Bandung dan Tradisi Sarapan yang Tak Pernah Usai

Yayang Nanda Budiman
Ditulis oleh Yayang Nanda Budiman diterbitkan Kamis 22 Mei 2025, 16:17 WIB
Sarapan di Kopi Saring Sinar Pagi, Bandung (Sumber: Document Pribadi | Foto: Tika Qulsum)

Sarapan di Kopi Saring Sinar Pagi, Bandung (Sumber: Document Pribadi | Foto: Tika Qulsum)

Bandung dan gebrakan wisata kuliner yang tak pernah usai. Begitulah kalimat singkat yang tepat untuk menggambarkan Bandung saat ini.

Bagaimana tidak, hampir saban bulan Bandung selalu memberikan gebrakan, yang selalu membuat banyak orang dihantui rasa penasaran.

Kota dengan segudang coffee shop dan pusat fashion gaul anak muda tampaknya akan selalu melekat pada kota di mana Dilan diputuskan oleh Milea. Tak diragukan, Bandung akan selalu menjadi trendsetter lifestyle, surga kuliner maupun wisata alamnya. Hal itu tak terlepas dari cara bagaimana Bandung selalu memperlakukan sesuatu hal yang sebelumnya dianggap sederhana dan biasa saja menjadi istimewa. 

Lihat saja bagaimana tradisi sarapan (yang dulu hanya perkara bubur di pagi hari) berubah menjadi pengalaman otentik, gaya hidup, bahkan menjadi komoditas konten yang ramai dibagikan dan diperbincangkan.

Bandung tak hanya menyajikan makanan, ia juga menciptakan suasana yang membuat setiap pengunjung terasa personal dan tak terlupakan. 

Menikmati Waktu Sarapan dengan Sajian Kuliner Khas Pontianak di Kota Bandung

Fenomena tren sarapan pagi yang tengah populer di Bandung pun membuat rasa penasaran saya kian klimaks. Tanpa perlu menghabiskan waktu untuk berpikir ulang, di Sabtu malam saya memutuskan untuk segera memesan tiket kereta api menuju kota Bandung. Sekira pukul 03.40 WIB saya bergegas berangkat dengan kereta Turangga menuju stasiun Bandung, dan tiba tepat pukul 06.00 pagi. Sepanjang perjalanan bayang-bayang menu sarapan saban waktu melintas, membuat perut rasanya melilit tak terkendali. 

Setibanya pukul 06.30 WIB di Bandung, karena tak bawa kendaraan pribadi, dengan ongkos sekitar Rp 15.000 saya menggunakan jasa ojek online menuju salah satu tempat sarapan yang sebelumnya sudah saya tentukan: Kopi Saring Sinar Pagi. 

Dengan menempuh jarak 4 km atau dalam waktu 10 menit saya tiba di tempat yang sudah nampak dari jauh telah disesaki oleh antrian orang yang hendak sarapan. Meski sebelumnya sudah pesimis ketika melihat banyaknya antrian, namun rasa penasaran meruntuhkan segalanya. Benar saja, ternyata waiting list-nya tak begitu lama. Sekitar hampir 15 menit mengantri akhirnya saya memperoleh tempat untuk duduk. 

Di Kopi Saring Sinar Pagi para pengunjung diharuskan untuk memesan terlebih dahulu, baru cari tempat duduk. Tapi kalau datangnya berduaan lebih baik saling menentukan peran: satu orang pesan makanan ke kasir, satu orang lagi cari tempat duduk. Takutnya, ketika sudah pesan makanan justru tidak kebagian tempat duduk. Dengan sistem duduk siapa cepat dia dapat, maka sebaiknya diputuskan terlebih dahulu akan duduk dimana. 

