Hak Belajar Pelajar Disabilitas Terancam Proyek Sekolah Rakyat

Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Senin 19 Mei 2025, 10:56 WIB
Pembongkaran gedung C SLBN A Pajajaran pada Jumat, 16 Mei 2025 sore. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Pembongkaran gedung C SLBN A Pajajaran pada Jumat, 16 Mei 2025 sore. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

AYOBANDUNG.ID - Ancaman nyata kembali menghampiri SLBN A Pajajaran, Kota Bandung. Para pelajar berkebutuhan khusus di sekolah ini kini dibayangi risiko kehilangan ruang belajar. Ironisnya, ancaman tersebut muncul akibat proyek pemerintah pusat.

Proyek itu bernama Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan yang diusung Presiden RI, Prabowo Subianto, dengan niat mulia untuk memfasilitasi pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Namun keberadaannya justru berpotensi meleburkan eksistensi SLBN.

Dua bangunan milik SLBN A Pajajaran yang terletak di kompleks Balai Wyata Guna, yakni gedung C dan D, dibongkar oleh Kementerian PUPR. Tujuannya: menyambut program Sekolah Rakyat. Ironisnya, pembongkaran ini dilakukan saat sekolah sedang melaksanakan ujian kenaikan kelas.

Akibatnya, pelaksanaan tes untuk menentukan kelulusan siswa pun terganggu. Wakil Ketua Komite SLBN A Pajajaran, Tri Bagio, mengatakan bahwa pembongkaran mulai dilakukan pada pekan ketiga Mei 2025. Ia bahkan pernah mengajukan permohonan agar waktu pengosongan diundur.

Namun, sesuai berita acara pengosongan gedung C dan D yang ditandatangani oleh Kepala Sentra Sri Harijati, mewakili Kementerian Sosial RI, pengosongan dijadwalkan pada 15 Mei 2025. Informasi ini pun menggemparkan warga sekolah.

“Kami konfirmasi lagi ke Kepala Balai untuk kedua kalinya. Tapi ternyata pengosongan tidak jadi diundur ke 23 Mei. Dari PUPR katanya akan segera membangun,” ujarnya kepada AyoBandung, Jumat, 16 Mei 2025.

Tri pun mempertanyakan kepastian lokasi kegiatan belajar mengajar (KBM) ke depan. Ia mengaku sempat ingin meminjam halaman masjid untuk dijadikan ruang kelas darurat, namun hingga kini belum ada kepastian.

Hak pelajar atas ruang belajar pun makin terkatung-katung. Berdasarkan data, SLBN A Pajajaran memiliki sekitar 111 siswa. Idealnya, sekolah ini membutuhkan 37 kelas. Namun saat ini, hanya tersedia 17 ruang kelas.

Situasi semakin memprihatinkan setelah gedung C dan D dibongkar. Di gedung C terdapat 8–9 ruangan, sementara gedung D memiliki 5 ruangan. Alih-alih menambah ruang belajar, sekolah malah kehilangan fasilitas yang ada. Bahkan, menurut Tri, bangunan baru hasil renovasi kelak tidak bisa digunakan untuk KBM siswa SLBN.

Ketidakjelasan ini membuat komite sekolah mendatangi DPRD untuk mengadu ke anggota Komisi E. Mereka berharap suara ini sampai ke Dinas Pendidikan. Akhirnya, komite bersama para orang tua memutuskan untuk memviralkan persoalan ini.

Kini, hanya satu gedung yang memiliki tiga kelas dan bisa digunakan untuk kegiatan belajar. Gedung A dipakai untuk ruang Tata Usaha (TU) dan guru. Akibatnya, beberapa rombongan belajar (rombel) harus digabungkan dalam satu kelas.

“Digabung-gabung, satu kelas bisa untuk kelas 1, 2, 3, lalu kelas 4, 5, 6 juga digabung. Padahal di sini bukan hanya tunanetra, ada juga siswa dengan disabilitas lain,” tuturnya.

