Bimbo Tak Sekadar Grup Musik, tapi Ikon dari Kota Bandung

Dudung Ridwan
Ditulis oleh Dudung Ridwan diterbitkan Rabu 03 Sep 2025, 17:00 WIB
Trio Bimbo dan Iin Parlina. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Aktuil Magazine)

Trio Bimbo dan Iin Parlina. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Aktuil Magazine)

KEPERGIAN Kang Acil Bimbo di RS Hasan Sadikin Bandung, Senin, 1 September 2025 pukul 22.50 WIB ditangisi begitu banyak orang, mulai dari musisi, pejabat, masyarakat biasa, dan aktivis. Kota Bandung yang tak bisa menolak rentetan gelombang “demonstrasi bubarkan DPR” seolah jeda sebentar.

Grup-grup wa yang biasa dipenuhi berita menyesakkan dada—demonstrasi, ijazah palsu, korupsi, dll—seolah mempersilakan kepada “sang kabar duka” untuk tampil. Ya, kabar duka dari kepergian musisi flamboyan bersuara bariton Kang Acil Bimbo alias Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah. Innalillahi wa Innailaihi rojiun.

Kang Acil mengembuskan napas terakhirnya pada usia 82 tahun. Ia lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943. Ia merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Raden Dajat Hadjakusumah dan Uken Kenran. Ayahnya adalah seorang wartawan--pernah menjabat sebagai Kepala Biro Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Biro Jawa Barat.

Acil Bimbo merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran tahun 1974 yang kemudian melanjutkan pendidikan kenotariatan di Universitas Padjadjaran pada 1994. Ia menikah dengan Ernawati dan dianugerahi 4 orang anak dan beberapa cucu

Tak heran kalau kepergiannya ditangisi begitu banyak orang. Sebab, selain sebagai penyanyi, Kang Acil juga aktivis kesundaan dan lingkungan.

Dalam sebuah diskusi, Kang Acil Bimbo menyebut masyarakat Sunda kesulitan mendapat rujukan tentang kesundaan. Katanya, hanya beberapa saja buku sejarah yang membahas tentang kebudayaan Sunda. “Orang Sunda cenderung memegang budaya lisan dibandingkan budaya tulis,” katanya.

Menurut Kang Acil, orang Sunda dinilai kurang giat membaca akibatnya sulit mengikuti kemajuan zaman yang semakin berkembang. Dia mengajak setiap warga Sunda untuk senantiasa ngajaga lembur (menjaga kampung), akur jeung dulur (bersahabat dengan siapa pun) dan panceug dina galur (patuh terhadap aturan dan etika), melalui jalinan silaturahmi mulai dari lingkungan tingkat RT/RW hingga ke kecamatan.

Menurutnya, kekuatan orang Sunda, yang semula someah (ramah) dan suka bergotong royong, kini karakter itu cenderung hilang dan menjadi lebih individualistis dan egoistis.

Jaka, Samsudin, Acil dari grup Trio Bimbo di Majalah Varianada Edisi 86 Tahun 1972. (Sumber: Wikimedia Commons)
Jaka, Samsudin, Acil dari grup Trio Bimbo di Majalah Varianada Edisi 86 Tahun 1972. (Sumber: Wikimedia Commons)

Di bidang musik, siapa tidak mengenal Bimbo dan almarhum yang dikenal sederhana ini merupakan pentolan dari grup musik asal Kota Bandung ini. Trio Bimbo, didirikan sekitar tahun 1966. Kemudian Kang Acil bergabung bersama kakaknya, Sam Bimbo, serta dua adiknya, Jaka dan Iin Parlina. Dan kemudian berubah nama menjadi Bimbo saja. 

Bimbo bukan sekadar nama grup musik, tetapi ia sudah merupakan ikon Kota Bandung dan merupakan legenda musik Indonesia. Sejumlah lagu hits Bimbo tidak lekang oleh zaman, seperti “Sajadah Panjang”, “Melati dari Jayagiri”, “Tante Sun”, “Flamboyan”, “Ada Anak Bertanya pada Bapaknya”, “Umat Manusia Bergembira”. Bahkan lagu-lagu bergenre religius telah menjadi lagu wajib di saat bulan Ramadhan.