Secara menu, Kopi Saring Sinar Pagi mempunyai pilihan makanan dan minuman yang cukup variatif dengan harga yang cukup terjangkau. Serupa yang telah dipromosikan di sejumlah konten media sosial, umumnya menu yang disajikan memang khas Pontianak. Jadi, bagi yang belum mempunyai pengalaman kuliner khas Kalimantan seperti saya, tempat ini akan menjadi pilihan akurat untuk menggambarkan bagaimana keanekaragaman cita rasa kuliner nusantara.  

Untuk mengisi perut yang sudah kepalang lapar, Nasi Telur Ebi Daun Jeruk, Choipan hingga Bakwan Pontianak saya pesan lebih dulu. Tidak berhenti di situ, saya juga sempat menikmati sajian kopi saring Pontianak yang dibandrol dengan harga Rp 10.000. Tapi, buat yang tidak gemar kopi, jangan khawatir, karena di sini juga sudah tersedia varian menu non-kopi yang tak kalah menarik seperti es coklat, the tarik hingga lemon mandu yang menyegarkan.

Selain menu yang saya pesan, sajian lain yang patut dicoba adalah Ce Hun Tiau. Dengan isian cincau, kacang merah, ketan hitam hingga santan membuat minuman ini manis dan menyegarkan. Tapi  jika ingin mencoba Ce Hun Tiau saya sarankan datang lebih pagi, karena menu ini memang menjadi salah satu yang cukup favorit dan cepat habis. Cukup dengan uang Rp 17.000 kalian bisa menikmati semangkuk Ce Hun Tiau. 

Secara tempat, meski berada di lahan parkir toko, namun areanya cukup luas dan tersedia area duduk indoor maupun outdoor. Tak hanya saat akhir pekan, saban hari tempat ini selalu ramai disesaki oleh para pengunjung. Dengan demikian, sangat saya sarankan bagi kalian yang hendak berencana sarapan di tempat ini, datanglah lebih awal sebelum antrean membludak agar tidak kehabisan menu otentik dan andalannya.

Baca Juga: Ketentuan Kirim Artikel ke Ayobandung.id, Total Hadiah Rp1,5 Juta per Bulan

Meskipun yang mempopulerkan mayoritas anak muda, namun faktanya yang berdatangan justru dari beragam kalangan muali orang tua hingga anak-anak. Melalui ruang yang sangat inklusif seperti ini, menghabiskan sisa waktu pagi dengan sarapan di Kopi Saring Sinar Pagi telah memberikan saya pengalaman yang jauh lebih hangat dari teh tarik yang telah dihidangkan.

Sementara itu, untuk lokasinya sendiri Kopi Saring Sinar Pagi berada di Area Bakso Sultan Nomor 30, Jalan Lombok, Cihapit, Bandung Wetan, Kota Bandung. Buka setiap hari mulai pukul 06.00 sampai 11.30 WIB. Jadi jangan ragu untuk mencoba sensasi sarapan seru yang menghadirkan cita rasa khas Pontianak di tengah kota Bandung. 

Sesuap Konten dan Tradisi Sarapan Kalcer di Kopi Moyan Bandung

Tidak selesai di Kopi Saring Sinar Pagi, sekitar pukul 08.00 WIB saya melanjutkan petualangan sarapan kalcer selanjutnya ke Kopi Moyan. Berjarak sekitar 1,5 km dengan waktu tempuh 4 menit, untuk sampai kesana saya kembali pesan ojek online dengan ongkos sekitar Rp.10.000. Setibanya di Kopi Moyan, lautan manusia tampak dari luar pagar telah memenuhi seluruh isi pelataran rumah. 

Tak serupa dengan tempat sarapan sebelumnya, Kopi Moyan mempunyai konsep sarapan tradisional ala kopitiam. Berlokasi di sebuah teras rumah yang dikelilingi pepohonan rindang, suasana di sekitar Kopi Moyan terasa jauh lebih teduh dan menyejukkan.  Meski secara tampilan terlihat sederhana nan minimalis, Kopi Moyan menyajikan kenyamanan melalui area indoor dan outdoor yang telah ditata secara apik. 

