Berlari Menantang Batas: Egi dan Gita Buktikan Disabilitas Tak Halangi Prestasi

Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Jumat 19 Sep 2025, 09:36 WIB
Egi adalah penyandang disabilitas low vision netra, sebuah gangguan penglihatan permanen. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Egi adalah penyandang disabilitas low vision netra, sebuah gangguan penglihatan permanen. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

AYOBANDUNG.ID — Egi Prasetyo punya mimpi tinggi ketika merantau ke Kota Bandung. Ia ingin menepis stigma negatif terhadap penyandang disabilitas di dunia kerja. Lelaki 20 tahun itu yakin, olahraga bisa menjadi jalan untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik.

Pemuda asal Cilacap, Jawa Tengah itu pertama kali menapakan kaki di kota kembang pada 2024. Tujuan pertamanya di Bandung adalah Sentra Wyata Guna, tempat paling inklusif untuk mereka yang berkebutuhan khusus. 

Egi adalah penyandang disabilitas low vision netra, sebuah gangguan penglihatan permanen. Berbeda dengan tunanetra, Egi masih dapat melihat namun tidak terlalu jelas dalam jarak tertentu. Sebelum menjadi atlet, ia belajar teknik-teknik memijat. Pijakan pertama untuk mendapatkan uang agar bisa menyambung hidup.

Seiring waktu, Egi kerap mendengar cerita bahwa banyak atlet disabilitas yang berlatih di GOR Pajajaran yang lokasinya tepat di seberang Wyata Guna. Egi terpincut. Mulailah ia mencari tahu bagaimana menjadi seorang atlet. 

"Akhirnya saya, 'ih menarik juga ya', terus juga masih muda. Senang juga. Nah itulah akhirnya bisa banyak teman dan jadi atlet," kata dia belum lama ini, ditulis Kamis, 18 September 2025.

Pada awal tahun 2025, Egi mengikuti seleksi sebagai atlet cabang olahraga atletik untuk persiapan Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) VII Jawa Barat yang berlangsung di Kabupaten Indramayu, pada tahun 2026 mendatang. Latihan yang dijalaninya cukup berat sebelum akhirnya lolos seleksi.

“Iya, pertama kali ini. Langsung lolos. Kemarin seleksinya. Nah, sekarang tinggal latihan," ujarnya.

Sebagai seorang lulusan SMK Tata Boga di Cilacap, ia memiliki keahlian memasak. Keahlian itu pernah menjadi sumber mata pencaharian. Tetapi Egi kerap mendapat perlakuan diskriminasi dari rekannya. Padahal, menurutnya, segala tugas telah dilakukan dengan baik. 

Egi Prasetyo tengah berlatih di arena lari di GOR Pajajaran, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Egi Prasetyo tengah berlatih di arena lari di GOR Pajajaran, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

"Sudah mencari pekerjaan ke mana-mana, ditolak. Karena disabilitas itu. Sampai ke Jakarta saya. Sempat bekerja di dunia hotel, saya mendaftar untuk menjadi karyawan itu. Sama dari pihak atasan itu, karena disabilitas itu, sudah diremehkan. Padahal saya sudah bekerja hampir ada setengah tahun. PKL juga di situ,” katanya lirih.

Hal inilah yang memicu keyakinannya bahwa nasib seseorang bisa berubah ketika memiliki tekad yang kuat. Bukan di dapur, bukan di kamar, tapi Egi memilih lewat lintasan lari untuk membuktikan jika dirinya mampu sukses.

"Saya mau buktikan sih, satu ya, membuktikan bahwa saya sebagai disabilitas itu, mampu, terus mempunyai harapan tinggi, bisa seperti orang yang non-disabilitas."

"Terus yang kedua, bisa membanggakan orang tua, dengan prestasi yang saya dapatkan di dunia olahraga. Terus, yang ketiga, harapan sih dari Kemenpora, atau dari pemerintah, lebih memperhatikan disabilitas, lebih baik lagi harapannya," ungkapnya penuh ambisius.

Dukungan Keluarga Jadi Tumpuan Semangat

Tidak seperti Egi yang baru memulai langkah di dunia atletik, perjalanan Gita Riana Tarigan (27) pun tak kalah inspiratif. Ia adalah seorang atlet penyandang disabilitas tunagrahita sekaligus ibu dari satu anak.