Ia menekankan bahwa pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus seharusnya disesuaikan dengan jenis disabilitas mereka. Untuk siswa tunanetra, misalnya, ruang kelas minimal harus berukuran 30 meter persegi, memiliki pencahayaan cukup, dan tidak bising. Jika digabung, maka proses pembelajaran tidak akan efektif.

Tri juga menjelaskan bahwa kompleks Wyata Guna seluas sekitar 4 hektare terdiri dari tiga sertifikat. Dari sertifikat itu, disebutkan ada delapan fungsi penggunaan lahan, salah satunya untuk SLB. Namun, lokasi dan luas spesifik untuk SLB tidak tertulis secara jelas dalam sertifikat.

Selain untuk SLB, lahan itu digunakan sebagai balai percetakan braille, masjid, dan asrama siswa. Tanah tersebut telah disertifikasi oleh Kementerian Sosial sejak 1986. Tri juga menceritakan bahwa lahan ini merupakan hibah dari Wongso Taruno, warga Kelurahan Pasirkaliki.

Lahan tersebut diberikan kepada Kemensos tanpa transaksi jual beli, dengan tujuan mendukung penyelenggaraan pendidikan bagi tunanetra, saat itu bernama Bandoengsche Blinden Instituut, yang kini menjadi SLBN A Pajajaran.

Pantauan di lokasi menunjukkan masih banyak lahan kosong di kompleks Wyata Guna. Jarak antar bangunan juga cukup jauh, bahkan lebih dari 10 meter. Tri menilai bahwa lahan kosong itu masih bisa digunakan untuk membangun gedung tanpa mengorbankan ruang belajar SLB.

“Kompleks Wyata Guna itu luas, banyak lahan kosong, banyak juga gedung yang tidak dipakai. Jadi harapan kami, jangan ganggu dulu SLB. Pakai dulu ruang-ruang yang tidak digunakan untuk kegiatan belajar hari ini,” ujarnya.

AyoBandung sempat meninjau pembongkaran gedung C pada Jumat, 16 Mei 2025 sore. Gedung itu terletak di bagian belakang kompleks Wyata Guna. Perjalanan dimulai dari gerbang utama.

Saat memasuki kompleks, terlihat beberapa satpam berjaga. Sejumlah orang berkebutuhan khusus tampak lalu-lalang, ada yang berjalan sendiri menggunakan tongkat, ada pula yang beriringan sambil berpegangan bahu.

Dari jarak 20 meter, bagian atas gedung tampak berbeda dari yang lain. Atapnya sudah tidak ada, hanya tersisa rangka kayu berbentuk prisma.

Di depan gedung, berserakan balok kayu dan potongan besi. Lorong-lorong dalam bangunan dipenuhi pecahan genteng, puing, dan kayu bekas bangunan.

Meja, kursi, dan lemari sudah tidak tampak di dalam ruang kelas. Sekitar lima pekerja masih tampak sibuk membongkar bangunan.

Sementara itu, gedung kelas yang masih berdiri berada di sisi barat, dekat lapangan. Terdapat tiga ruangan, digunakan untuk kegiatan belajar berbasis teknologi karena terdapat lebih dari tiga komputer.

Pembongkaran SLBN A Pajajaran. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Jerit Orang Tua Siswa SLBN: Anak Kami Juga Rakyat!

Selain Tri, para orang tua siswa SLBN A Pajajaran juga menyampaikan kekecewaan mereka atas pembongkaran gedung demi proyek Sekolah Rakyat. Mereka menilai program pemerintah pusat ini telah mengorbankan hak anak-anak disabilitas untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Nunik Haerani (47), salah satu orang tua siswa, mengungkapkan kekesalannya setelah sekolah diminta mengosongkan gedung C dan D tepat saat anak-anak menjalani ujian kenaikan kelas. Permintaan mendadak itu membuat orang tua panik dan bingung.

“Katanya ini gedung mau dikosongkan untuk dijadikan Sekolah Rakyat. Kita bingung, ya,” kata Nunik, Sabtu, 17 Mei 2025.

