Lantunan merdu suara gamelan, mengiringi langkah seorang gadis yang terbalut indahnya merah muda sayap Merak. Setiap langkah ringan dan ayunan tubuhnya merefleksikan keindahan di tengah rutinitas kecil kehidupan. Di bawah lampu sorot panggung petunjukan gadis ini menghidupkan kembali keindahan Tari Merak di Desa Cangkuang Kulon, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung.
Rani Nurhayani, Penari muda AJ Entertaiment, mengaku bahwa ia tertarik akan keindahan keseni tari tradisional Sunda ini, karena ia terpana akan keindahan Tari Merak yang ia saksikan disebuah pertunjukan.
“Awalnya karena aku lihat gerakannya bagus dan lembut. Bajunya juga cantik banget, jadi keliatan feminin. Dari situ aku tertarik” ujarnya saat di wawancara pada Jumat (31/10/ 2025).
Visual yang ditampilkan pada tarian merak memang sangat eyecathing, balutan kostum berwarna cerah, dengan paduan siger khas kepala burung merak, selendang, sayap kain, dan detail dekoratif lainnya menjadi bagian penting visual tarian membuat para penikmat seni Tari Merak jatuh akan pesona keindahan tarian tersebut.
Tari Merak sendiri merupakan salah satu tarian khas Sunda yang diciptakan oleh seniman besar asal Indonesia, Raden TjeTje Somantri, Pada tahun 1950. Tarian ini menggambarkan perilaku dan keindahan seekor merak jantan yang sedang memikat betinanya. Melalui gerak, mimik dan kostum, tarian ini menampilkan keanggunan dan keindahan yang menjadi ciri khas masyarakat Sunda.
Saat ini, selain di acara pertunjukan seni, Tari Merak juga biasa dijumpai di acara pernikahan maupun acara formal lainnya, Rani menjelaskan bahwa prosesi Tari Merak menjadi tarian sebagai simbolis penyambutan. Rani menjelaskan bahwa Tari Merak biasa di gunakan di acara Mapag, atau acara penyambutan.

Di tengah arus pertukaran budaya global yang menjadi konsumsi anak muda saat ini, bukan hal mudah untuk tetap mempertahankan eksistensi kesenian tradisional. Tanpa upaya pelestarian yang serius, kesenian tradisional Indonesia berpotensi tergerus oleh arus globalisasi dan kehilangan identitas aslinya.
Upaya pelestarian kesenian tradisional Sunda ini dilakukan oleh Rani sejak bangku SMA, bukan hanya menekuni Tarian Merak, ia juga mempelajari esensi seni dalam Tari Merak. Rani menjelaskan di tempat ia belajar Tari Merak, ia bukan hanya di ajari tarian semata, namun bersama dengan filosofi gerakan tarian tersebut.
Di tengah kesibukan membangun karier, Rani menghadapi tantangan besar dalam mengatur waktu. “Tantangan terbesar ya waktu, sih. Karena di umur segini banyak tugas dan juga kerjaan. Jadi susah bagi waktu antara kerja dan latihan, untungnya, pekerjaannya masih berada di dunia yang sama, aku kerja juga di sanggar itu, jadi lumayan terbantu, kadang latihan pas libur atau minta izin sebentar kalau ada pertunjukan,” ujarnya.
Meskipun demikian, semangat Rani untuk terus menari tidak pernah padam. Baginya, Tari Merak bukan sekadar gerak tubuh yang mengikuti irama gamelan, melainkan bentuk ekspresi jiwa yang sarat makna, ia mengungkapkan perasaan senang dan bangga saat menampilkan tarian tradisional sunda ini.
Baca Juga: Minimnya Penerangan di Sebagian Jalan Soekarno-Hatta Bandung pada Malam Hari
Rani juga berharap agar generasi muda tidak malu mempelajari kesenian daerahnya sendiri. Menurutnya, banyak anak muda yang masih menganggap tari tradisional itu kuno, padahal jika dipelajari lebih dalam, setiap gerakannya memiliki filosofi yang sangat indah.
Bagi Rani, melestarikan Tari Merak bukan hanya tentang menjaga warisan budaya, tetapi juga menjaga jati diri bangsa. Ia percaya bahwa dengan cinta dan dedikasi, seni tradisional bisa terus hidup di tengah perkembangan zaman. “Selama masih ada yang mau belajar dan tampil, Tari Merak nggak akan pernah hilang,” ujarnya. (*)
