Nostalgia Kaulinan Urang Sunda Zaman Baheula

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Kamis 18 Sep 2025, 14:34 WIB
Siswa mengikuti kegiatan permainan tradisional di SDN 164 Karangpawulang, Jalan Karawitan, Kota Bandung, Kamis 5 Desember 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Siswa mengikuti kegiatan permainan tradisional di SDN 164 Karangpawulang, Jalan Karawitan, Kota Bandung, Kamis 5 Desember 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Jauh sebelum alat komunikasi hadir secara masif di masyarakat, dunia anak-anak hanya dipenuhi oleh dua hal yaitu sekolah dan bermain. Pagi sekitar pukul 05.00 anak-anak dibangunkan oleh orang tuanya untuk mandi dan shalat bagi mereka yang beragama muslim.

Drama yang tercipta antara ibu dan anak selalu memekikan telinga bagi para penghuni rumah lainnya. Satu sisi sang anak enggan bangun karena mata masih mengantuk setelah letih bermain seharian. Sementara sang ibu mengamuk karena permintaannya tak kunjung digubris oleh sang anak. Sebuah kehangatan yang terjadi pada sebagian besar rumah orang-orang pada masa itu.

Bagi sebagian rumah yang memiliki televisi, menonton adalah kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh anak-anak yang sudah selesai mandi dan mengenakan seragam. Sambil menunggu nasi goreng atau telur orak-arik yang dibuat oleh ibu.

Sementara bagi mereka yang tidak memiliki televisi hiburannya adalah membaca majalah bobo atau rubik percil dalam koran Pikiran Rakyat edisi hari minggu atau sesekali mengecek pr yang diberikan oleh sekolah.

Sesampainya di sekolah anak-anak akan menemui aneka jajanan mulai dari martabak telur yang dijual Rp.500, gorengan yang dipotong menggunakan gunting lalu disiram bumbu kacang dan campuran kecap, aneka minuman sachet jadul berupa finto, sprata dan kola-kola yang tersaji di wadah mirip dengan kaca akuarium ikan dan makanan jadul serupa lainnya.

Tak hanya makanan, saat itu para pedagang ada yang berjualan gambar yang sudah diprint lalu dijual satu lembar seharga Rp.500. Anak-anak yang membeli cukup mewarnai secara rapih yang kemudian akan dinilai oleh pedagang tersebut.

Nilai yang diberikan mengacu pada standar kerapihan mewarnai, kecocokan warna pada setiap objek yang ada dalam gambar dan kreativitas dari anak-anak tersebut. Nilai yang diberikan pedagang juga beragam mulai dari 60 hingga 90.

Beberapa anak yang berhasil melampaui standar pedagang akan diberikan hadiah yang beragam, mulai dari pensil, penghapus, spidol, pensil warna, tempat pensil dan beberapa hadiah lainnya yang membahagiakan bagi ukuran anak sekolah dasar.

Selanjutnya setelah pulang sekolah perdebatan kembali datang dari ibu dan anak perihal makan dan jam tidur siang. Tapi anak-anak tetap pergi dengan temannya, berkumpul bersama di lapangan bola atau pelataran komplek sebelah. Permaianan yang dilakukan sangat beragam tergantung dengan daerah masing-masing.

Permainan Tradisional Sondah. (Sumber: Wikimedia Commons/Irhanz)
Permainan Tradisional Sondah. (Sumber: Wikimedia Commons/Irhanz)

Pertama, Sondah merupakan permainan yang diawali dengan membuat petak-petak pada jalan menggunakan kapur tulis.

Petak tersebut berbentuk kotak berderet sekitar 7-9 tergantung yang telah disepakati. Pemain membutuhkan alat yang dilemparkan ke setiap kotak yang sudah dibuat, biasanya terbuat dari potongan plafon/ eternit yang sudah dibuang oleh pemiliknya.

