga kualitas hidup warga Bandung. Ruang terbuka hijau, akses transportasi, dan identitas budaya Bandung harus tetap menjadi pertimbangan utama.

Kenapa? Ini agar pertumbuhan kota tidak mengorbankan kenyamanan dan karakter kota. Dengan pendekatan yang tepat, Bandung dapat menjadi contoh bagaimana kota menyeimbangkan keterbatasan ruang dengan kebutuhan modern, tanpa harus kehilangan jati dirinya.

Selain opsi horizontal dan vertikal, Bandung bisa menempuh solusi kreatif yang menggabungkan keduanya dengan pendekatan kekiwarian. Salah satunya adalah pengembangan ruang hijau vertikal, seperti taman atap, taman gantung, atau fasad hijau pada gedung-gedung tinggi.

Konsep ini tidak hanya memaksimalkan penggunaan lahan, tetapi juga membantu menjaga kualitas udara, mengurangi efek panas kota, dan memberi ruang publik bagi warga.

Di saat yang bersamaan, infrastruktur cerdas dan transportasi terintegrasi menjadi kunci. Bandung bisa mencontoh kota-kota dunia dengan sistem transportasi massal efisien -- kereta ringan, bus rapid transit, dan jalur sepeda yang terhubung -- agar mobilitas tetap lancar meski kepadatan meningkat.

Smart city dengan pemantauan lalu lintas, manajemen energi, dan pengelolaan sampah secara digital juga bisa menjaga kualitas hidup tanpa harus menambah lahan.

Selain itu, pendekatan mixed-use development juga patut dipertimbangkan. Misalnya, gedung yang menggabungkan hunian, perkantoran, dan fasilitas publik dalam satu area. Strategi ini bisa mengurangi kebutuhan perjalanan jauh, memadatkan aktivitas ekonomi di satu area, sekaligus membuka ruang untuk taman dan juga fasilitas sosial. 

Dengan perpaduan inovasi vertikal, hijau, dan teknologi, Bandung bisa tetap berkembang, tetapi tetap manusiawi, nyaman, dan berkelanjutan. Dengan demikian, menjadi sebuah kota modern yang menghargai ruang sekaligus menjaga identitasnya.

Dalam konteks ini, pengelola Kota Bandung memegang peran penting. Mereka dapat memanfaatkan lahan tidur dan area industri yang sudah tidak produktif sebagai ruang baru bagi hunian dan fasilitas publik. Alih fungsi lahan yang tepat bisa menambah kapasitas kota tanpa harus menembus wilayah alami atau perbukitan yang rentan terhadap longsor.

Strategi ini sekaligus mendorong regenerasi kawasan lama, sehingga kota tetap dinamis, manusiawi, dan berkelanjutan.

Teknologi dan data

Kawasan padat penduduk di Tamansari, Kota Bandung, Senin 4 Desember 2023. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Kawasan padat penduduk di Tamansari, Kota Bandung, Senin 4 Desember 2023. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Pemanfaatan Teknologi dan data urban bisa turut menjadi penentu dalam perencanaan ruang kota.

Sistem pemetaan berbasis Geographic Information System (GIS), sensor lalu lintas, dan aplikasi mobile untuk warga memungkinkan pemerintah kota merencanakan pembangunan secara tepat sasaran, menekan kemacetan, dan menjaga distribusi layanan publik merata di seluruh kota.

Bandung juga bisa mencontoh model “superblok” ala kota-kota Asia Timur, di mana kawasan padat diatur secara vertikal, tetapi tetap memiliki ruang terbuka hijau, fasilitas olahraga, dan area publik di setiap tingkat. Dengan desain arsitektur yang cermat, kepadatan vertikal tidak harus mengorbankan kenyamanan atau interaksi sosial warga.

Sudah barang tentu, partisipasi aktif warga menjadi elemen penting. Perencanaan kota yang melibatkan komunitas lokal -- dari musyawarah RT/RW hingga forum daring --memastikan pembangunan vertikal atau horizontal tidak sekadar efisien, tetapi juga diterima dan dibutuhkan warga.

Kota bukan hanya soal gedung, tetapi tentang kehidupan manusia yang nyaman dan aman.

Selain itu, partisipasi warga juga membantu mengidentifikasi kebutuhan nyata yang mungkin luput dari perencanaan teknokratis. Misalnya, masyarakat bisa menunjukkan area yang sering tergenang air, jalur pejalan kaki yang rawan kecelakaan, atau kebutuhan ruang terbuka untuk kegiatan sosial.

Masukan semacam ini memungkinkan pengelola kota merancang infrastruktur yang lebih tepat guna, meningkatkan kualitas hidup, dan memperkuat rasa kepemilikan warga terhadap lingkungannya.

Memastikan filosofi kota

Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Bandung memang sedang di persimpangan jalan. Memilih perluasan horizontal atau vertikal bukan sekadar soal teknis, tetapi juga soal memastikan filosofi hidup kota ini. Pilihan yang diambil harus mencerminkan karakter Bandung, yakni kota kreatif, ramah lingkungan, dan manusiawi. Jadi, bukan sekadar mengejar kapasitas penduduk semata.

Setiap langkah pembangunan di Kota Bandung harus mempertimbangkan keseimbangan antara ruang, kualitas hidup, dan identitas kota. Gedung-gedung tinggi bisa memecahkan masalah kepadatan, tetapi tanpa tersedia taman, jalan ramah pejalan kaki, dan udara bersih, kota bakal kehilangan jiwanya.

Masa depan Bandung tentu saja ada di tangan perencana, pemerintah, dan segenap warganya. Dengan memanfaatkan inovasi, teknologi, serta partisipasi aktif masyarakat, kota Bandung bisa menjadi contoh bagaimana urbanisasi tidak harus mengorbankan ruang, kenyamanan, maupun karakter lokal. 

Di masa depan, Bandung bisa saja dibangun menjulang hingga menembus langit, tetapi mesti tetap berakar kuat pada budaya, sejarah, dan kebutuhan seluruh warganya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Djoko Subinarto
Penulis lepas, blogger
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 21 Nov 2025, 18:58 WIB

Langkah UMKM Jawa Barat Menggenggam Dunia Melalui Export Coaching Program 2025

UMKM telah lama disebut sebagai tulang punggung ekonomi. Kini denyutnya tak lagi hanya berjualan di pasar domestik, tetapi berani melangkah ke panggung global.
UMKM telah lama disebut sebagai tulang punggung ekonomi. Kini denyutnya tak lagi hanya berjualan di pasar domestik, tetapi berani melangkah ke panggung global. (Sumber: Bank Indonesia Jawa Barat)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 18:27 WIB

Museum Geologi Hidupkan Edukasi lewat 'Day and Night at The Museum'

Museum Geologi Bandung menghadirkan program "Day and Night at The Museum" sebagai cara menarik minat masyarakat dengan edukasi kebumian.
Museum Geologi Bandung menghadirkan program "Day and Night at The Museum" sebagai cara menarik minat masyarakat dengan edukasi kebumian. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 21 Nov 2025, 17:55 WIB

Blogger BDG Menjaga Semangat Kota Bandung Lewat Cerita dan Komunitas

Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta.
Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:27 WIB

Melihat Tuturan 'Arogan' dari Kacamata Linguistik

Esai ini membedah percakapan anggota DPR, Cucun Ahmad Syamsurijal, dengan peserta pada suatu forum SPPG di Bandung.
Jikapun ada masyarakat yang bersikap arogan pada pemerintah atau pejabat lantas memangnya kenapa? (Sumber: Ilustrasi oleh ChatGPT)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)