Mengulik Muasal Bandros, Konon 'Makanan Kaum Miskin' Masa Penjajahan

Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom
Ditulis oleh Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom diterbitkan Jumat 11 Jul 2025, 09:35 WIB
Bandros, kudapan khas masyarakat Jawa Barat sejak zaman kolonial. (Sumber: Instagram | Foto: nitnotnit_alfi)

Bandros, kudapan khas masyarakat Jawa Barat sejak zaman kolonial. (Sumber: Instagram | Foto: nitnotnit_alfi)

Bandros di sini bukan merujuk pada nama bus wisata yang biasa digunakan pelancong untuk berkeliling kota bandung.

Justru penamaan akronim Bandung On Tour Bus ini terinspirasi dari nama makanan khas Jawa Barat yang dimasak dalam cetakan yang sama dengan pancong dan pukis tetapi memiliki bahan dasar dan sejarah yang berbeda.

Ada dua pendapat mengenai asal kata bandros. Pendapat pertama mengatakan bahwa bandros merupakan akronim dari "Bahan Rosebrand" karena kue bandros memang sering menggunakan tepung beras dari merek Rosebrand.

Namun jika dilihat dari garis waktunya pendapat ini kurang tepat, karena Bandros sudah dikenal sejak zaman kolonial, sedangkan merk dagang Rosebrand baru masuk ke pasar Indonesia sekitar tahun 1970-an.

Pendapat kedua menyatakan nama "Bandros" berasal dari bahasa Sunda yang berarti "dipukul" atau "ditumpuk", yang merujuk pada proses pembuatan kue ini.

Sejak zaman penjajahan belanda di Nusantara, makanan ini sudah eksis di Jawa Barat sebagai alternatif kudapan pagi (sarapan) akibat mahalnya beras dan tepung terigu yang pada saat itu hanya dapat dimiliki oleh para bangsawan dan masyarakat golongan kaya.

Hal ini memicu kreatifitas dari masyarakat kelas bawah yang memanfaatkan tepung beras dan tepung tapioka sebagai bahan dasar makanannya.

Bandros tidak dibuat dengan bahan-bahan yang rumit dan modern, hanya menggunakan tepung beras, tepung tapioka, kelapa parut, gula dan garam. Tentu tidak ada penggunaan tepung terigu apalagi baking powder pada resep awal bandros ini.

Bandros dipanggang diatas panggangan berbahan dasar tembaga menggunakan kayu bakar di bawahnya dan menggunakan sabut kelapa untuk pengoles minyaknya agar tidak lengket ketika dilakukan proses pemanggangan.

Umumnya cetakan ini berbentuk setengah lingkaran tidak sempurna, sama seperti Pukis dan Pancong, tetapi di beberapa tempat ditemui juga cetakan bandros yang berbentuk bulat pipih menyerupai serabi mini.

Bandros, kudapan khas masyarakat Jawa Barat. (Sumber: Wikimedia Commons/D.W. Fisher-Freberg)
Bandros, kudapan khas masyarakat Jawa Barat. (Sumber: Wikimedia Commons/D.W. Fisher-Freberg)

Berbeda dengan pancong dari betawi dan pukis dari Jawa Tengah yang memiliki rasa manis dan lembut, Bandros memiliki rasa asin dan gurih. Hal ini yang kini sudah tidak baku lagi, karena beberapa varian bandros modern juga ada yang memiliki rasa manis baik dalam adonannya maupun penggunaan topping gula, coklat dan lain-lain.

Penggunaan gula yang dominan dalam adonan dan banyaknya variasi topping manis pada bandros modern inilah yang menyebabkan kini pendefinisian bandros sering kali salah arti dan pada akhirnya disamakan dengan pukis dan pancong.

Bandros seharusnya memiliki tekstur yang keras di bagian luar ketika dalam kondisi panas ketika baru diangkat dari panggangan serta  lembut di bagian dalam dan bandros tidak mengembang.

Hal ini juga yang membedakan bandros dengan Pukis dan Pancong yang umumnya bertekstur lembut pada bagian luar maupun dalam serta mengembang.

Bandros dijual dengan cara berkeliling, menggunakan tanggungan  dan biasanya ada di tempat-tempat kerumunan massa, seperti alun-alun, pasar dan puskesmas.