Padahal, SLBN A Pajajaran sudah kekurangan ruang kelas. Dengan total 111 siswa, sekolah seharusnya memiliki 37 kelas, tetapi saat ini hanya ada 17 ruang. Pembongkaran dua gedung memperparah kondisi tersebut.

Awalnya, Nunik tidak mempermasalahkan pembongkaran. Namun kekecewaannya muncul setelah mendapat informasi bahwa gedung yang direnovasi tidak akan dikembalikan untuk digunakan siswa SLB.

“Kita dapat informasi kalau gedung itu nantinya bukan untuk siswa SLB lagi. Padahal, sekolah ini sudah ada sejak 1901. Di sertifikat juga disebutkan bahwa tanah ini diperuntukkan untuk pendidikan, termasuk SLB,” ucapnya.

Ia mempertanyakan mengapa justru anak-anak disabilitas yang harus tersingkir demi program baru. Menurutnya, program Sekolah Rakyat dan hak pendidikan anak disabilitas seharusnya bisa berjalan berdampingan.

“Kami sangat mendukung Sekolah Rakyat. Tapi tolong, pikirkan juga nasib anak-anak kami yang sudah ada dari awal,” ujar Nunik.

Anak-anak SLB, menurutnya, juga bagian dari rakyat Indonesia yang berhak mendapatkan perlakuan dan fasilitas yang setara.

“Anak-anak kami juga rakyat Indonesia yang punya hak yang sama. Kalau ada sekolah rakyat, anak-anak kami juga harus diperhitungkan. Kenapa tidak berdampingan?” tambahnya.

Ira (47), ibu dari siswa kelas 12 SLBN A Pajajaran, juga menyuarakan kegelisahan serupa. Baginya, ini bukan sekadar soal gedung yang dibongkar, tapi tentang masa depan dan keadilan untuk anak-anak yang sering dilupakan.

“Kalau saya googling, Sekolah Rakyat itu program pemerintah. Program Prabowo, katanya untuk rakyat miskin. Tapi jangan usir kita. Kita juga rakyat,” katanya.

Gedung C dan D dibongkar demi program Sekolah Rakyat, namun para orang tua merasa tidak pernah benar-benar dilibatkan dalam diskusi atau sosialisasi.

Ira mengaku tidak pernah menerima penjelasan resmi mengenai rencana tersebut, apalagi mendengar bahwa gedung yang dibangun tidak akan dikembalikan untuk siswa SLB.

“Kenapa anak-anak kami tidak bisa ikut sekolah di Sekolah Rakyat? Kenapa justru mereka yang harus disingkirkan?” katanya, menahan emosi. “Padahal masih banyak lahan kosong, kenapa kami yang disingkirkan?”

Ia kembali menegaskan bahwa berdasarkan sertifikat, lahan 4 hektare tersebut memang untuk kegiatan sosial dan pendidikan, termasuk SLB.

“Kami tidak mau pindah. Di sertifikat itu SLB juga tercatat,” tegasnya.

Namun, kekecewaan terbesarnya bukan hanya karena bangunan, tapi soal kurangnya komunikasi. Menurutnya, program Sekolah Rakyat lahir dengan niat baik, tapi dalam pelaksanaannya justru menimbulkan konflik di masyarakat.

“Kami tidak pernah benar-benar diajak ngobrol. Rasanya seperti pusat dan bawah itu tidak nyambung,” katanya.

“Bahkan, sebelum kami di sini pun, sudah pernah terjadi hal yang sama,” tambahnya.

Para orang tua berharap pemerintah pusat tidak hanya memikirkan pembangunan fisik, tetapi juga memperhatikan nasib anak-anak yang telah lama bersekolah di SLBN A Pajajaran.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 11 Jul 2025, 09:35 WIB

Mengulik Muasal Bandros, Konon 'Makanan Kaum Miskin' Masa Penjajahan

Sejarah, asal-usul, dan keunikan Bandros, kue tradisional khas Jawa Barat yang sering disalahartikan sebagai makanan serupa Pancong atau Pukis.
Bandros, kudapan khas masyarakat Jawa Barat sejak zaman kolonial. (Sumber: Instagram | Foto: nitnotnit_alfi)
Ayo Biz 10 Jul 2025, 20:32 WIB

