Erupsi Freatik Tangkuban Parahu Bisa Terjadi Tanpa Peringatan, Mitigasi Jadi Kunci

Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Selasa 10 Jun 2025, 09:13 WIB
Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu pada 3 Junni 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)

Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu pada 3 Junni 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)

AYOBANDUNG.ID - Peningkatan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu pada awal Juni mencuri perhatian publik. Ingatan masyarakat kembali ke 2019, saat terjadi ledakan erupsi yang tiba-tiba dan tanpa tanda-tanda.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat bahwa sejak 1 Juni, gempa vulkanik jenis Low Frequency (LF) meningkat signifikan.

Pada 3 Juni tercatat 270 kali kejadian gempa LF, jauh lebih tinggi dibanding dua hari sebelumnya. Meskipun sehari setelahnya terjadi penurunan, aktivitas kegempaan tetap dinilai berada pada level yang perlu diwaspadai.

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa tren penurunan aktivitas gempa pada 4 dan 5 Juni bukan berarti situasi telah aman sepenuhnya. Status gunung memang masih berada pada Level I atau Normal, namun potensi erupsi freatik tetap nyata dan bisa terjadi kapan saja tanpa peringatan jelas.

Aktivitas Gunung Api Tangkuban Parahu pada Rabu 4 Juni 2025, terjadi 37 kali gempa hembusan dengan amplituda 1.5-9 mm berdurasi 30-42 detik. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Aktivitas Gunung Api Tangkuban Parahu pada Rabu 4 Juni 2025, terjadi 37 kali gempa hembusan dengan amplituda 1.5-9 mm berdurasi 30-42 detik. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)

Erupsi freatik adalah jenis letusan yang seringkali tidak diawali dengan tanda-tanda vulkanik mencolok seperti gempa besar. Inilah yang membuatnya sulit diprediksi.

Letusan ini terjadi akibat tekanan uap dari air tanah yang memanas karena interaksi dengan panas dari dalam bumi.

Menurut Kristiyanto, Penyelidik Bumi Ahli Utama di Badan Geologi, data deformasi menunjukkan adanya pola inflasi—yakni menggelembungnya tubuh gunung akibat tekanan dari bawah permukaan. Ini diamati melalui instrumen seperti EDM dan GNSS. Inflasi tersebut menjadi indikator bahwa akumulasi tekanan masih berlangsung.

Asap tipis hingga sedang juga terlihat keluar dari Kawah Ratu dan Kawah Ecoma. Aktivitas fumarola dan solfatara tetap dominan, menunjukkan sistem hidrotermal yang masih aktif di kedalaman. Meski pengukuran gas belum menunjukkan lonjakan signifikan, namun sifatnya fluktuatif dan memerlukan pengawasan ketat.

Pihak PVMBG juga terus membandingkan pola aktivitas saat ini dengan letusan freatik pada 2013 dan 2019. Dua peristiwa tersebut menjadi pelajaran penting bahwa letusan bisa saja terjadi tanpa didahului eskalasi gempa yang masif. Ini memperkuat alasan perlunya mitigasi dini yang menyentuh semua aspek.

Gambaran pola waktu letusan ini diperkuat oleh analisa seorang volkanolog dari ITB Dr. Mirzam Abdurrachman. Dia menyatakan gunung Tangkuban Perahu memiliki pola letusan sekitar setiap 10 tahun.

Letusan Gunung Tangkuban Parahu pada 26 Juli 2019. (Sumber: BNPB)
Letusan Gunung Tangkuban Parahu pada 26 Juli 2019. (Sumber: BNPB)

Berdasarkan catatan sejarah, letusan tercatat terjadi pada 1951, 1961, dan 1971. Namun, pola ini sempat berubah setelah 1971, di mana letusan yang seharusnya terjadi pada 1981 justru terjadi dua tahun lebih lambat, yaitu pada 1983. Setelah itu, pola nyaris kembali ke siklus dasawarsa, dengan letusan pada 1994 dan 2004.

Letusan besar terakhir terjadi pada 2004. Jika mengacu pada pola sebelumnya, seharusnya letusan kembali terjadi pada 2014. Namun, erupsi kecil yang terjadi pada 2013 kemungkinan telah meredam potensi letusan besar.

Aktivitas erupsi ringan terus berlanjut setiap tahun mulai 2015 hingga 2019.

