Cerita Perjalanan Kopi Palintang, Penakluk Dunia dari Lereng Bandung Timur

Bob Yanuar Mildan Abdalloh
Ditulis oleh Bob Yanuar , Mildan Abdalloh diterbitkan Senin 07 Jul 2025, 17:58 WIB
Enih sedang menjajakan kopi palintang di kaki Gunung Manglayang. (Sumber: Ay | Foto: Mildan Abdalloh)

Enih sedang menjajakan kopi palintang di kaki Gunung Manglayang. (Sumber: Ay | Foto: Mildan Abdalloh)

AYOBANDUNG.ID - Di lereng Gunung Manglayang yang berselimut kabut dan aroma tanah basah, terdapat satu kampung bernama Palintang. Kampung ini bukan penghasil emas atau batu mulia, tapi dari tanahnya tumbuh sesuatu yang aromanya bisa mengingatkan orang akan pagi hari: kopi. Bukan sembarang kopi. Kopi Palintang, jenis arabika yang ditanam di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, sudah menembus pasar dunia. Bukan lewat jalur industri besar, tapi melalui tangan-tangan warga yang tekun mengolahnya, secangkir demi secangkir.

Warung Enih adalah salah satu tempat kopi ini diperkenalkan kepada pendatang. Letaknya tak jauh dari ujung jalan beton yang menanjak dan berliku. Di sana, pengunjung disambut seorang nenek berusia lebih dari 50 tahun, wajahnya hangat, logat Sundanya kental. Ia menyambut tamu dengan pertanyaan sederhana tapi penuh makna: “Mau kopi saset atau kopi asli?”

Kopi asli yang dimaksud Enih tentu saja Kopi Palintang, racikan kampungnya sendiri. Ia memaparkan jenis pengolahannya dengan percaya diri: honey, natural, dan full wash. “Semuanya premium, tinggal pilih. Roasting-nya ada yang medium, ada dark,” katanya sambil tersenyum.

Pengetahuan Enih soal kopi tak kalah dari barista di kafe ibu kota. Natural adalah kopi yang dijemur bersama kulitnya. Honey dijemur tanpa dicuci, sementara full wash dicuci bersih sebelum dijemur. "Rasanya beda-beda, tergantung proses," ucapnya. Cara seduhnya juga unik. Dengan takaran ‘kira-kira’ satu sendok teh penuh, Enih menyeduh kopi dengan gaya kampung tapi beraroma internasional.

Tapi, apa yang membuat kopi ini beda? Jawabannya adalah tegakan—tanaman peneduh yang tumbuh bersama kopi. Di Palintang, ada tiga: nangka, alpukat, dan pisang. Kombinasi ini memberi karakter rasa yang khas. “Ini yang bikin kopi Palintang bisa tembus ke Jepang, Swedia, Malaysia,” tutur Enih bangga.

Tak banyak yang tahu bahwa kopi Palintang pernah jadi juara dua dalam lomba kopi nasional tahun 2015. Saat itu, kopi Puntang di posisi pertama. Tapi Palintang tak kalah harum.

Baca Juga: Dari Bandung Kopi Purnama, Ke Hindia Ku Berkelana

Sejarah Kopi Palintang tak lepas dari seorang tokoh luar kampung: Rani. Nama lengkapnya Aulia Asmarani, mahasiswa salah satu kampus Bandung asal Tegal yang pada 2005 mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Palintang. Ia tinggal di rumah Enih, dan dari situlah melihat potensi besar kopi yang selama ini hanya dijual mentah ke bandar.

Rani mengusulkan kepada Perhutani agar warga bisa mengelola hutan secara kolektif. Setahun kemudian, program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) disetujui. Namun hasil panen tetap dijual murah, dan masyarakat belum tahu cara mengolah kopi menjadi produk bernilai tinggi.

Hingga pada 2014, Rani kembali ke Palintang. Kali ini ia datang bersama suaminya yang mengenal seorang ahli kopi dari Jakarta. Mereka membawa sampel kopi ke ibu kota, dan tak lama kemudian, seorang pria datang ke Palintang mengajarkan sortir, penyimpanan, hingga cara seduh yang sesuai standar premium. Ia juga menjelaskan pentingnya waktu panen: kopi premium harus diolah dalam waktu maksimal delapan jam setelah dipetik. Jika lebih dari itu, kualitasnya jatuh.