Setelah itu pemain harus melompati arena dengan menggunakan satu kaki sementara kaki sebelahnya ditekuk ke arah belakang. Aturannya pemain tidak boleh menginjak kotak yang sudah dipilih oleh orang lain. Kemudian pemenang adalah mereka yang memiliki kotak paling banyak dibandingkan dengan pemain lainnya.

Permainan Tradisional Boy-boyan (Sumber: Instagram |@badrian_desain)
Permainan Tradisional Boy-boyan (Sumber: Instagram |@badrian_desain)

Kedua, Boy-boyan adalah permainan yang diawali dengan menumpuk sejumlah potongan keramik dalam lingkaran yang sudah diberi garis oleh kapur.

Satu tim bertugas untuk meruntuhkan tumpukan keramik dengan bola kasti sementara tim lainnya berusaha menyusun kembali tumpukan itu sambil berjaga dan menghindari lemparan bola dari tim yang lain.

Satu tim yang terkena lemparan bola maka ia akan diberhentikan dalam permainan. Sementara tim yang sudah berhasil menyusun keramik menjadi sebuah tumpukan akan mengatakan "boy".

Permainan Tradisional Endog-endogan (Sumber: Instagram | @disbudpar.bdg)
Permainan Tradisional Endog-endogan (Sumber: Instagram | @disbudpar.bdg)

Ketiga, Endog-endogan adalah permainan dalam bahasa Sunda yang berarti telur. Permainannya cukup sederhana dan tidak membutuhkan alat cukup menggunakan tangan saja. Caranya adalah beberapa pemain menumpuk kepalan tangan secara bersamaan sambil menyanyikan sebuah lagu.

Endog-endogan peupeus hiji pre.

Endog-endogan peupeus hiji pre.

Goleang-goleang (sambil memutar semua tangan)

Mata sapi buleneng.

Wleee (sambil menjulurkan lidah dan tertawa terbahak).

Permainan Tradsional Congklak (Sumber: Instagram | @eyenounn)
Permainan Tradsional Congklak (Sumber: Instagram | @eyenounn)

Keempat, Congklak merupakan permainan yang menggunakan alat berbentuk papan yang terbuat dari plastik atau kayu. Permainan ini cukup dilakukan oleh dua orang.

Papan dengan 14 lubang terdiri dari masing-masing pemain yang mendapat 7 lubang dan setiap lubang berisi 7 buah yang terbuat dari biji plastik, biji sawo, klengkeng atau biji yang terbuat dari bahan mirip dengan rumah keong.

Setiap pemain harus mencari strategi untuk memenangkan permainan dengan cara mengumpulkan biji paling banyak dari lawan. Setiap biji akan terus berjalan sampai mati dan terhenti dilubang yang kosong. Ketika mati maka lawan melanjutkan permainan dengan strategi yang berbeda sampai menang.

Permainan Tradisional Sapintrong/ Lompat Tali (Sumber: Instagram | @bumimerah.id)
Permainan Tradisional Sapintrong/ Lompat Tali (Sumber: Instagram | @bumimerah.id)

Kelima, Sapintrong atau lompat tali yang telah dianyam dari sekumpulan karet gelang merupakan alat yang digunakan dalam permainan ini.

Dalam sapintrong jumlah pemain cukup beragam tergantung dengan situasi dan kondisi tapi seminimal mungkin harus terdiri dari tiga orang. Hompimpa menjadi penentu urutan dalam sebuah permainan. Orang pertama berhak bermain terlebih dahulu sementara dua orang lainnya menunggu giliran sambil menjadi penjaga yang menggerakan kedua sisi dari karet gelang yang sudah dibentangkan.

Permainan dimulai dari level paling rendah yaitu melompati karet gelang yang dibentangkan dari sependek tumit kaki. Jika berhasil pemain harus melewati tahap karet gelang dari ukuran betis, paha, pinggang, dada, telinga, kepala hingga di atas kepala. Pemain yang berhasil melewati titik akhir akan dikatakan merdeka.

