Cidulang, Cekung seperti Dulang

T Bachtiar
Ditulis oleh T Bachtiar diterbitkan Kamis 25 Des 2025, 14:47 WIB
Gambaran seorang perempuan sedang ngakeul nasi di dalam dulang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)

Gambaran seorang perempuan sedang ngakeul nasi di dalam dulang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)

Sampai sekarang, di dapur masyarakat Sunda, masih banyak yang menggunakan dulang dalam proses menanak nasi. Dalam bahasa Kawi, dulang berarti bejana dari kayu, dan dulang, andulang, berarti menyuap makanan.

Begitupun dalam bahasa Sunda, dulang mempunyai dua arti. Pertama, sejenis wadah yang dibuat dari kayu, yang menjadi bagian dalam proses menanak nasi, terutama pada masa lalu, yaitu untuk ngarih dan ngakeul. Ngarih itu proses setelah beras dikukus dalam aseupan (kukusan) sampai timus, setengah matang, kemudian dimasukan ke dalam dulang, diberi air panas secukupnya, diaduk-aduk dengan pangarih, seperti cukil, hanya ukurannya lebih besar dan panjang, hingga semua terairi, lalu ditutup, dibiarkan sampai beukah, mengembang. Setelah itu dimasukan kembali ke dalam aseupan, dikukus kembali di atas seeng, dandang tinggi, dipanaskan dengan api dari kayubakar hingga tanak. Nasi yang sudah matang itu dimasukan kembali ke dalam dulang, lalu diakeul, dikipasi dengan hihid sambil diaduk-aduk, dibolak-balik, sedikit ditumbuh-tumbuk dengan pangarih, yang membuat nasi itu menjadi hangat dan pulen.

Arti yang kedua, dulang, andulang berarti menyuap makanan. Dalam bahasa Sunda ada peribahasa, budak keur meujeuhna bilatung dulang, yang bermakna anak yang masanya sedang suka makan.

Di Tatar Sunda, dulang itu berbentuk seperti tabung yang mengecil di bagian bawahnya. Bagian atasnya berbentuk lingkaran dengan garis tengah antara 40 cm sampai 45 cm. Di tengah lingkaran bagian atas itu berbentuk cekungan sedalam 20 cm sampai 25 cm. Tebal pinggiran dulang bagian atas sekitar 3 cm. Tinggi keseluruhan dulang 40 cm, yang dibagi menjadi dua bagian utama. Dari bagian atas yang bergaris tengah 40 cm, semakin ke bawah sampai 30 cm dari atas, atau 10 cm dari bawah, garis tengahnya sekitar 25 cm. Dari batas itu ke bawah, garis tengahnya berangsung melebar kembali hingga di dasar dulang dengan diameter 30 cm. 

Dulang di Tatar Sunda berbeda bentuknya dengan dulang yang biasa digunakan untuk melimbangkan bijih emas yang terdapat dalam bebatuan di sungai. Dulang untuk mendulang emas, sama-sama dibuat dari kayu, berbentuk lingkaran dengan garis tengah sekitar 45 cm. Bentuknya ceper, tebal dulang sekitar 4 cm. Pada bagian lingkaran terluar, tebalnya sekitar 1 cm. Dari pinggiran itu ke bagian tengah menurun hingga kedalaman 2 cm. Bijih emas yang terkandung dalam bebatuan kemudian dimasukkan ke dalam dulang, lalu digoyang, diputar, sambil dimasukan sedikit air. Bagian yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan dan kembali ke sungai.

Karena dalam proses menanak nasi di Tatar Sunda, dulang menjadi alat yang sangat penting, sehingga citra dulang berada dalam puncak pikiran masyarakatnya saat itu. Beralasan, karena setiap hari mereka melihat benda tersebut, setidaknya dua kali dalam sehari, pagi dan petang hari.

Sangat mungkin, inilah yang menyebabkan, ketika mereka berbahasa, banyak menggunakan kata dulang dalam perumpamaan-perumpamaan. Inilah beberapa contohnya:  dulang tinandé, yang bermakna perempuan (istri) yang sangat hormat tanpa syarat kepada suaminya. Dalam arsitektur Sunda, ada gaya bangunan yang disebut sanggadulang, yang bentuknya seperti tanduk kerbau. Ada juga nama tumbuhan dulangsontak (Hycotyle javanica THUNB.), yang satu keluarga dengan antanan kecil.

Di Jawa Barat, dulang itu umumnya dibuat dibuat dari batang pohon nangka (Artocarpus heterophyllus). Tinggi pohon nangka itu antara 20 m sampai 30 m, dengan batang pohon yang silindris. Garis tengah pohon yang sudah tua dapat mencapai satu meter. Kayu nangka berwarna kuning di bagian terasnya. Kualitas kayunya termasuk kayu yang baik, kuat, tidak mudah belah, awet, padat, keras, dan tahan terhadap serangan rayap atau jamur, namun mudah dikerjakan, mudah dibentuk untuk berbagai kebutuhan. Kayu nangka memiliki pola yang menarik, serta gampang mengkilap bila diserut halus dan digosok dengan minyak. Karena itulah kayu nangka banyak dijadikan perkakas rumah tangga, dan baik menjadi bahan untuk alat musik seperti kendang, menjadi bagian dari perut gitar dan biola.

