Longsor Wangunsari Lembang Terjang Pemukiman Warga saat Dini Hari

Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Minggu 18 Mei 2025, 14:18 WIB
Longsor Wangunsari, Lembang, bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

Longsor Wangunsari, Lembang, bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

AYOBANDUNG.ID - Langit belum memutih saat bumi di Kampung Areng, Desa Wangunsari, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mulai bergerak. Hujan deras yang mengguyur sejak malam sebelumnya akhirnya memicu longsor dahsyat, tepat pukul 04.20 WIB, Jumat, 16 Mei 2025.

Suara gemuruh mengguncang permukiman warga yang masih terlelap. Tanpa peringatan, tebing setinggi 30 meter longsor, menyeret tanah dan pepohonan, menghantam rumah-rumah yang berdiri di bawahnya.

“Curah hujan intensitas tinggi menyebabkan tebing setinggi kurang lebih 30 meter dengan lebar 50 meter longsor,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Barat, Meidi, saat dikonfirmasi.

Sebagai akibat kejadian tersebut, tiga rumah rusak berat, satu rusak sedang, dan satu lainnya rusak ringan. Sebanyak 21 unit rumah masuk dalam zona bahaya dan lima rumah yang berada di atas tebing juga terancam longsor susulan. Total, 31 kepala keluarga dengan jumlah 104 jiwa terpaksa mengungsi.

Di antara mereka terdapat lima lansia, 26 anak-anak, dan tiga balita. Dua orang warga dilaporkan mengalami luka ringan akibat tertimpa reruntuhan. Saat ini, seluruh pengungsi ditampung sementara di masjid dan tenda darurat di sekitarnya. Material longsor yang menutup jalan membuat proses evakuasi dan pembersihan menjadi terhambat.

“Saya Panik, Enggak Bisa Keluar”

Salah satu korban yang terdampak langsung adalah Ratnasingsih, warga RT 01/11, yang pada saat kejadian sedang berada di dapur rumahnya. Masih lekat dalam ingatannya, aroma tanah basah yang tiba-tiba menyusup di antara hujan. Tak lama kemudian, suara gemuruh terdengar begitu dekat.

“Saya cuma sempat menoleh, terus langsung gelap... lumpur di mana-mana. Saya panik, enggak bisa keluar,” kenangnya, masih terguncang.

Tanah longsor menutup pintu dapurnya, memerangkapnya dalam gelap. Berteriak sekuat tenaga, ia memanggil tetangga sekitar. Beberapa orang yang mendengar teriakan itu bergegas membantu, mendobrak jendela dapur, dan menarik Ratnasingsih keluar.

Tapi kepanikan Ratna belum selesai. Dua anak perempuannya masih berada di kamar: Iin Nuraeni (21) dan Elva Rivani (12). Iin sempat berusaha menyelamatkan adiknya, namun dirinya justru tertimbun tanah hingga setengah badan. Ayahnya, Ada (50), bersama warga lain, menggali tanah dengan tangan kosong.

“Saya cuma mikir, asal adik saya selamat, saya enggak apa-apa,” ujar Iin lirih, menahan sakit akibat luka lebam di tangan dan kakinya.

Butuh waktu lebih dari satu jam hingga Iin berhasil dievakuasi. Beruntung, keduanya selamat dan hanya mengalami luka ringan. Mereka langsung dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.

Kisah Ratnasingsih dan keluarganya adalah satu dari puluhan cerita warga Wangunsari yang pagi itu harus berhadapan dengan bencana alam. Bencana yang tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga mengguncang rasa aman dan kepastian hidup.

Dari keterangan Kepala Desa Wangunsari, Diki Rohandi, dua warga sempat tertimbun material longsor saat menyelamatkan diri: Iin Nuraeni dan Hada Mardiana (49). Keduanya sempat terjebak reruntuhan bangunan saat sedang menonton televisi. Namun berhasil dievakuasi dan dinyatakan hanya mengalami luka ringan.

“Cuma luka ringan, setelah diobservasi dokter langsung bisa pulang lagi,” terang Diki.