Kemudian melanjutkan beberapa gerakan saat berada dalam ayunan karet yang diputar dan berhasil melewati tantangan tanpa tersandung bagian bawah karet gelang.

Baca Juga: Mengemas Budaya Tradisional lewat Makanan dengan Konsep Modern

Menurut saya semua permainan jadul tersebut memiliki filosofi, manfaat untuk sensorik dan motorik juga membantu anak-anak dalam meningkatkan strategi dan jiwa kompetisi. Tidak dapat dipungkiri perkembangan zaman tentu ikut menggerus keberadaan permainan yang mengambil nilai-nilai kearifan lokal. Berganti dengan sejumlah permainan yang bisa didownload dalam smartphone.

Kedua permainan baik secara tradisional maupun modern sebetulnya sama-sama bisa meningkatkan daya pikir melalui strategi juga meningkatkan jiwa kompetisi. Hanya saja dalam permainan tradisional banyak kegiatan yang bisa merangsang daya sensorik dan motorik pada anak yang baik untuk tumbuh kembang anak-anak di masa depan.

Misalnya dalam permainan boy-boyan banyak terjadi interaksi yang berhubungan dengan sentuhan bola yang dilemparkan lawan kepada penjaga. Pada permainan endog-endogan sejumlah pemain terlibat langsung sentuhan dengan kulit pemain.

Kemudian pada permainan congklak, tangan anak akan belajar motorik halus dari biji congklak dan mengenali berbagai jenis tekstur dalam permainan. Sementara permainan sondah dan sapintrong mengajarkan anak untuk melatih motorik kasar dengan cara menjaga keseimbangan, melompat, berjalan di garis dan berlari.

Sementara pada permainan modern banyak dampak yang kurang baik bagi anak-anak terlebih jika anak tersebut kecanduan dan tidak bisa lepas dari penggunaan smartphone. Misalnya saja bisa terjadi kelelahan pada mata dan berakibat buruk pada kondisi minus. Meningkatkan tingkat stres jika permainan yang bersangkutan tak kunjung menang. Kurangnya interaksi sosial dengan manusia lainnya yang bisa menimbulkan keterlambatan berbicara.

Di zaman modern ini bagi saya tidak ada salahnya jika mengembalikan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal dalam permainan anak. Selain anak bisa mengenal budayanya sendiri, anak-anak juga bisa belajar nilai sosial dan filosofi dari setiap permainan yang melibatkan mereka.

Tulisan ini bukan bermaksud mendeskritkan bahwa permainan modern tidak lebih baik dari permainan tradisional. Hanya saja bentuk kolaborasi dari keduanya bisa menjadi jalan keluar bagi permasalahan anak-anak di zaman ini.

Adapun kolaborasi di antara keduanya bisa menghasilkan produk baru bagi anak. Dalam satu sisi anak-anak bisa mengenal budaya dan melatih sensorik dan motoriknya tapi dalam sisi yang lain anak juga belajar informasi dan kreativitas baru melalui smartphone yang akan menunjang kehidupan modern di masa yang akan mendatang. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 18 Sep 2025, 20:46 WIB

Ketika Kuliner dan Visual Berpadu Resto Estetik Menjadi Destinasi Favorit

Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, menjadikan kafe dan restoran sebagai latar konten, ruang ekspresi, bahkan simbol gaya hidup.
Bukan sekadar tempat bersantap, resto estetik kini menjadi destinasi wisata tersendiri. (Sumber: Instagram @Teuan.id)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB

Filsafat Seni Islam

Tak ada salahnya membicarakan filsafat seni dalam agama Islam.
Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 19:15 WIB

Komunitas Semut Foto Membangun Ekosistem Kreatif yang Menggerakkan Peluang Bisnis

Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual.
Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 18:14 WIB

Geliat Industri Printing IKM Jawa Barat di Tengah Ekonomi Lesu: Antara Inovasi dan Ketahanan