Gita menuturkan, kecintaannya pada olahraga sudah terasah sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kini, bersama Egi dan sejumlah atlet lainnya, ia berhasil lolos seleksi untuk mewakili Kota Bandung pada cabang lari sprint 100 dan 200 meter tahun depan.

Mulanya, ia mengaku kurang menyukai olahraga. Namun ketika masih duduk di bangku SD, banyak kegiatan olahraga hingga pada akhirnya jatuh cinta.

“Awalnya ikutan latihan-latihan saja, akhirnya ternyata ada organisasinya NPCI (National Paralympic Committee Indonesia) untuk penyandang disabilitas, jadi saya masuk ke sana gitu. Dari situ ikut latihan-latihan, ikut event akhirnya,” katanya.

Pada awal berdiri sejak 1962, NPCI mulanya bernama Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC). Organisasi ini berfungsi untuk melatih, mengoordinasikan, dan membentuk atlet disabilitas yang berkualitas. Mereka dipersiapkan untuk mengikuti berbagai kejuaraan, baik tingkat daerah hingga internasional.

Sampai sekarang, Gita tak pernah berpaling dari dunia lari. Ia menekuninya dengan penuh keikhlasan, jauh dari rasa pesimis. Baginya, kegagalan bukan akhir perjalanan, melainkan batu loncatan untuk meraih langkah berikutnya.

"Kalau kita belum berhasil berarti masih kurang latihannya. Jadi harus lebih ditambah lagi powernya. Apanya nih yang harus ditambah, apanya nih yang harus ditambah. Jadi kita cari-cari aja celah-celah buat, biar power kita tuh stabil," ujarnya.

Buah dari ketekunan itu akhirnya terbayar. Pada 2018, Gita berhasil membawa pulang medali emas setelah menjuarai ajang Praperda. Meski sudah pernah merasakan puncak prestasi, semangatnya tak berhenti di sana. Ia masih menatap target yang lebih tinggi.

Gita tak lupa berterima kasih atas dukungan keluarga. Terutama sang suami, yang selalu menjadi penopang utama dan mendukung sepenuhnya pilihan Gita menekuni dunia olahraga, tanpa terikat pada pandangan patriarki.

Selama puluhan tahun berkecimpung di dunia olahraga, ia menekankan pentingnya kesetaraan dalam perlakuan pemerintah terhadap atlet disabilitas dan non-disabilitas. Menurutnya, hal itu mencakup hal mendasar seperti bonus maupun tunjangan bulanan yang seharusnya tidak dibedakan. 

Ia mengakui, sejak 2018 perhatian pemerintah terhadap atlet disabilitas mulai meningkat, kondisi pun kini jauh lebih baik. Meski begitu, ia berharap kesetaraan tersebut terus dijaga, sebab baik atlet disabilitas maupun non-disabilitas sama-sama mengharumkan nama daerah dan negara.

"Ingin pemerintah tuh lebih memperhatikan lagi. Bukan kurang ya, tapi lebih jangan sampai dibanding-bandingkan atlet yang umum sama atlet disabilitas tuh kayak kadang-kadang dibandingin kayak dari bonus mungkin atau dari uang perbulannya," bebernya.

"Cuma sekarang dari 2018 tuh udah mulai care-lah sama anak disabilitas ternyata pemerintah itu. Sekarang sudah lebih enak lah pemerintah. Kita juga sama-sama membawa nama kota, atau membawa nama Indonesia, atau membawa nama Jawa Barat gitu kan. Jadi jangan sampai dibedain-bedain aja sih," lanjutnya berharap.

Targetkan Gelar Juara

Sementara itu Sekretaris Umum NPCI Kota Bandung, Djumono mengatakan, terdapat 200 atlet dan 100 pelatih yang lolos seleksi pada 2025 yang akan diturunkan dalam Peparda. Namun pada Desember nanti, akan ada seleksi kembali untuk mengevaluasi prestasi atlet selama pelatihan. Mereka yang lolos dalam seleksi tersebut akan masuk tim inti yang diberangkatkan ke Kabupaten Indramayu pada November 2026.