Sampai hari ini di beberapa daerah, penjual bandros seringkali ditemukan di sekitar fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit dan Puskesmas. Bandros dianggap bisa menjadi penengah untuk masyarakat yang sakit dan tidak sanggup makan nasi, tetapi tidak suka makan bubur, bandros hadir sebagai alternatif.

Bandros yang benar-benar otentik dan sesuai dengan lidah masyarakat sunda sudah mulai jarang ditemui di beberapa daerah, khususnya kota-kota besar seperti Bandung.

Banyaknya varian bandros modern, menghilangkan identitas bandros sehingga seringkali disalah artikan bahwa bandros, pukis dan pancong adalah makanan serupa yang hanya berbeda penamaannya saja. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom
Pemerhati Budaya | Alumnus Universitas Padjadjaran
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 19 Okt 2025, 19:51 WIB

Bandung dan Gagalnya Imajinasi Kota Hijau

Menjadi kota hijau bukan sekadar soal taman dan sampah, tapi krisis cara berpikir dan budaya ekologis yang tak berakar.
Taman Film di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 18:34 WIB

Ketika Layar Mengaburkan Hati Nurani: Belajar dari Filsuf Hume di Era Society 5.0

Mengekpresikan bagaimana tantangan prinsip moral David Hume di tengah-tengah perkembangan tekonologi yang pesat.
Pengguna telepon pintar. (Sumber: Pexels/Gioele Gatto)
Ayo Jelajah 19 Okt 2025, 13:59 WIB

Hikayat Kasus Pembunuhan Grutterink, Landraad Bandung jadi Saksi Lunturnya Hegemoni Kolonial

Kisah tragis Karel Grutterink dan Nyai Anah di Bandung tahun 1922 mengguncang Hindia Belanda, mengungkap ketegangan kolonial dan awal kesadaran pribumi.
De Preanger-bode 24 Desember 1922
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 13:19 WIB

Si 'Ganteng Kalem' Itu Bernama Jonatan Christie

Jojo pun tak segan memuji lawannya yang tampil baik.
Jonatan Christie. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 12:15 WIB

Harapan Baru Prestasi Bulu Tangkis Indonesia

Kita percaya PBSI, bahwa pemain yang bisa masuk Cipayung memang layak dengan prestasi yang ditunjukan secara objektif.
Rahmat Hidayat dan Rian Ardianto. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 11:47 WIB

Bandung dan Tantangan Berkelanjutan

Dari 71 partisipan UI GreenCityMetric, hanya segelintir daerah yang dianggap berhasil menunjukan arah pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan.
Berperahu di sungai Citarum (Foto: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 11:00 WIB

Menyoal Gagalnya Bandung Raya dalam Indeks Kota Hijau

Dalam dua dekade terakhir, kawasan metropolitan Bandung Raya tumbuh dengan kecepatan yang tidak diimbangi oleh kendali tata ruang yang kuat.
Sampah masih menjadi salah satu masalah besar di Kawasan Bandung Raya. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Mildan Abdallah)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 08:41 WIB

Bandung, Pandawara, dan Kesadaran Masyarakat yang Harus Bersinergi

Untuk Bandung yang maju dan berkelanjutan perlu peran bersama untuk bersinergi melakukan perubahan.
Aksi Pembersihan salah satu sungai oleh Pandawara Group (Sumber: Instagram | Pandawaragroup)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 19:38 WIB

Antrean iPhone 17 di Bandung: Tren Gaya Hidup atau Tekanan Sosial?

Peluncuran iPhone 17 di Indonesia kembali memunculkan fenomena sosial yang tak asing, yakni antrean panjang, euforia unboxing, dan dorongan untuk menjadi yang pertama.
Peluncuran iPhone 17 di Indonesia kembali memunculkan fenomena sosial yang tak asing, yakni antrean panjang, euforia unboxing, dan dorongan untuk menjadi yang pertama. (Foto: Dok. Blibli)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 18:47 WIB

Sportainment di Pusat Perbelanjaan Bandung, Strategi Baru Menarik Wisatawan dan Mendorong Ekonomi Kreatif

Pusat perbelanjaan kini bertransformasi menjadi ruang multifungsi yang menggabungkan belanja, rekreasi, dan olahraga dalam satu pengalaman terpadu.
Pusat perbelanjaan kini bertransformasi menjadi ruang multifungsi yang menggabungkan belanja, rekreasi, dan olahraga dalam satu pengalaman terpadu. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 17:31 WIB