Di tengah bayang-bayang pelemahan ekonomi nasional, geliat industri printing skala kecil dan menengah (IKM) di Jawa Barat justru menunjukkan ketahanan.
Permintaan terhadap produk custom printing, print-on-demand, dan desain ramah lingkungan terus meningkat, membuka peluang baru bagi pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dengan tren pasar. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 17:53 WIB

Muak, Muda, dan Miskin di Bandung

Bandung berlari cepat sementara kita tertinggal.
Kawasan pemukiman padat di Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Sabtu 15 Februari 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 14:34 WIB

Nostalgia Kaulinan Urang Sunda Zaman Baheula

Beberapa permainan anak di zaman dulu memiliki banyak manfaat untuk melatih daya sensorik dan motorik juga membangun kerjasama dan strategi.
Siswa mengikuti kegiatan permainan tradisional di SDN 164 Karangpawulang, Jalan Karawitan, Kota Bandung, Kamis 5 Desember 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 18 Sep 2025, 13:18 WIB

Sejarah Bandung dari Kinderkerkhof sampai Parijs van Java

Tak banyak yang tahu, sejarah Bandung pernah identik dengan kuburan anak-anak Belanda. Lalu bagaimana ia bisa disebut Parijs van Java?
Lukisan Situ Patenggang Ciwidey di Kabupaten Bandung karya Franz Wilhelm Junghuhn tahun 1856. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Someah, Seunggah, jeung Bangkawarah

Yang paling seunggah saat menerima tamu, terutama geugeuden, ingin  menghidangkan bakakak, padahal waktunya mendadak. Alih-alih sidak!
Kirab Budaya Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jawa Barat ini diikuti sedikitnya 250 peserta dari 27 kabupaten/kota. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Peran Jaket Riding Saat Motoran, Bukan Hanya Cegah Masuk Angin

Jaket riding adalah perlengkapan penting bagi pengendara motor yang dirancang khusus untuk memberikan perlindungan sekaligus kenyamanan selama berkendara. Fungsinya tidak hanya sebagai penahan angin
Ilustrasi Jaket Riding. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 10:17 WIB

Si Cantik Boemi Tirta, Kain Lukis Asal Bandung yang Menembus Dunia

Boemi Tirta berdiri atas gagasan Enneu Herliani (52), seorang perempuan yang menyalurkan hobi melukis menjadi bisnis kreatif. Sebelum meluncurkan merek ini, Enneu lebih dulu dikenal lewat Rumah Sandal
Produk Kain Lukis Boemi Tirta. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 09:34 WIB

Kedai Mochilok, Tempat Jajan Cilok Kekinian yang Bikin Kamu Ketagihan

Di Bandung ada banyak tempat makan unik, salah satunya Mochilok. Kedai ini merupakan sebuah tempat yang menyajikan cilok versi modern.
Makanan Tradisional Cilok (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 09:03 WIB

Pentingnya Revitalisasi Sekolah demi Peningkatan Layanan Pendidikan

Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)
Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 20:02 WIB

Elipsis ... Cara Pakai Tiga Titik sebagai Tanda Baca

Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 18:14 WIB

Sejarah Julukan Garut Swiss van Java, Benarkah dari Charlie Chaplin?

Dari Charlie Chaplin sampai fotografer Thilly Weissenborn, banyak dituding pencetus Swiss van Java. Tapi siapa yang sebenarnya?
Foto Cipanas Garut dengan view Gunung Guntur yang diambil Thilly Weissenborn. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 18:12 WIB

Jejak Rasa Kota Kembang: Menyelami Sejarah dan Tantangan Kuliner Legendaris Bandung

Bicara Bandung bukan hanya udara sejuk dan panorama pegunungan yang memikat, tapi juga salah satu pusat kreativitas dunia kuliner yang tumbuh subur.
Setiap jajanan legendaris Bandung menyimpan jejak sejarah, budaya, dan perjuangan para pelaku UMKM. (Sumber: Instagram @batagor_riri)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)