Dia menuturkan, kebanyakan atlet berasal dari Kota Bandung. Tetapi ada juga yang berasal dari luar daerah yang berhasil lolos seleksi. Mereka yang berasal dari luar daerah belum pernah bergabung di NPCI daerah masing-masing.

"Mereka ada yang sudah berpengalaman, ada juga yang baru. Selama memenuhi syarat, mereka bisa ikut seleksi dan menjadi bagian dari Pelatcab NPCI Kota Bandung," kata Djumono.

Ia mengungkapkan, dalam tiga periode terakhir, Kota Bandung absen menjadi juara umum. Padahal sejak 2002 hingga 2014, Kota Bandung selalu masuk sebagai juara.

Karena itu, terdapat wajah-wajah baru dengan prestasi gemilang yang akan memperkuat tim kontingen dari Bandung. Kendati demikian, atlet senior masih mendominasi. Menurut Djumono, setiap atlet yang memiliki peluang mencetak prestasi layak mendapatkan kesempatan bertanding atas nama Kota Bandung.

Dengan ini, targetnya menjadi juara umum. Ia optimistis gelar juara bakal diraih oleh kontingen Kota Bandung. Ini tak terlepas dari para atlet yang memiliki jam terbang cukup tinggi. 

"Kami ingin kembali merebut juara umum," ungkap Djumono dengan optimis.

Ia menyebutkan, sejumlah cabang olahraga menjadi andalan NPCI Kota Bandung, antara lain angkat berat, tenis meja, catur, renang, dan atletik. Cabang voli duduk pun pernah menorehkan prestasi.

Pada ajang Peparda 2022, tim voli duduk putri Kota Bandung berhasil keluar sebagai juara umum meski hanya dipertandingkan di tingkat grup. Namun, capaian itu dinilai belum cukup untuk menarik perhatian lebih dari pemerintah.

Menurutnya, sarana dan prasarana untuk mendukung atlet disabilitas masih terbatas. Karena itu, NPCI Kota Bandung berharap kebutuhan fasilitas latihan dapat segera dipenuhi oleh pemerintah kota.

"Alhamdulillah dukungan sudah cukup bagus, baik pembinaan, pengawasan, maupun bantuan anggaran. Tapi karena atlet memiliki (kekurangan) berbagai fasilitas disabilitas, kami masih membutuhkan sarana dan prasarana tambahan," ujar Djumono.

Ia menambahkan, peralatan khusus seperti kursi roda atletik yang harus diimpor serta perlengkapan lain belum sepenuhnya tersedia. Kondisi itu membuat Kota Bandung tertinggal dibanding daerah pesaing seperti Bekasi dan Bogor. 

"Itu membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah kota dan DPRD agar anggaran bisa mencukupi," sebutnya.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 19 Sep 2025, 09:36 WIB

Berlari Menantang Batas: Egi dan Gita Buktikan Disabilitas Tak Halangi Prestasi

Meski begitu, ia berharap kesetaraan tersebut terus dijaga, sebab baik atlet disabilitas maupun non-disabilitas sama-sama mengharumkan nama daerah dan negara.
Egi adalah penyandang disabilitas low vision netra, sebuah gangguan penglihatan permanen. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 19 Sep 2025, 07:26 WIB

Kegiatan Literasi yang Membangun Nalar Kiritis Siswa

Halaman-halaman dari setiap bacaan atau episode, menjadi jembatan dan penerangan mimpi, membuka imajinasi.
Foto Kegiatan Membaca Komprehensif SMPN 1 Kasokandel (Foto: Muhammad Assegaf)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 20:46 WIB

Ketika Kuliner dan Visual Berpadu Resto Estetik Menjadi Destinasi Favorit

Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, menjadikan kafe dan restoran sebagai latar konten, ruang ekspresi, bahkan simbol gaya hidup.
Bukan sekadar tempat bersantap, resto estetik kini menjadi destinasi wisata tersendiri. (Sumber: Instagram @Teuan.id)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB

Filsafat Seni Islam

Tak ada salahnya membicarakan filsafat seni dalam agama Islam.
Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 19:15 WIB

Komunitas Semut Foto Membangun Ekosistem Kreatif yang Menggerakkan Peluang Bisnis

Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual.
Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 18:14 WIB

Geliat Industri Printing IKM Jawa Barat di Tengah Ekonomi Lesu: Antara Inovasi dan Ketahanan

Di tengah bayang-bayang pelemahan ekonomi nasional, geliat industri printing skala kecil dan menengah (IKM) di Jawa Barat justru menunjukkan ketahanan.
Permintaan terhadap produk custom printing, print-on-demand, dan desain ramah lingkungan terus meningkat, membuka peluang baru bagi pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dengan tren pasar. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 17:53 WIB

Muak, Muda, dan Miskin di Bandung

Bandung berlari cepat sementara kita tertinggal.
Kawasan pemukiman padat di Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Sabtu 15 Februari 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 14:34 WIB

Nostalgia Kaulinan Urang Sunda Zaman Baheula

Beberapa permainan anak di zaman dulu memiliki banyak manfaat untuk melatih daya sensorik dan motorik juga membangun kerjasama dan strategi.
Siswa mengikuti kegiatan permainan tradisional di SDN 164 Karangpawulang, Jalan Karawitan, Kota Bandung, Kamis 5 Desember 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 18 Sep 2025, 13:18 WIB

Sejarah Bandung dari Kinderkerkhof sampai Parijs van Java

Tak banyak yang tahu, sejarah Bandung pernah identik dengan kuburan anak-anak Belanda. Lalu bagaimana ia bisa disebut Parijs van Java?
Lukisan Situ Patenggang Ciwidey di Kabupaten Bandung karya Franz Wilhelm Junghuhn tahun 1856. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Someah, Seunggah, jeung Bangkawarah

Yang paling seunggah saat menerima tamu, terutama geugeuden, ingin  menghidangkan bakakak, padahal waktunya mendadak. Alih-alih sidak!
Kirab Budaya Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jawa Barat ini diikuti sedikitnya 250 peserta dari 27 kabupaten/kota. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Peran Jaket Riding Saat Motoran, Bukan Hanya Cegah Masuk Angin

Jaket riding adalah perlengkapan penting bagi pengendara motor yang dirancang khusus untuk memberikan perlindungan sekaligus kenyamanan selama berkendara. Fungsinya tidak hanya sebagai penahan angin
Ilustrasi Jaket Riding. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 10:17 WIB

Si Cantik Boemi Tirta, Kain Lukis Asal Bandung yang Menembus Dunia

Boemi Tirta berdiri atas gagasan Enneu Herliani (52), seorang perempuan yang menyalurkan hobi melukis menjadi bisnis kreatif. Sebelum meluncurkan merek ini, Enneu lebih dulu dikenal lewat Rumah Sandal
Produk Kain Lukis Boemi Tirta. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 09:34 WIB

Kedai Mochilok, Tempat Jajan Cilok Kekinian yang Bikin Kamu Ketagihan

Di Bandung ada banyak tempat makan unik, salah satunya Mochilok. Kedai ini merupakan sebuah tempat yang menyajikan cilok versi modern.
Makanan Tradisional Cilok (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 09:03 WIB

Pentingnya Revitalisasi Sekolah demi Peningkatan Layanan Pendidikan

Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)
Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 20:02 WIB

Elipsis ... Cara Pakai Tiga Titik sebagai Tanda Baca

Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 18:14 WIB

Sejarah Julukan Garut Swiss van Java, Benarkah dari Charlie Chaplin?

Dari Charlie Chaplin sampai fotografer Thilly Weissenborn, banyak dituding pencetus Swiss van Java. Tapi siapa yang sebenarnya?
Foto Cipanas Garut dengan view Gunung Guntur yang diambil Thilly Weissenborn. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 18:12 WIB

Jejak Rasa Kota Kembang: Menyelami Sejarah dan Tantangan Kuliner Legendaris Bandung

Bicara Bandung bukan hanya udara sejuk dan panorama pegunungan yang memikat, tapi juga salah satu pusat kreativitas dunia kuliner yang tumbuh subur.
Setiap jajanan legendaris Bandung menyimpan jejak sejarah, budaya, dan perjuangan para pelaku UMKM. (Sumber: Instagram @batagor_riri)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)