Pelajaran itu cepat diserap warga. Salah satu yang paling serius menekuni proses ini adalah Maman Suherman, petani kopi yang juga tinggal di kampung tersebut. Sebelum 2014, Maman hanya menjual biji mentah ke tengkulak. Dari lahan seluas dua hektare, ia hanya mendapat dua juta rupiah. Harga saat itu sekitar Rp2.500 hingga Rp3.000 per kilogram.

Karena merasa tertantang, Maman mulai belajar. Ia mulai mengolah biji kopi sendiri. Tak mudah memang. Modalnya berasal dari pinjaman bank. Bantuan pemerintah? Hampir tak ada. Tapi tekad Maman tak surut.

Pada 2015, kopi yang diolah Maman ikut serta dalam lomba dan kembali mendapat posisi kedua. Setelah itu, ia mulai mengemas sendiri produknya, memperkenalkan konsep Micro Lot. Artinya, kopi diolah langsung oleh petani dari lahan kecil dengan perhatian ekstra. Proses panen, sortir, dan pengolahan dilakukan dengan presisi.

Maman Suherman, pria berusia 61 tahun ini menjadi salah satu petani sekaligus pengolah kopi Palintang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Maman Suherman, pria berusia 61 tahun ini menjadi salah satu petani sekaligus pengolah kopi Palintang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Muslim Yanuar Putra)

Kini, Maman mengolah kopi dengan empat varian proses: natural, honey, full wash, dan wine. Proses terakhir adalah yang paling unik, karena biji kopi disimpan dalam plastik kedap udara selama 35 hari sebelum dijemur. Hasilnya? Rasa kopi yang menyerupai anggur dan sangat halus di lidah.

Pemasarannya pun makin luas. Selain dijual ke berbagai kota seperti Bogor, Subang, dan Sukabumi, kopi hasil olahan Maman pernah dibeli turis asing. “Pernah ada bule datang langsung ke rumah. Katanya mau beli kopi buat oleh-oleh pulang ke negaranya. Saya lupa dari mana, he he,” ujar Maman sambil tertawa kecil.

Kini, Maman mulai masuk ke pasar online dan marketplace. Ia berharap, ke depan, Kopi Palintang tak hanya dikenal di komunitas pecinta kopi, tapi juga menjadi simbol perjuangan petani kecil dalam membangun ekonomi lokal tanpa bergantung pada tengkulak.

Baca Juga: Benjang dari Ujungberung, Jejak Gulat Sakral di Tanah Sunda

“Saya ingin nama Palintang dikenal sebagai penghasil kopi premium,” katanya mantap.

Di tengah wangi tanah basah dan kabut tipis yang turun pelan, Kopi Palintang terus diseduh dan dinikmati. Dari gubuk-gubuk bambu hingga meja-meja kafe di Stockholm dan Tokyo, jejaknya meninggalkan rasa dan cerita. Palintang memang kecil, tapi aromanya bisa menempuh jarak jauh tanpa harus bersandar pada pabrik besar, cukup dari tangan-tangan petani dan semangat yang tak gampang lelah.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 11 Okt 2025, 15:05 WIB

Ketika Mendaki Menjadi Gerakan Ekonomi dan Pelestarian: Menyatukan Langkah Menuju Pariwisata yang Berkelanjutan

Di balik geliat pariwisata, muncul tantangan besar, bagaimana menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi lokal secara berkelanjutan?
Digagas oleh Mahameru, Inisiatif seperti Hiking Fest 2025 menjadi ilustrasi bagaimana kegiatan wisata bisa dirancang untuk membawa dampak positif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 13:45 WIB

Jejak Panjang Perjalanan Bisnis Opey: Membangun Dua Brand Lokal Ikonik Skaters dan Mahameru

Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru.
Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 19:28 WIB

Program Makan Bergizi Gratis dan Ujian Tata Kelola Birokrasi

Insiden keracunan massal pelajar di Jawa Barat mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan bergizi gratis.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Sumber: setneg.go.id)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 18:38 WIB

Bandung dalam Fiksi Sejarah

Boleh saja apabila tulisan ini diterima dengan rasa skeptis atau curiga. Karena pandangan dan pembacaan saya sangat mungkin terhalang bias selera.
Buku Melukis Jalan Astana. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 16:04 WIB

Mengamankan Momentum Akselerasi Manajemen Talenta ASN

Momentum akselerasi manajemen talenta ASN menjadi tonggak penting transformasi birokrasi Indonesia.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai roda penggerak jalannya pemerintahan diharuskan untuk memiliki kompetensi dan kinerja yang optimal. (Sumber: babelprov.go.id)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:56 WIB

Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:36 WIB

Membongkar Potensi Energi Terbarukan di Jawa Barat: Antara Regulasi dan Kesadaran Sosial

Dengan lanskap bergunung-gunung, aliran sungai yang deras, dan sumber daya biomassa melimpah, Jawa Barat memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam kemandirian energi bersih.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri Mengupas potensi Jawa Barat sebagai provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan.
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:21 WIB

Setahun Pemerintahan Baru: Mampukah Indonesia Mandiri Energi?