Gonzo dan Gaya Jepang di Bandung, Ketika Passion Bertransformasi Menjadi Komunitas Kreatif

Gonzo, sebuah toko ikonik yang menjadi semacam “portal budaya” menuju dunia fashion, anime, dan gaya hidup Jepang yang eksentrik dan ekspresif.
Gonzo, sebuah toko ikonik yang menjadi semacam “portal budaya” menuju dunia fashion, anime, dan gaya hidup Jepang yang eksentrik dan ekspresif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 10 Jul 2025, 20:22 WIB

Sekolah Rakyat, Sanggupkah Putus Rantai Kemiskinan di Jawa Barat?

Pendidikan gratis Sekolah Rakyat digadang jadi solusi kemiskinan di Jabar. Tapi cukupkah sekolah saja ubah nasib generasi miskin?
Ilustrasi siswa sekolah di Jawa Barat. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Biz 10 Jul 2025, 19:06 WIB

Bakso Akung, Seporsi Legenda dari Jalan Lodaya

Bagi warga Bandung, nama Bakso Akung bukan sekadar tempat makan, melainkan ikon kuliner Bandung dan bagian dari perjalanan rasa yang melegenda sejak 1970-an.
Bagi warga Bandung, nama Bakso Akung bukan sekadar tempat makan, melainkan ikon kuliner Bandung dan bagian dari perjalanan rasa yang melegenda sejak 1970-an.
Ayo Jelajah 10 Jul 2025, 19:00 WIB

Tapak Sejarah Reak, Seni Kesurupan yang Selalu Bikin Riweuh di Bandung Timur

Reak adalah seni kesurupan yang sering dipentaskan di Bandung Timur yang memadukan musik, mistik, dan sejarah panjang dari Pajajaran hingga Citarum.
Penampil Reak dalam salah satu helatan di Bandung. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 10 Jul 2025, 16:24 WIB

Sayur Lodeh: Makanan Lokal yang Penuh dengan Nilai Tradisi Masyarakat Jawa

Sayur lodeh merupakan makanan khas dari Jawa Tengah yang masih kental dengan budaya dan tradisi yang dikaitkan sebagai makanan penolak bala.
Sayur Lodeh Warung Ngonah Braga (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 10 Jul 2025, 13:45 WIB

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan: Tidak Masuk Akal Bandara Husein Ditutup, yang Diuntungkan Justru Jakarta!

Ia menilai kebijakan ini justru menguntungkan Jakarta karena masyarakat Bandung dan sekitarnya kini terpaksa terbang melalui Bandara Halim.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 10 Jul 2025, 12:27 WIB

Memupuk Welas Asih, Menebar Belas Kasih

Pada dasarnya kita memiliki kekuatan untuk berbuat dan perilaku belas kasih.
Inilah logo baru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Welas Asih (Sumber: www.jabarprov.go.id | Foto: Humas Jabar)
Ayo Biz 10 Jul 2025, 11:24 WIB

Kupat Tahu dan Lontong Kari Cicendo, Kuliner Legendaris yang Tak Pernah Sepi

Aroma rempah dari seporsi kupat tahu dan lontong kari mengepul sejak pagi buta di sudut sempit Gang Polisi, Cicendo, Bandung. Tempat itu menjadi saksi bisu salah satu keberadaan kuliner legendaris Kot
Gerai kupat tahu dan lontong kari Cicendo (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 10 Jul 2025, 10:52 WIB

Pieterspark, Taman Tertua di Bandung yang Berdiri Sejak 1885

Pieterspark dibangun pada 1885 sebagai taman pertama di Kota Bandung. Dibangun untuk mengenang Pieter Sijthoff, kini menjelma jadi Taman Dewi Sartika yang sarat sejarah dan estetika.
Lukisan Pieterspark Bandung. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)
Ayo Biz 10 Jul 2025, 09:41 WIB