Meski demikian, Mirzam menyampaikan kekhawatirannya karena akumulasi energi di dalam gunung bisa jadi belum sepenuhnya terlepas. Ia berharap rentetan erupsi kecil tersebut cukup untuk mengurangi tekanan dan mencegah letusan besar dalam waktu dekat.

Selain pola waktu letusan, kondisi geografis Tangkuban Parahu yang dipengaruhi oleh curah hujan tinggi juga menjadi faktor pemicu potensial. Air hujan yang meresap ke tubuh gunung, bila bersinggungan dengan panas magma, dapat menciptakan uap bertekanan tinggi—bahan bakar utama erupsi freatik.

Abu vulkanik dari Gunung Tangkuban Parahu menutupi kendaraan pada letusan 26 Juli 2019. (Sumber: BNPB)
Abu vulkanik dari Gunung Tangkuban Parahu menutupi kendaraan pada letusan 26 Juli 2019. (Sumber: BNPB)

Mitigasi Adalah Kunci

T. Bachtiar dari Masyarakat Geografi Nasional Indonesia menjelaskan bahwa tekanan uap yang tidak tersalurkan secara alami akan mencari jalan keluarnya sendiri, yang bisa berupa letusan mendadak. Karena itu, kesiapsiagaan harus melibatkan seluruh komponen—pemerintah, masyarakat, hingga sektor wisata.

Menurut Bachtiar, langkah paling mendesak adalah edukasi publik.

Masyarakat sekitar Tangkuban Parahu perlu mendapat penjelasan praktis mengenai apa yang harus dilakukan saat terjadi erupsi. Informasi harus disampaikan dalam bahasa yang mudah dimengerti, bukan sekadar jargon teknis.

Selain edukasi, pemerintah daerah harus mulai memetakan dan menyiapkan titik-titik evakuasi aman. Lokasi ini harus dilengkapi fasilitas dasar, mulai dari logistik, air bersih, hingga dukungan medis. Ini bukan soal membuang anggaran, tapi investasi jangka panjang dalam manajemen bencana.

Satu hal yang kerap terlupakan adalah aspek ekonomi masyarakat sekitar. Banyak warga menggantungkan hidup dari sektor wisata, pertanian, dan peternakan di kawasan kaki gunung. Jika terjadi erupsi, penutupan zona wisata dan pengungsian akan berdampak langsung pada pendapatan mereka.

Wisatawan menikmati pemandangan Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu pada 7 Jini 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Wisatawan menikmati pemandangan Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu pada 7 Jini 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)

Bachtiar mengusulkan pembangunan kandang komunal di sekitar lokasi evakuasi. Ini penting untuk menampung hewan ternak milik warga agar mereka tidak kembali ke zona berbahaya hanya demi memeriksa hewan peliharaan.

“Kita harus cegah aksi nekat yang bisa berujung fatal,” tegasnya.

Imbauan untuk tidak turun ke dasar kawah sudah dikeluarkan oleh otoritas. Aktivitas wisata di area tersebut harus dibatasi, dan pengelola wajib berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api di Desa Cikole. Risiko yang muncul dari ketidaktahuan bisa jauh lebih berbahaya dibanding erupsi itu sendiri.

Langkah mitigasi tidak bisa berhenti pada alat pemantau dan laporan teknis semata. Diperlukan sinergi lintas sektor dan pendekatan yang lebih inklusif agar upaya kesiapsiagaan terasa relevan dan dapat diakses semua lapisan masyarakat.

PVMBG dan Badan Geologi sendiri memastikan bahwa pengawasan akan terus dilakukan secara intensif. Namun, tanpa partisipasi aktif masyarakat dan kesiapan daerah, sistem peringatan dini bisa tidak berarti apa-apa saat krisis benar-benar datang. (*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 17 Sep 2025, 20:02 WIB

Elipsis ... Cara Pakai Tiga Titik sebagai Tanda Baca

Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 18:14 WIB

Sejarah Julukan Garut Swiss van Java, Benarkah dari Charlie Chaplin?

