Di sebuah ruangan sempit berukuran 3x4 meter di Bandung, tekad seorang perantau dari Lampung menjadi pondasi lahirnya Persada, brand Sepatu Lokal Cibaduyut yang bertahan di tengah persaingan digital. Herman Sulaiman, menceritakan bagaimana perjalanan usaha yang lahir dari modal keberanian dan kesatuan yaitu Sepatu Persada, Kelurahan Cibaduyut, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Sabtu (01/09/2025).
“Dulu gaji saya cuma Rp50 ribu sebulan, tapi yang penting saya belajar semuanya,” ujar Herman, mengenang masa awalnya bekerja pada seorang pengusaha kulit di tahun 90-an.
Selama dua tahun ia menimba ilmu, mulai dari produksi, bahan baku, hingga pemasaran, sebelum akhirnya memberanikan diri memulai usaha sendiri bersama kakak dan adiknya.
Nama Persada, singkatan dari Persatuan Saudara, bukan sekadar identitas, melainkan simbol perjuangan kolektif. Bermodalkan sisa-sisa kulit sabuk, Herman memulai usahanya dari sandal sebelum bertransformasi menjadi produsen sepatu kulit. Titik balik terjadi saat krisis moneter 1998 memaksa mereka meninggalkan produk sabuk karena penjualan anjlok hingga 80 persen.
“Kualitas itu nomor satu. Kulit asli bisa tahan lebih dari sepuluh tahun. Itu yang bikin pelanggan balik lagi,” katanya. Persada mempertahankan standar bahan baku kulit asli dan berani memberi garansi perbaikan produk sebagai wujud komitmen mutu.
Strategi Persada tidak hanya soal kualitas. Herman membaca pola belanja masyarakat sesuai musim, seperti memproduksi sandal saat Ramadan dan sepatu pantofel menjelang Natal. Di era digital, Persada juga mulai merambah platform TikTok, dan Shopee meski masih mengandalkan jaringan konsinyasi di toko offline untuk memperluas pasar.

Menurut Herman, tantangan terbesar saat ini adalah mempertahankan loyalitas pelanggan di tengah merebaknya brand fashion baru dan produk impor murah. Namun dengan servis personal, kualitas, dan fleksibilitas produksi sesuai pesanan, ia yakin brand lokal tetap bisa bersaing.
“Jangan takut kritik. Justru kritik itu yang bikin usaha terus maju,” pesannya.
Baginya, kesuksesan bukan sekadar untung besar, melainkan menjaga kepercayaan pembeli agar terus kembali, satu demi satu.
Di balik sepatu kulit yang tampak kokoh, tersimpan kisah kerja keras, solidaritas keluarga, dan keteguhan prinsip untuk menjaga kualitas. Persada berdiri bukan hanya sebagai usaha, tetapi sebagai bukti bahwa semangat perantau, ketekunan, dan adaptasi digital mampu mengantar brand lokal tetap eksis melangkah di era persaingan global. (*)