Kisah Dapur Qnoy, dari Katering Hingga Produksi Abon Kemasan yang Lezat dan Sehat

Berawal dari kegemaran memasak dan kebutuhan rumah tangga, Endah Susantie sukses mengembangkan Dapur Qnoy, sebuah usaha kuliner rumahan dengan berbagai produk.
Owner Dapur Qnoy, Endah Susantie (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 10 Jul 2025, 08:58 WIB

Rekam Kelam Derita Satwa, Tragedi Kebun Binatang Bandung Berulang Kali

Sejarah Kebun Binatang Bandung mencatat pola kelam yang berulang.
Taman Jubileumpark (Sumber: (Sumber: Digital Collection KITLV Universiteit Leiden))
Ayo Netizen 09 Jul 2025, 18:18 WIB

Merindu Masakan Mama yang Dibuat Warung Ngonah di Braga

Warung Ngonah adalah salah satu kuliner rumahan yang berada dibelakang gang tidak jauh dari hingar-bingar jalanan Braga.
Nasi Rames Warung Ngonah Braga (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 17:18 WIB

Dari Gerobak ke Legenda: Warisan Rasa di Balik Waroeng Sate Kardjan sejak 1925

Waroeng Sate Kardjan bukan sekadar tempat makan, kuliner legendaris ini saksi bisu perjalanan rasa, warisan keluarga, dan cinta tak berkesudahan pada budaya kuliner tanah Jawa.
Waroeng Sate Kardjan bukan sekadar tempat makan, kuliner legendaris ini saksi bisu perjalanan rasa, warisan keluarga, dan cinta tak berkesudahan pada budaya kuliner tanah Jawa. (Sumber: Ist)
Ayo Jelajah 09 Jul 2025, 16:58 WIB

Hikayat TPU Cikadut, Kuburan China Terluas di Bandung yang Penuh Cerita

Tak cuma makam etnis Tionghoa, TPU Cikadut juga punya kisah guru muslim, cinta beda budaya, dan kremasi simbolis.
TPU Cikadut (Sumber: bandung.go.id)
Ayo Netizen 09 Jul 2025, 15:50 WIB

Transportasi Umum dan Permasalahan Kota Bandung yang Tak Ada Habisnya

Kini, hiruk pikuk Kota Bandung sudah hampir menyaingi Ibu Kota Jakarta. Namun, di tengah penduduk yang terus meningkat, transportasi umum malah sebaliknya.
Bus Damri di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 09 Jul 2025, 14:11 WIB

Menanti PJ yang Komunikatif, Evaluasi Menjelang 2031

Keputusan MK soal Pilgub dan Pilkada tak hanya menarik dari sisi politik tapi juga komunikasi publik. Seperti apakah?
Mantan PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin (Sumber: Unpar.ac.id | Foto: Unpar)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 13:36 WIB

Kupat Tahu 99 Padalarang: Tempat Sarapan Bersejarah yang Menggugah Selera

Setiap pagi, deretan warung sederhana di Desa Kertamulya, Kecamatan Padalarang, selalu ramai dikunjungi warga. Para pemburu sarapan memenuhi kursi-kursi di jongko-jongko penjaja kupat tahu yang sudah
Kupat Tahu 99 Padalarang (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 13:10 WIB

Membangun Brand dari Ikatan, Qistina dan Cerita di Balik FNF by Niion

Lewat Friends and Family (FNF) by Niion, Qistina Ghaisani merintis brand lokal bukan hanya sebagai produk gaya hidup, melainkan sebagai medium kedekatan emosional.
Lewat Friends and Family (FNF) by Niion, Qistina Ghaisani merintis brand lokal bukan hanya sebagai produk gaya hidup, melainkan sebagai medium kedekatan emosional. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 11:56 WIB

Dimsum HVH Buatan Teh Iim, Sehatnya Bikin Nagih

Siapa sangka, keresahan seorang ibu yang ingin anak dan orang tuanya makan sayur bisa melahirkan brand kuliner sehat yang digemari banyak orang.
Teh Iim, Owner Dimsum HVH. (Foto: Rizma Riyandi)