Warga Diungsikan, Tunggu Kepastian

Seluruh warga yang terdampak saat ini diungsikan ke masjid setempat dan sejumlah tenda yang didirikan di halamannya. Ketua RW 11, Nandang, menyebut kondisi pengungsian cukup memprihatinkan. Ruangan sempit, alas tidur terbatas, serta minimnya pasokan makanan bayi dan obat-obatan menjadi persoalan harian.

“Semuanya diungsikan ke masjid pakai tenda. Karena tanahnya labil, khawatir longsor susulan. Total ada 31 KK yang mengungsi, kalau rumah ada 21 unit,” katanya.

Warga mengungsi di masjid. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

Dia juga menyampaikan harapan warga agar ada kepastian relokasi dari pemerintah. Pasalnya, lokasi rumah mereka dinilai sudah tidak aman untuk kembali ditinggali. Struktur tanah yang curam dan labil membuat risiko longsor susulan masih sangat tinggi.

“Kemungkinan rumah-rumah ini harus direlokasi karena udah gak aman. Lokasi ini terlalu curam dan labil,” katanya.

Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, mengatakan bahwa saat ini prioritas pemerintah adalah mengamankan warga dari bahaya lanjutan. Ia juga berjanji akan menyediakan tempat pengungsian yang lebih layak.

“Kondisinya memang berdesakan, yang penting semua aman dulu. Nanti kita siapkan tempat pengungsian yang lebih layak. Tidak ada korban jiwa, hanya seorang warga luka ringan karena tertimpa bangunan,” ungkap Jeje saat meninjau lokasi.

Ia menambahkan bahwa kondisi geologi wilayah Wangunsari memang berisiko tinggi. Hujan deras yang mengguyur beberapa hari terakhir memperparah situasi. "Kalau dilihat, ini karena kondisi tanah tempat rumah berdiri sangat labil. Ditambah curah hujan yang tinggi, kita minta masyarakat tidak mendekat dulu karena potensi longsor susulan," ujarnya.

Kini, warga Wangunsari bertahan dalam kondisi darurat. Namun yang mereka butuhkan lebih dari sekadar bantuan logistik. Mereka menanti kepastian: apakah bisa kembali ke rumah, atau harus memulai hidup di tempat baru. Bagi mereka, rasa aman tidak lagi bisa dibeli dengan dinding dan atap, tetapi dengan kejelasan dan kepastian dari negara.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 03 Nov 2025, 16:56 WIB

Fesyen Sunda dan Anak Muda Bandung: Warisan atau Wawasan yang Tergerus?

Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan.
[ilustrasi]Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 15:41 WIB

Bandung dan Krisis Nurani Ekologis

Pemerintah kota Bandung tampak lebih sibuk memoles citra daripada memelihara kehidupan.
Sungai Cikapundung Kampung Cibarani Kota Bandung (Foto: Dokumen River Clean up)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 14:56 WIB

Milenial dan Generasi Z Tak Lagi Beli Barang, Mereka Beli Nilai

Di tangan generasi milenial dan Gen Z, konsep Keberlanjutan menjelma menjadi gaya hidup yang menuntut transparansi, nilai, dan tanggung jawab sosial.
Produk upcycle, yang mengolah limbah menjadi barang bernilai, kini menjadi simbol perubahan yang digerakkan oleh kesadaran kolektif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:46 WIB

‘Galgah’, Antonim Baru dari ‘Haus’ yang Resmi Masuk KBBI

Kata baru “galgah” sedang jadi sorotan warganet!
Kata "galgah" menunjukkan seseorang sudah tidak lagi haus. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:10 WIB

Cahaya di Tengah Luka: Ketulusan Ibu Timothy Anugerah yang Mengampuni dan Merangkul

Kehilangan seorang anak adalah duka yang tak terbayangkan. Namun, Ibu dari almarhum Timothy Anugerah memilih jalan yang tak biasa.
Ketulusan hati ibu Timothy Anugerah (Sumber: https://share.google/StTZP2teeh7VKZtTl)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 13:15 WIB

Diskusi Buku 'Berani Tidak Disukai' bersama Salman Reading Corner

Membaca adalah cara kita untuk menyelami pemikiran orang lain. Sementara berdiskusi adalah cara kita mengetahui berbagai macam perspektif.
Diskusi Buku Bersama Salman Reading Corner, Sabtu, 01 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 11:32 WIB

