Budaya Ngalaksa: Warisan Leluhur yang Dijaga oleh Warga Rancakalong Sumedang

Fayyaza Jasmine Chelsea Kuncara
Ditulis oleh Fayyaza Jasmine Chelsea Kuncara diterbitkan Minggu 16 Nov 2025, 17:26 WIB
Ibu-ibu Rancakalong mengolah adonan meniadi laksa saat prosesi Meseul Geulis dalam Adat Ngalaksa di Desa Rancakalong, Sumedang, Jumat (15/05/2025). (Sumber: @kangzamzamnikmat on Tiktok | Foto: Zamzam Nikmat)

Ibu-ibu Rancakalong mengolah adonan meniadi laksa saat prosesi Meseul Geulis dalam Adat Ngalaksa di Desa Rancakalong, Sumedang, Jumat (15/05/2025). (Sumber: @kangzamzamnikmat on Tiktok | Foto: Zamzam Nikmat)

Matahari pelan memanjat bukit, menyisakan embun di dedaunan. Udara segar pedesaan menyambut warga yang mulai memadati kawasan adat. Namun suasana pagi itu justru menambah semarak tradisi Ngalaksa di Desa Wisata, Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Sabtu (25/10/2025).

Zamzam Nikmat, keturunan pelaksana adat Ngalaksa sekaligus penerus seni tarawangsa di Rancakalong, menjelaskan bahwa tradisi Ngalaksa merupakan kebiasaan sejak dulu terhadap rasa syukur hasil panen.

Ngalaksa ini kebiasaan yang dilakukan sejak dulu, seperti meseul bakal, jadi lebih ke mengingat kebiasaan zaman dahulu,” ujarnya.

Tahun ini, Ngalaksa digelar pada Mei 2025 dengan penyelenggara inti dari keturunan pelestari adat. Kegiatan ini melibatkan seluruh warga mulai dari persiapan hingga prosesi utama, menunjukan rasa hormat terhadap warisan leluhur.

Keturunan adat pelaksana adat itu turut mengisahkan awal mula tradisi yang masih lestari hingga kini.

“Dulu pernah ada masa panen di Rancakalong itu gagal terus, lalu orang tua zaman dulu bersemedi dan mendapat petunjuk bahwa masyarakat kurang bersedekah. Dari situlah tradisi Ngalaksa hadir sebagai wujud syukur,” ujarnya.

Dahulu, tradisi digelar tiga hingga empat tahun sekali, bergiliran di beberapa desa. Memasuki tahun 1990-an, pelaksanaannya di Desa Wisata Rancakalong. Kini, kegiatan digelar setiap tahun, dengan beberapa desa bergantian menjadi “hajat”-nya.

Rangkaian Ngalaksa berlangsung selama kurang lebih satu minggu. Sebelum prosesi inti dimulai, warga lebih dulu menggelar Badami atau musyawarah untuk menentukan tanggal pelaksanaan yang biasanya jatuh pada bulan Hapit.

Setelah itu, dilakukan Bewara atau pengumuman kepada warga, dilanjutkan Ngahayu-hayu sebagai ajakan bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi ataupun memberikan sumbangan berupa padi atau beras. Seluruh sumbangan kemudian dibagi untuk kebutuhan dapur, operasional, serta bahan pembuatan laksa sebagai hidangan utama tradisi.

Prosesi puncak dimulai dengan acara pembukaan yang turut dihadiri pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. Pada hari kedua, digelar meseul bakal atau menumbuk padi menjadi beras yang kemudian diibakan atau dicuci.

Warga Desa Rancakalong mengikuti prosesi Meseul
Bakal dengan menumbuk padi menjadi beras pada upacara adat Ngalaksa, Jumat (15/05/2025). (Sumber: @kangzamzamnikmat on Tiktok | Foto: Zamzam Nikmat)
Warga Desa Rancakalong mengikuti prosesi Meseul Bakal dengan menumbuk padi menjadi beras pada upacara adat Ngalaksa, Jumat (15/05/2025). (Sumber: @kangzamzamnikmat on Tiktok | Foto: Zamzam Nikmat)

Memasuki hari ketiga hingga kelima, beras tersebut disimpan di dalam goa dan menjalani prosesi Nyiraman setiap pagi dan sore menggunakan air combrang, mirip proses fermentasi. Di hari keenam, dilakukan meseul geulis atau menumbuk beras menjadi tepung, lalu diolah menjadi laksa sebagai simbol rasa syukur masyarakat.

Meski adaptasi dengan perkembangan zaman tak terhindarkan seperti adanya bantuan pemerintah, yang kini dialokasikan untuk dibelikan padi secara langsung, berbeda dengan zaman dulu ketika padi benar-benar diambil dari hasil panen sendiri lalu dimasukkan ke leuit untuk kegiatan meseul bakal, namun masyarakat tetap menjaga tradisi agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.

Penerus tradisi adat Ngalaksa, Zamzam Nikmat mengakui tantangan terbesar saat ini adalah menjaga minat generasi muda terhadap prosesi adat, karena banyak yang lebih tertarik pada seni tarawangsa. Untuk mengatasinya, ia rutin mendokumentasikan prosesi Ngalaksa dan membagikannya di media sosial.

“Harapannya, jangan sampai adat ini pareum atau terputus. Semoga generasi selanjutnya bisa tetap belajar, mengenal, dan ikut melestarikan kebiasaan leluhur ini,” ujarnya. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Fayyaza Jasmine Chelsea Kuncara
Mahasiswi Digital Public Relation Telkom University 2024
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)