Dapur Kolektif dan Semangat Komunal, Potret Kearifan Kuliner Ibu-Ibu Jawa Barat

Majalaya, sebuah kota industri di Jawa Barat, baru-baru ini menjadi panggung bagi kompetisi memasak yang melibatkan ibu-ibu PKK dari berbagai daerah di Bandung.
Majalaya, sebuah kota industri di Jawa Barat, baru-baru ini menjadi panggung bagi kompetisi memasak yang melibatkan ibu-ibu PKK dari berbagai daerah di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 20:21 WIB

'Bila Esok Ibu Tiada': Menangis karena Judul, Kecewa karena Alur

Ulasan film "Bila Esok Ibu Telah Tiada" (2024). Film yang minim kejutan, tapi menjadi pengingat yang berharga.
Poster film "Bila Esok Ibu Telah Tiada". (Sumber: Leo Pictures)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 19:36 WIB

Balakecrakan Menghidupkan Kembali Rasa dan Kebersamaan dalam Tradisi Makan Bersama

Balakecrakan, tradisi makan bersama yang dilakukan dengan cara lesehan, menyantap hidangan di atas daun pisang, dan berbagi tawa dalam satu hamparan rasa.
Balakecrakan, tradisi makan bersama yang dilakukan dengan cara lesehan, menyantap hidangan di atas daun pisang, dan berbagi tawa dalam satu hamparan rasa. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 18:10 WIB

Gen Z Mengubah Musik Menjadi Gerakan Digital yang Tak Terbendung

Gen Z tidak hanya menjadi konsumen musik, tetapi juga kurator, kreator, dan penggerak tren. Fenomena ini menandai pergeseran besar dalam cara musik diproduksi, didistribusikan, dan dinikmati.
Gen Z tidak hanya menjadi konsumen musik, tetapi juga kurator, kreator, dan penggerak tren. Fenomena ini menandai pergeseran besar dalam cara musik diproduksi, didistribusikan, dan dinikmati. (Sumber: Freepik)
Ayo Jelajah 17 Okt 2025, 17:36 WIB

Sejarah Panjang Hotel Preanger Bandung, Saksi Bisu Perubahan Zaman di Jatung Kota

Grand Hotel Preanger menjadi saksi sejarah kolonial, revolusi, hingga kemerdekaan di Bandung. Dari pesanggrahan kecil hingga ikon berusia seabad.
Hotel Preanger tahun 1930-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 17:15 WIB

Lengkong Bergerak dari Kampung Kreatif Menuju Destinasi Wisata Urban

Kecamatan Lengkong adalah ruang hidup yang terus bergerak, menyimpan potensi wisata dan bisnis yang menjanjikan, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan kreativitas warganya.
Kecamatan Lengkong adalah ruang hidup yang terus bergerak, menyimpan potensi wisata dan bisnis yang menjanjikan, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan kreativitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 16:33 WIB

Tunjangan Rumah Gagal Naik, Dana Reses DPR RI Justru Melambung Tinggi

Tunjangan rumah yang gagal dinaikkan ternyata hanya dilakukan untuk meredam kemarahan masyarakat tapi ujungnya tetap sama.
Gedung DPR RI. (Sumber: Unsplash/Dino Januarsa)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 16:04 WIB

Lagi! Otak-atik Ganda Putra, Pasangan Baru Rian Ardianto/Rahmat Hidayat Bikin BL Malaysia Marah

PBSI melalui coach Antonius memasangkan formula pasangan baru Rian Ardianto/Rahmat Hidayat.
Rahmat Hidayat dan Rian Ardianto. (Sumber: PBSI)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 15:38 WIB

Meneropong 7 Program Pendidikan yang Berdampak Positif

Pendidikan yang bermutu harus ditunjang dengan program-program yang berkualitas.
Anak sekolah di Indonesia. (Sumber: indonesia.go.id)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 15:13 WIB

Hantu Perempuan di Indonesia adalah Refleksi dari Diskriminasi

Sejauh ini sebagian perempuan masih hidup dengan penderitaan yang sama, luka yang sama, dan selalu mengulang diskriminasi yang sama.
Perempuan dihidupkan kembali dalam cerita tapi bukan sebagai pahlawan melainkan sebagai teror. (Sumber: Freepik)