Menyalakan Kembali Lentera Peradaban

Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah.
Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 10:01 WIB

Perutku, Makanan, dan Rasa Lapar yang Sia-sia

Perut adalah salah satu inti kehidupan manusia. Dari sanalah segalanya bermula, dan juga sering berakhir.
Para pengungsi. (Sumber: Pexels/Ahmed akacha)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 08:12 WIB

Mati Kelaparan di Negeri para Bedebah

Membunuh memang tidak selamanya melukai tubuh seseorang dengan senjata.
Ilustrasi Meninggal karena kelaparan (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 20:37 WIB

Mengapa Tidur Cukup Sangat Penting? Begini Cara Mencapainya

Sering begadang? Hati-hati, kurang tidur bisa merusak kesehatan tubuh dan pikiranmu!
Ilustrasi tidur. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 17:53 WIB

Inspirasi Sosok yang Teguh Mengabdi di Cipadung Wetan

Sosok lurah di Cipadung Wetan yang memiliki dedikasi tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Lurah Cipadung Wetan, Bapak Tarsujono S. Sos, M,. M,. (Sumber: Mila Aulia / dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 15:14 WIB

Peran Orang Tua di Tengah Tantangan Pendidikan Modern

Perkembangan teknologi dan perubahan gaya belajar membuat pendidikan modern tidak lagi sama seperti dulu.
Orang tua dan anaknya. (Sumber: Pexels/Lgh_9)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 14:01 WIB

Ketika Kampus Tak Lagi Aman: Belajar dari Kasus Timothy Anugerah di Universitas Udayana

Kasus meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana, membuka mata kita tentang bahaya perundungan di lingkungan kampus.
Korban perundungan, Timothy Anugerah. (Tiktok/apaajaboleh2012)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 12:29 WIB

Bermain dengan Sabar, Reza Gebuk 2 Ganda Malaysia, BL Negeri Jiran Marah!

Ini adalah kemenangan ketiga Sabar/Reza dari pasangan Malaysia itu dalam empat pertemuan.
Sabar Karyaman Gutama dan Mohammad Reza Pahlevi Isfahani. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Jelajah 02 Nov 2025, 11:00 WIB

Hikayat Kasus Penganiayaan Brutal IPDN Jatinangor, Tumbangnya Raga Praja di Tangan Senior Jahanam

Tradisi koreksi berubah jadi ritual kekerasan mematikan. Kasus Cliff Muntu membongkar budaya militeristik yang mengakar di IPDN.
Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, mengikuti Upacara Penutupan Praktik Lapangan I di Lapang Upakarti Soreang, Selasa (13/8/2019). (Sumber: Humas Pemkab Bandung)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 10:05 WIB

Tempat Nongkrong Favorit Mahasiswa Bandung dengan Konsep Otomotif Unik

Ice Cream Service Autoshop & Dine menghadirkan pengalaman kuliner unik di Bandung dengan konsep otomotif yang menarik perhatian.
Ice Cream Service Autoshop & Dine (Foto: Ramzy Ahmad)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 07:30 WIB

Tips Aman Berselancar Internet: Hindari Jebakan Phishing dan Penipuan Online

Waspadai jebakan di dunia maya! Temukan cara mengenali tautan palsu, pesan penipuan, dan trik phishing yang sering menjerat.
Waspada terhadap phishing dan penipuan online. (Sumber: Pexels/Markus Winkle)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 05:42 WIB

Menggenggam Asa Hafalan, Sang Penghidup Tradisi Tahfiz MTs Kifayatul Achyar

Kisah inspiratif Sholihin, pembina tahfiz yang berhasil menghidupkan kembali program hafalan para siswa di MTs Kifayatul Achyar.
Sosok Sholihin yang giat membina tahfiz siswa/i MTs Kifayatul Achyar (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 15:18 WIB

Transformasi Pusat Perbelanjaan Bandung, Menjawab Tantangan Ritel dengan Inovasi dan Koneksi Sosial

Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal.
Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 14:22 WIB

Membentuk Karakter Gen Z di Era Digital: Antara Teknologi, Kreativitas, dan Tantangan Edukasi

Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian.
Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)