Seluruh bagian batang hingga ranting, termasuk kulit buahnya yang berduri, bila ditoreh, akan mengeluarkan getah putih yang kental. Buah nangka berukuran besar, banyak dimanfaatkan ketika buah nangka masih muda untuk bahan pembuatan gudeg, seperti banyak dibuat di Yogyakarta, dan nangka yang sudah matang.

Baca Juga: Maung Sélang Sudah Tak Dikenali Lagi, tapi Abadi dalam Toponimi

Karena dulang menjadi peralatan memasak yang harus ada saat menanak nasi, maka dulang menjadi benda yang berada dalam puncak pikiran masyarakatnya. Itulah sebabnya, ketika masyarakat melihat ada daerah dengan rona bumi berupa cekungan, langsung pikirannya terhubung dengan dulang. Kemudian tempat itu dinamai Cidulang. Ketika melihat air terjun yang jatuh ke dasar sungai membentuk cekungan yang melingkar, dinamailah Curug Cidulang, seperti air terjun yang ada di Desa Sirnajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Toponim yang memakai kata dulang, seperti Desa Cidulang di Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka. Cibuntu Cidulang di Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Dan Cidulang Jonggol di Desa Sirnajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor.

Walau saat ini peralatan memasak sudah banyak berganti, namun toponim itu tetap abadi, menjadi perekam sejarah penggunaan peralatan memasak di Tatar Sunda. Walau suatu saat nanti, masyarakat tak mengenali lagi wujud dulang, biarkan kawasan itu tetap bernama Cidulang, jangan diganti menjadi Cimejikjar! (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Toponimi Gandasoli

Ayo Netizen 24 Okt 2025, 10:54 WIB
Toponimi Gandasoli

News Update

Ayo Netizen 25 Des 2025, 20:41 WIB

Menunda Kepastian, Merawat Percakapan ala Richard Rorty

Richard Rorty menolak hasrat epistemologis, keinginan obsesi manusia dalam kepastian dan soloidaritas daripada objektivitas.
Richard Rorty menolak hasrat epistemologis, keinginan obsesi manusia dalam kepastian dan soloidaritas daripada objektivitas. (Sumber:Dokumentasi Penulis)
Mayantara 25 Des 2025, 17:35 WIB

Infinite Scrolling dan Hilangnya Fokus

Dalam beberapa tahun ini, mengakses media sosial menjadi ritual yang seolah tanpa batas.
Dalam beberapa tahun ini, mengakses media sosial menjadi ritual yang seolah tanpa batas. (Sumber: Pexels | Foto: Ron Lach)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 16:25 WIB

Gus Dur, Toleransi, dan Harmoni

Gus Dur hadir untuk memastikan martabat dan keutuhan negara tetap terpelihara dan terjaga. Perjuangannya dalam membela kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, berbagai aspek kehidupan
"Dialog adalah budaya perdamaian" - Abdurrahman Wahid (Sumber: Instagram | Foto: @pamerandialogperadaban)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 15:13 WIB

Banjir namun Hidup Tetap Harus Berjalan

Banjir setinggi lutut kembali merendam Komplek Griya Bandung Asri 1, Bojongsoang, menghambat mobilitas warga.
Banjir terjadi di komplek Griya Bandung Asri 1 Bojongsoang. (05/12/2025) (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 14:47 WIB

Cidulang, Cekung seperti Dulang

Di Tatar Sunda, dulang itu berbentuk seperti tabung yang mengecil di bagian bawahnya.
Gambaran seorang perempuan sedang ngakeul nasi di dalam dulang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Jelajah 25 Des 2025, 11:58 WIB

Hikayat Christmas Island, Pulau Kecil dengan Sejarah Besar di Samudra Hindia

Christmas Island menyimpan sejarah kolonial fosfat perang dunia dan migrasi lintas Asia yang membentuk identitas unik hingga kini.
Christmas Island. (Sumber: Flickr)
Beranda 25 Des 2025, 09:41 WIB

Di Sore yang Pelan, Ngafe Menjadi Ruang Rehat Warga Kota Bandung

Pada sore, ruang ini berfungsi sebagai tempat singgah yang lebih tenang, menjadi bagian dari gaya hidup warga kota dalam bekerja, beristirahat, dan mengatur ritme hidup di tengah kesibukan urban.
Coffee shop di Kota Bandung menjadi salah satu pilihan tempat untuk rehat dari rutinitas. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Beranda 25 Des 2025, 08:09 WIB

Panggung Tanpa Lampu Sorot, Cerita di Balik Suara Emas Penyanyi Jalanan Kota Bandung