Bahkan, tak cuma sekedar untuk mengisi waktu sarapan, tak sedikit pengunjung memanfaatkan tempat ini sebagai lokasi untuk berswafoto dan membuat konten. Maka tak heran jika sejak mulai beroperasi pada Juli 2023, Kopi Moyan memang sudah mencuri perhatian publik Bandung. 

Umumnya, masyarakat Bandung memandang tempat ini sangat cocok untuk dijadikan tempat sarapan pilihan, terutama sehabis berolahraga pagi. Tak cuma ramah untuk orang tua, Kopi Moyan juga ideal bagi para konten kreator yang gemar berburu suasana estetik dan kalcer layaknya coffee shop mewah. 

Tak cukup berbeda dengan tempat sarapan sebelumnya, ketika antri kita akan diberi lebih dulu daftar menunya dalam selembar kertas. Hal itu dilakukan supaya kita tidak bingung ketika tiba di depan kasir. Dan benar saja, pilihan menunya cukup variatif dengan harga yang tak terlalu jauh berbeda dengan tempat sarapan sebelumnya. 

Bahkan, sistem pemesanannya pun cukup praktis. Setelah memilih menu, pembayaran dilakukan secara non-tunai atau cashless di kasir, lalu akan diberikan alarm sebagai penanda ketika pesanan siap diambil. Karena tidak menerima uang tunai, maka pastikan memiliki cukup saldo di e-wallet atau di mobile banking kalian. 

Baca Juga: Cara Baru Menulis di Ayobandung.id, Tak Perlu Kirim Tulisan ke Email

Untuk menunya sendiri, Kopi Moyan menyajikan pilihan jenis kuliner yang variatif. Mulai dari roti jala, bubur kacang ijo ketan hitam, roti bakar srikaya, hingga aneka macam goreng seperti mendoan, bala-bala dan risol bumbu kacang. Tak cuma makanan, disini juga tersedia kopi, dengan Es Kopi Moyan sebagai primadona di antara para pengunjung. Sementara itu, dari segi harga, semua menu di tempat ini masih sangat terjangkau, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 28.000.

Lokasinya sangat strategis, terletak di Jalan Anggrek nomor 30, cukup dekat dari Jalan Riau, dan Gedung Sate. Lokasinya yang berada di pusat kota membuat Kopi Moyan tak sulit untuk ditemukan, terlebih usai viral di media sosial. Dengan begitu, tempat yang satu ini tidak cuma sebatas sarana untuk sarapan, tapi ruang istimewa untuk bercengkerama dan memulai pagi yang hangat di kota kembang. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Yayang Nanda Budiman
Praktisi hukum di Jakarta, menyukai perjalanan, menulis apapun, sisanya mendengarkan Rolling Stones
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Jul 2025, 12:13 WIB

Ketika Proyek Pengadaan Jadi Proyek Keluarga

Proyek pengadaan barang dan jasa pemerintah sejatinya dirancang untuk memenuhi kepentingan rakyat.
Dalam praktiknya, proyek negara kerap menjelma menjadi proyek keluarga. (Sumber: Ilustrasi dibuat dengan AI ChatGPT)
Ayo Biz 21 Jul 2025, 09:27 WIB

Wish Watch, Brand Jam Tangan Lokal yang Jadi Simbol Produk Premium Kekinian

Jika melihat sekilas, desain jam tangan ini tak kalah dari merek ternama. Namun, siapa sangka, Wish Watch adalah produk asli Indonesia yang memadukan gaya modern dan warisan budaya.
Jam Tangan Wish Watch (Foto: Ist)
Ayo Netizen 21 Jul 2025, 09:05 WIB

Pragmatisme Merdeka dalam Kegelisahan Panjang

Apakah kemerdekaan hanya sebatas bebas dari kolonialisme fisik?
Apakah kemerdekaan hanya sebatas bebas dari kolonialisme fisik? (Sumber: Pexels/ahmad syahrir)
Ayo Netizen 21 Jul 2025, 08:20 WIB

Apa Kabar Perekonomian Indonesia Jika Boikot Produk Terafiliasi Israel?