Pada saat pandemi virus Corona, Bimbo juga menciptakan lagu berjudul "Corona" yang ditulis oleh Syam Bimbo, Acil Bimbo, dan Jaka Bimbo. Lagu ini mendadak menjadi viral di dunia maya karena ada warganet yang menyebut Bimbo sudah menyanyikannya 30 tahun lalu.

Lirik lagu-lagu Bimbo begitu puitis--mengembuskan kelembutan. Kadang romantis, spiritual, dan bahkan sesekali menyindir kehidupan sosial dan politik.

Bisa dikatakan, Bimbo sejalan dan seromantis Kota Bandung, kota tempat mereka berkreasi. Jalan-jalan diteduhi dedaunan dari rindangnya pohon-pohon—jalan Dago, Tamansari, Siliwangi, Cipaganti, Ganesa, dll. Udara kotanya sejuk dan ragam kulinernya, membuat betah siapa pun yang tinggal. Dan tentu saja ngangenin para pelancongnya yang berkunjung dan membuat mereka rindu untuk kembali. 

Dari Bandung, Bimbo melantunkan lagu “Adinda” kepada mereka yang lagi kasmaran: 

“Adinda, oh sayang, Adinda
Namamu tiada duanya
Adinda, oh sayang, Adinda
Dikau intan permata…”

Lagu itu seperti menyuarakan rasa yang sulit dikatakan. Bimbo meminjamkan kata-kata bagi hati yang diam-diam merindu. Bahkan saat sosok yang kita rindukan itu belum lagi kita temukan. Hingga nanti kita menemukan belahan hati dengan sendirinya.

Bimbo pun tak terpaku dengan tema romantisme serta hanya bicara tentang cinta dan doa. Ia juga menjadi suara nurani bangsa. Ketika Perang Dingin antara blok Barat dan Timur sedang terjadi, dunia berada dalam dua kekuatan. Blok Barat dipimpin Amerika dan blok Timur oleh Uni Soviet (kini Rusia). 

Indonesia bersikap nonblok. Namun, kala itu, kekhawatiran terjadinya Perang Dunia III oleh dua kekuatan itu menjadi isu yang hangat. Sebab kedua adidaya itu memiliki senjata nuklir yang sangat mematikan.

Bimbo tergerak untuk membuat lagu yang isinya meminta kepada dua pemimpin itu agar berdamai. Lagu yang berjudul "Surat Buat Tuan Reagen dan Tuan Breznev" dirilis pada 1982 dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat.

Yang Mulia, tuan Reagen dan tuan Brezhnev
Diri anda berdua orang tua terhebat di dunia
Dan hanya dengan satu kata dari anda berdua
Dunia bisa berobah …

Memasuki era 1980-an dan 1990-an, Bimbo semakin identik dengan lagu-lagu religius. Sebagian mereka tulis sendiri liriknya, tak sedikit pula hasil karya Iwan Abdulrachman dan tentu saja juga Taufik Ismail sang penyair religius. 

Lagu “Tuhan” ciptaan Syam menjadi salah satu penandanya:

"Tuhan… tempat aku berteduh,
Di mana aku mengeluh…”

Liriknya sederhana, tapi dalam. 

Bimbo mulai menapaki jalan spiritual, mencari makna dalam senandung doa-doa. Ramadhan tanpa Bimbo terasa sepi. Televisi, radio, bahkan jalan-jalan kota menjadi lebih syahdu setiap kali Bimbo hadir dengan doa yang bernyanyi.

Rumah Duka Acil Bimbo. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Dina Miladina)
Rumah Duka Acil Bimbo. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Dina Miladina)

Kini, Kang Acil telah pergi. Bimbo bertiga lagi: Syam, Jaka, dan Iin Parlina yang seperti manusia lain, tak bisa menolak tua. Tapi, orang-orang akan tetap mengenang Bimbo sebagai suara kerinduan kepada keindahan kehidupan: romantisme, seni, spiritualitas, dan heroisme. 