Dari Charlie Chaplin sampai fotografer Thilly Weissenborn, banyak dituding pencetus Swiss van Java. Tapi siapa yang sebenarnya?
Foto Cipanas Garut dengan view Gunung Guntur yang diambil Thilly Weissenborn. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 18:12 WIB

Jejak Rasa Kota Kembang: Menyelami Sejarah dan Tantangan Kuliner Legendaris Bandung

Bicara Bandung bukan hanya udara sejuk dan panorama pegunungan yang memikat, tapi juga salah satu pusat kreativitas dunia kuliner yang tumbuh subur.
Setiap jajanan legendaris Bandung menyimpan jejak sejarah, budaya, dan perjuangan para pelaku UMKM. (Sumber: Instagram @batagor_riri)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 12:35 WIB

Sendal Perempuan yang Tak Boleh Hanya Nyaman Dipakai

Sandal perempuan berfungsi sebagai alas kaki yang melindungi telapak dari panas, kotoran, maupun permukaan yang keras ketika beraktivitas. Namun sandal juga memberikan kenyamanan karena umumnya ringan
Ilustrasi Foto Sandal Perempuan. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 10:33 WIB

Surga Buku Jadul di Tengah Kota Bandung

Bagi pencinta buku lama dan koleksi majalah impor, Kota Bandung punya destinasi yang layak dikunjungi, Toko Buku Redjo. Toko ini berlokasi di Jalan Cipunagara Nomor 43, kawasan Cihapit, Bandung
Toko Buku Redjo. (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 09:37 WIB

Studio Rosid, Tempat Paling Nyaman untuk Menikmati Karya Seni

Di tengah ramainya kehidupan perkotaan, terdapat sebuah ruang seni yang menawarkan atmosfer berbeda. Studio Rosid, yang berdiri sejak 2003 di Jalan Cigadung Raya Tengah No. 40, Kecamatan Cibeunying.
Galeri Seni Studio Rosid. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 06:09 WIB

Apakah Mentalitas 'Modal Janji' Berakar dari Masyarakat ?

Janji manis yang sering kali tidak ditepati membuat seseorang bisa kehilangan mempercayai semua pihak.
Janji manis seseorang yang tidak ditepati sungguh mencederai kepercayaan orang lain. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 18:51 WIB

Bandung Bukan Milik Segelintir: BBFT dan Perjuangan Ruang yang Setara

Mereka ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan.
BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 18:31 WIB

Huruf Kapital Tak Boleh Diabaikan, tapi Kapan Jangan Digunakan?

Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat.
Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat. (Sumber: Pexels/Brett Jordan)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 17:33 WIB

Sejarah Gempa Besar Cianjur 1879 yang Guncang Kota Kolonial

Catatan sejarah Belanda ungkap 1.621 rumah hancur, dari penjara hingga gudang garam, akibat guncangan berhari-hari.
Dokumentasi kerusakan gempa Cianjur 1879. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 16:48 WIB

Reggae Menggema dari Lereng Bandung, Jejak The Paps dan Generasi Musik Bebas

Dari gang-gang kecil tempat anak muda berkumpul, hingga panggung-panggung komunitas yang tak pernah sepi, Bandung jadi rumah bagi banyak eksperimen musikal yang berani.
The Paps, band reggae asal Bandung yang tak hanya memainkan musik, tapi juga merayakan kebebasan dalam berkarya. (Sumber: dok. The Paps)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 16:10 WIB

Upaya Menyukseskan Program Revitalisasi Sekolah

Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi.
Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi. (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 15:37 WIB

Menyulam Asa di Dapur UMKM: Tiga Kisah Perjuangan, Inovasi, dan Harapan

Tiga sosok tangguh dari Bandung ini membuktikan bisnis kecil bisa punya dampak besar asal dijalani dengan tekad, inovasi, dan dukungan publik yang berkelanjutan.
Produk brownies bites yang gluten free, dairy free, dan low sugar dari Battenberg3. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 15:00 WIB

Kasian, Kota Bandung Tak Punya Gedung Festival Film

Ya, Bandung kota seni yang tak Nyeni. Seperti gadis cantik yang belum mandi.
Kota Bandung tak punya Gedung Festival Film. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 14:15 WIB

Sejarah DAMRI, Bus Jagoan Warga Bandung

Sejak 1960-an, DAMRI mewarnai jalanan Bandung. Dari trial and error, berkembang jadi transportasi publik penting, kini hadir dengan armada bus listrik.
Bus DAMRI jadul di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)