Apakah boikot terhadap Israel benar-benar efektif secara ekonomi dan bermakna secara sosial?
Apakah boikot terhadap Israel benar-benar efektif secara ekonomi dan bermakna secara sosial? (Sumber: Pexels/Markus Winkler)
Ayo Netizen 20 Jul 2025, 20:01 WIB

Menjadi Ironis, Kultus Populis 

Populisme tanpa etika adalah jebakan. Kultus populis yang menjual keramaian, namun abai terhadap kemanusiaan.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (Sumber: Ayobandung)
Ayo Jelajah 20 Jul 2025, 19:50 WIB

Puting Beliung Rancaekek Sudah Terjadi Sejak Zaman Belanda

Rancaekek jadi langganan badai sejak masa kolonial. Dari tiang telegram roboh hingga atap pabrik beterbangan, semua hancur lebur.
Ilustrasi kerusakan puting beliung Rancaekek zaman baheula.
Beranda 20 Jul 2025, 16:11 WIB

Dari Tawa Berubah Tangis, Pesta Pernikahan Putra Dedi Mulyadi Dikenang karena Tiga Korban

Tiga korban tewas di pesta pernikahan putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Maula Akbar atau Ula, dengan LuthfianiDuka mendalam selimuti pesta elite yang digelar untuk rakyat.
Suasana kericuhan saat pesta rakyat pernikahan anak Dedi Mulyadi di Pendopo Garut.
Ayo Netizen 20 Jul 2025, 15:09 WIB

Menyoroti Isu Krisis Iklim dan Kesehatan lewat Sore: Istri Dari Masa Depan

Baru- baru ini netizen dihebohkan dengan film sore: istri dari masa depan, menjadi karya film nuansa baru di Indonesia yang berkaitan dengan isu lingkungan dan kesehatan.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/@yndlaurens)
Mayantara 20 Jul 2025, 11:57 WIB

Mencari Tuhan di Layar Ponsel

Dua generasi, dua cara bermedia, satu kebutuhan yang sama: mencari ketenangan, atau mungkin, mencari Tuhan.
Dua generasi, dua cara bermedia, satu kebutuhan yang sama mencari ketenangan, atau mungkin, mencari Tuhan. (Sumber: Unsplash/Yanping Ma)
Ayo Netizen 20 Jul 2025, 07:08 WIB

Antara Kata dan Fakta: Ujian Komunikasi Publik KDM di Tengah Musibah Pernikahan

KDM lalukan kebohongan publik terkait musibah di pesta pernikahan anaknya. Seperti apakah? Apa implikasi dan solusinya?
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, belakangan tengah jadi sorotan terkait "pesta rakyat". (Sumber: ppid.jabarprov.go.id)
Ayo Biz 19 Jul 2025, 18:34 WIB

Dari OOTD ke Parenting, Transformasi Karier Ambu Fina sebagai Influencer Penuh Makna

Influencer bukan lagi profesi yang hanya dijalani untuk bersenang-senang. Di Indonesia, ratusan ribu orang telah menjadikan platform digital sebagai ruang berbagi dan berpengaruh.
Influencer kini bukan lagi profesi yang hanya dijalani untuk bersenang-senang. Di Indonesia, ratusan ribu orang telah menjadikan platform digital sebagai ruang untuk berbagi dan berpengaruh. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 19 Jul 2025, 17:17 WIB

Di Persimpangan Jalan dan Rasa: Bakso Bintang Asia, Merayakan Kuliner Asia Tenggara dari Bandung

Berbeda dari kebanyakan warung bakso yang menyuguhkan kuah kental dan penuh rempah, Bakso Bintang Asia memilih jalur yang tak biasa, menyajikan kuah bening.
Berbeda dari kebanyakan warung bakso yang menyuguhkan kuah kental dan penuh rempah, Bakso Bintang Asia memilih jalur yang tak biasa yakni menyajikan kuah bening. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 19 Jul 2025, 15:59 WIB