Kita optimistis, Bandung akan tetap menjadi kota kreatif, dan akan melahirkan Bimbo-Bimbo lain yang berkontribusi bagi negara dan dunia. Bimbo dari Bandung untuk negara dan dunia. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dudung Ridwan
Tentang Dudung Ridwan
Jurnalis dan Pengamat Bulutangkis
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 19 Okt 2025, 19:51 WIB

Bandung dan Gagalnya Imajinasi Kota Hijau

Menjadi kota hijau bukan sekadar soal taman dan sampah, tapi krisis cara berpikir dan budaya ekologis yang tak berakar.
Taman Film di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 18:34 WIB

Ketika Layar Mengaburkan Hati Nurani: Belajar dari Filsuf Hume di Era Society 5.0

Mengekpresikan bagaimana tantangan prinsip moral David Hume di tengah-tengah perkembangan tekonologi yang pesat.
Pengguna telepon pintar. (Sumber: Pexels/Gioele Gatto)
Ayo Jelajah 19 Okt 2025, 13:59 WIB

Hikayat Kasus Pembunuhan Grutterink, Landraad Bandung jadi Saksi Lunturnya Hegemoni Kolonial

Kisah tragis Karel Grutterink dan Nyai Anah di Bandung tahun 1922 mengguncang Hindia Belanda, mengungkap ketegangan kolonial dan awal kesadaran pribumi.
De Preanger-bode 24 Desember 1922
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 13:19 WIB

Si 'Ganteng Kalem' Itu Bernama Jonatan Christie

Jojo pun tak segan memuji lawannya yang tampil baik.
Jonatan Christie. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 12:15 WIB

Harapan Baru Prestasi Bulu Tangkis Indonesia

Kita percaya PBSI, bahwa pemain yang bisa masuk Cipayung memang layak dengan prestasi yang ditunjukan secara objektif.
Rahmat Hidayat dan Rian Ardianto. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 11:47 WIB

Bandung dan Tantangan Berkelanjutan

Dari 71 partisipan UI GreenCityMetric, hanya segelintir daerah yang dianggap berhasil menunjukan arah pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan.
Berperahu di sungai Citarum (Foto: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 11:00 WIB

Menyoal Gagalnya Bandung Raya dalam Indeks Kota Hijau

Dalam dua dekade terakhir, kawasan metropolitan Bandung Raya tumbuh dengan kecepatan yang tidak diimbangi oleh kendali tata ruang yang kuat.
Sampah masih menjadi salah satu masalah besar di Kawasan Bandung Raya. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Mildan Abdallah)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 08:41 WIB

Bandung, Pandawara, dan Kesadaran Masyarakat yang Harus Bersinergi

Untuk Bandung yang maju dan berkelanjutan perlu peran bersama untuk bersinergi melakukan perubahan.
Aksi Pembersihan salah satu sungai oleh Pandawara Group (Sumber: Instagram | Pandawaragroup)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 19:38 WIB

Antrean iPhone 17 di Bandung: Tren Gaya Hidup atau Tekanan Sosial?

Peluncuran iPhone 17 di Indonesia kembali memunculkan fenomena sosial yang tak asing, yakni antrean panjang, euforia unboxing, dan dorongan untuk menjadi yang pertama.
Peluncuran iPhone 17 di Indonesia kembali memunculkan fenomena sosial yang tak asing, yakni antrean panjang, euforia unboxing, dan dorongan untuk menjadi yang pertama. (Foto: Dok. Blibli)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 18:47 WIB

Sportainment di Pusat Perbelanjaan Bandung, Strategi Baru Menarik Wisatawan dan Mendorong Ekonomi Kreatif

Pusat perbelanjaan kini bertransformasi menjadi ruang multifungsi yang menggabungkan belanja, rekreasi, dan olahraga dalam satu pengalaman terpadu.
Pusat perbelanjaan kini bertransformasi menjadi ruang multifungsi yang menggabungkan belanja, rekreasi, dan olahraga dalam satu pengalaman terpadu. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 17:31 WIB