Namun, rupiah yang mereka kumpulkan dengan cucuran keringat dari pagi hingga malam itu kerap harus dibayar dengan rasa waswas.
Penyanyi jalanan di perempatan Jalan Pahlawan, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 24 Des 2025, 20:45 WIB

Workshop Google AI Tools for Journalist di Bandung Bekali 28 Peserta Tingkatkan Kapasitas Media Lokal

Pelatihan intensif tersebut diikuti 28 peserta terpilih yang terdiri atas pengelola media lokal, jurnalis, serta konten kreator komunitas dari berbagai daerah.
Program Google AI Tools for Journalist yang digelar selama dua hari, 23–24 Desember 2025 di Kantor Ayo Media Network. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 17:03 WIB

Terminal Cicaheum Harus Siap Sambut Bus AKAP Double Decker

Banyaknya Bus AKAP Premium yang melirik kota Bandung sebagai trayek berpotensi tertinggi ketiga di Pulau Jawa, maka bersiap untuk banyaknya pemandangan bus Double-decker mewah melintas
Terparkir 3 Bus Gunung Harta Transport Solustions (GHTS) saat malam hari di garasi GHTS (19/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Dean Rahmani)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 16:40 WIB

Ujian Nyata Walikota Farhan: Normalisasi Sungai Cinambo atau Banjir Warisan?

Banjir Sungai Cinambo bukan sekadar dampak curah hujan, tetapi cerminan lemahnya tata kelola lingkungan Kota Bandung.
Kondisi Sungai Cinambo di Bandung Timur, yang dinilai mengalami pendangkalan dan penyempitan, menjadi bukti kegagalan tata kelola infrastruktur kota, (2 Desember 2025). (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Khansa Khairunsifa)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 15:41 WIB

Taman Lansia Bandung usai Revitalisasi: Antara Harapan Baru dan Beragam Tantangan di Lapangan

Taman Lansia Bandung hadir dengan wajah baru setelah revitalisasi, namun masih menghadapi berbagai tantangan dalam hal keamanan, fasilitas, dan pengelolaan untuk kenyamanan bersama.
Lampu taman malam hari yang menerangi jalur pejalan kaki menunjukkan suasana sepi setelah hujan mengguyur Taman Lansia pada Rabu, 3 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Hilyatul Auliya)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 15:07 WIB

Bandung Waras

Bandung harus punya otak yang waras dan hati yang peka.
Festival seni dan budaya bukan sekadar hiburan. Itu pengingat bahwa kota hidup dan waras. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 13:26 WIB

Mendidik dengan Ikhlas, Mengabdi dengan Cinta: Kisah di Balik Seragam Cokelat Herna Wati

Kisah ini mengambarkan Herna Wati yang menjadikan Pramuka sebagai ruang untuk belajar ikhlas, mandiri, dan tempatnya untuk mengabdi dengan penuh cinta.
Foto Herna Wati Pembina Pramuka MTs Baabussalaam Kota Bandung. (Foto: Lutfiah Nurrahma Faisal)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 12:23 WIB

Warisan Humanis Gus Dur bagi Bangsa yang Majemuk

Perjalanan panjang bangsa yang penuh warna dan dinamika, nama Gus Dur selalu hadir seperti lentera yang menerangi ruang-ruang gelap kemanusiaan.
Illustrasi Peringatan Haul 16 GUS DUR. (Sinan)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 09:57 WIB

Tahura Djuanda Hadirkan Wisata Edukasi Bernilai Konservasi: Batu Batik dan Flora Langka Jadi Daya Tarik Baru

Keunikan wisata Taman Hutan Raya Ir. Djuanda menjadi daya tarik.
Anggrek terkecil di dubia jadi bintang baru kawasan konservasi (04/11/2025) (Sumber: Dok.pribadi | Foto: Nazwa Revanindya)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 09:29 WIB

Remaja dan Luka Sunyi Dunia Maya

Opini ini mengajak pembaca menyelami sisi gelap dunia maya yang kian membelenggu remaja Indonesia.
Seorang remaja duduk terpukul di tengah serangan komentar kasar dan ejekan di media sosial. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: jajang shofar)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 08:47 WIB

Masyarakat Bandung Sudah Bersahabat dengan Gelapnya Jalanan Kota Bandung

Masyarakat Bandung sudah pasrah dengan penerangan jalan yang tidak kunjung diperbaiki oleh Wali Kota Bandung.
Suasana jalanan daerah Tegallega di jam 21.00 WIB yang sudah tidak terlihat oleh pengendara, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis Foto: Nadya Ulya Zagita)
Ayo Jelajah 23 Des 2025, 21:48 WIB

Sejak Kapan Pohon Cemara Digunakan jadi Hiasan Natal?

Tradisi pohon Natal berakar dari kebiasaan masyarakat Eropa kuno yang memuliakan tanaman hijau di tengah musim dingin, jauh sebelum Natal dirayakan secara modern.
Ilustrasi Pohon Cemara saat Natal.