Perjalanan Bayi-bayi Malang dari Rahim Ibu Muda di Kabupaten Bandung hingga ke Pelukan Orang Asing di Singapura

Orang tua palsu ikut mendampingi ke Singapura, berpura-pura menyerahkan anak karena alasan ekonomi. Akta palsu menyatakan mereka sebagai orang tua kandung.
Otak penjualan bayi dari Kabupaten Bandung ke Singapura, Lily S alias Popo digelandang ke ruang pelayanan khusus perempuan dan anak Polda Jawa Barat, Jumat, 18 Juli 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan.)
Beranda 19 Jul 2025, 11:56 WIB

Belasan Bayi dari Kabupaten Bandung Dijual Rp16 Jutaan ke Singapura, Sindikat Gunakan Dokumen Bodong

Dari 25 bayi, 15 diketahui telah dibawa ke Singapura dengan iming-iming adopsi oleh pasangan suami istri dari negara tersebut.
Ilustrasi. (Sumber: Unsplash | Foto: md rifat)
Ayo Biz 19 Jul 2025, 11:07 WIB

Jejak Sch, dari Ouval Research Jadi Pelopor Streetwear Bandung yang Mendunia

Ouval Research, yang kini dikenal sebagai Sch, adalah salah satu pionir streetwear lokal Indonesia. Berdiri di Bandung pada tahun 1997, brand ini dirintis oleh tiga sahabat, M. Rizki Yanuar, Firman, d
Brand lokal Bandung Sch
Ayo Biz 19 Jul 2025, 08:32 WIB

Perjalanan Panjang Hasan Batik, dari Goresan Tangan hingga Warisan Budaya

Di balik keindahan motif batik kontemporer Hasan Batik, tersimpan kisah panjang yang menarik disimak. Didirikan pada 1970-an, Hasan Batik bermula dari kegiatan sang pendiri yang kala itu dosen ITB
Sania Sari, Owner Hasan Batik (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 18 Jul 2025, 20:40 WIB

Benarkah Tom Lembong Korban Kriminalisasi dalam Kasus Impor Gula?

Tom Lembong didakwa dalam kasus dugaan korupsi terkait kebijakan impor gula yang diambilnya pada periode 2015-2016.
Tom Lembong didakwa dalam kasus dugaan korupsi terkait kebijakan impor gula yang diambilnya pada periode 2015-2016. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 18 Jul 2025, 18:20 WIB

ASN Diajari Apa? Saat Corpu Gagal Bercerita tentang Perjalanan Belajar

Artikel ini mengurai pentingnya membangun struktur ASN Corpu yang hidup, kontekstual, dan mengakar pada learning journey ASN.
Ilustrasi seleksi ASN (CPNS dan PPPK). (Sumber: tanjungpinangkota.go.id)
Ayo Biz 18 Jul 2025, 17:05 WIB

Utami dan Resep Warisan yang Disulap Jadi Cita Rasa Kekinian: Kisah di Balik Noka Coffee & Kitchen

Noka Coffee & Kitchen menyimpan kisah tak terduga tentang perempuan yang menjahit mimpi dari dapur kecil, aroma bumbu turun-temurun, dan keyakinan bahwa warisan bisa jadi jalan masa depan.
Menu Noka Coffee & Kitchen yang membawa jejak tradisi rasa dari tanah Kerinci, Jambi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 18 Jul 2025, 15:55 WIB

Hikayat Sunda Empire, Kekaisaran Pewaris Tahta Julius Caesar dari Kota Kembang

Pewaris tahta Julius Caesar ini mengaku kekaisaran dunia dan kuasai PBB, Sunda Empire muncul di Bandung dan bikin jagat maya geger.
Logo Kerajaan Sunda Empire. (Sumber: Reroduksi Wikimedia)