Dapur Kolektif dan Semangat Komunal, Potret Kearifan Kuliner Ibu-Ibu Jawa Barat

Majalaya, sebuah kota industri di Jawa Barat, baru-baru ini menjadi panggung bagi kompetisi memasak yang melibatkan ibu-ibu PKK dari berbagai daerah di Bandung.
Majalaya, sebuah kota industri di Jawa Barat, baru-baru ini menjadi panggung bagi kompetisi memasak yang melibatkan ibu-ibu PKK dari berbagai daerah di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 20:21 WIB

'Bila Esok Ibu Tiada': Menangis karena Judul, Kecewa karena Alur

Ulasan film "Bila Esok Ibu Telah Tiada" (2024). Film yang minim kejutan, tapi menjadi pengingat yang berharga.
Poster film "Bila Esok Ibu Telah Tiada". (Sumber: Leo Pictures)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 19:36 WIB

Balakecrakan Menghidupkan Kembali Rasa dan Kebersamaan dalam Tradisi Makan Bersama

Balakecrakan, tradisi makan bersama yang dilakukan dengan cara lesehan, menyantap hidangan di atas daun pisang, dan berbagi tawa dalam satu hamparan rasa.
Balakecrakan, tradisi makan bersama yang dilakukan dengan cara lesehan, menyantap hidangan di atas daun pisang, dan berbagi tawa dalam satu hamparan rasa. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 18:10 WIB

Gen Z Mengubah Musik Menjadi Gerakan Digital yang Tak Terbendung

Gen Z tidak hanya menjadi konsumen musik, tetapi juga kurator, kreator, dan penggerak tren. Fenomena ini menandai pergeseran besar dalam cara musik diproduksi, didistribusikan, dan dinikmati.
Gen Z tidak hanya menjadi konsumen musik, tetapi juga kurator, kreator, dan penggerak tren. Fenomena ini menandai pergeseran besar dalam cara musik diproduksi, didistribusikan, dan dinikmati. (Sumber: Freepik)
Ayo Jelajah 17 Okt 2025, 17:36 WIB

Sejarah Panjang Hotel Preanger Bandung, Saksi Bisu Perubahan Zaman di Jatung Kota

Grand Hotel Preanger menjadi saksi sejarah kolonial, revolusi, hingga kemerdekaan di Bandung. Dari pesanggrahan kecil hingga ikon berusia seabad.
Hotel Preanger tahun 1930-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 17:15 WIB

Lengkong Bergerak dari Kampung Kreatif Menuju Destinasi Wisata Urban

Kecamatan Lengkong adalah ruang hidup yang terus bergerak, menyimpan potensi wisata dan bisnis yang menjanjikan, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan kreativitas warganya.
Kecamatan Lengkong adalah ruang hidup yang terus bergerak, menyimpan potensi wisata dan bisnis yang menjanjikan, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan kreativitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 16:33 WIB

Tunjangan Rumah Gagal Naik, Dana Reses DPR RI Justru Melambung Tinggi

Tunjangan rumah yang gagal dinaikkan ternyata hanya dilakukan untuk meredam kemarahan masyarakat tapi ujungnya tetap sama.
Gedung DPR RI. (Sumber: Unsplash/Dino Januarsa)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 16:04 WIB

Lagi! Otak-atik Ganda Putra, Pasangan Baru Rian Ardianto/Rahmat Hidayat Bikin BL Malaysia Marah

PBSI melalui coach Antonius memasangkan formula pasangan baru Rian Ardianto/Rahmat Hidayat.
Rahmat Hidayat dan Rian Ardianto. (Sumber: PBSI)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 15:38 WIB

Meneropong 7 Program Pendidikan yang Berdampak Positif

Pendidikan yang bermutu harus ditunjang dengan program-program yang berkualitas.
Anak sekolah di Indonesia. (Sumber: indonesia.go.id)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 15:13 WIB

Hantu Perempuan di Indonesia adalah Refleksi dari Diskriminasi

Sejauh ini sebagian perempuan masih hidup dengan penderitaan yang sama, luka yang sama, dan selalu mengulang diskriminasi yang sama.
Perempuan dihidupkan kembali dalam cerita tapi bukan sebagai pahlawan melainkan sebagai teror. (Sumber: Freepik)