Setahun setelah pemerintahan baru berjalan, isu kemandirian energi nasional kembali menjadi sorotan.
Diskusi bertajuk “Setahun Pemerintahan Baru, Bagaimana Kemandirian Energi Nasional?” yang diselenggarakan oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) di Bandung, Jumat (10/10/2025). (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 14:51 WIB

Islam Pemerintah: Menggeliat Berpotensi Mencederai Keragaman Umat

Inilah Islam Pemerintah selalu menjadi bahasa pengakuan tentang simbol muslim “sah” yang tidak radikal-teroris, tapi juga tidak liberal.
Berbagai Pakaian Muslimah, Pakaian Warga yang Jadi Penumpang Angkot (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 13:45 WIB

Stop Membandingkan karena Setiap Anak Punya Keunikan

Film Taare Zameen Par menjadi kritikan pedas bagi dunia pendidikan dan guru yang sering mengistimewakan dan memprioritaskan anak tertentu.
Setiap anak itu istimewa dan memiliki bakat unik (Sumber: Wikipedia)
Ayo Jelajah 10 Okt 2025, 11:44 WIB

Jejak Pembunuhan Sadis Sisca Yofie, Tragedi Brutal yang Gegerkan Bandung

Kasus pembunuhan Sisca Yofie pada 2013 mengguncang publik karena kekejamannya. Dua pelaku menyeret dan membacok korban hingga tewas di Bandung.
Ilustrasi. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 11:30 WIB

Sapoe Sarebu ala Dedi Mulyadi, Gotong-royong atau Kebijakan Publik yang Perlu Pengawasan?

Gerakan Sapoe Sarebu mengajak warga menyisihkan seribu rupiah sehari untuk membantu sesama.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 10:12 WIB

Jamet Tetaplah Menyala!

Lebay, tapi manusiawi. Eksplorasi dunia rakyat pinggiran sebagai ekspresi identitas dan kreativitas.
Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 09:26 WIB

Buku dan Segala Kebermanfaatannya

Membaca adalah jendela dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya.
Membaca adalah Jendela Dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya. Dan Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu rendah dalam peradaban. Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)
Beranda 10 Okt 2025, 08:17 WIB

Gerakan Warga Kota Bandung Mengubah Kebiasaan Buang Jelantah Sembarangan

Minyak yang telah berubah warna menjadi pekat itu dikenal sebagai jelantah. Banyak orang membuangnya begitu saja, tanpa menyadari dampaknya bagi tanah dan air.
Warga membuang minyak goreng bekas atau jelantah ke dalam tabung UCOllet di Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Buahbatu, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 18:55 WIB

Menjaga Napas Bisnis Wisata Alam Lewat Inovasi dan Strategi Berkelanjutan

Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi.
Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 18:31 WIB

Belajar dari Nurhayati & Subakat, Bisnis bukan Tentang Viral tapi Sustainable

Bisnis bukan sekedar viral. Apalagi jika tidak memedulikan aspek keamanan pada konsumen demi kapitalisme semata.
Belajar Bisnis dari Nurhayati & Subakat (Sumber: Screenshoot | Youtube Wardah)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 17:19 WIB

UMKM Bangkit, Ekonomi Bergerak: Festival sebagai Motor Perubahan

Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif.
Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 09 Okt 2025, 17:18 WIB

Jejak Sejarah Cimahi jadi Pusat Tentara Hindia Belanda Sejak 1896

Cimahi dikenal sebagai kota tentara sejak masa kolonial Belanda. Sejak 1896, kota ini jadi pusat militer Hindia Belanda yang strategis.
Garinsun KNIL di Cimahi tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 15:50 WIB

Betulkah Gunung Sunda Terlihat dari Pesisir Koromandel India?

Tentang Gunung Sunda yang ditutupi salju abadi dan terlihat dari Koromandel, India. Apa iya? 
Keadaan ronabumi seperti inilah yang dilihat oleh masyarakat, bukan Gunung Sunda yang menjulang  tinggi. (Sumber: Istimewa)