Mengemas Budaya Tradisional lewat Makanan dengan Konsep Modern

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Jumat 29 Agu 2025, 20:19 WIB
Menu Seroja Bake Cipahit (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Menu Seroja Bake Cipahit (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Dalam membuat tulisan sering kali ide datang dari mana saja, tak terduga. Bahkan konsep yang sebelumnya dirancang, justru tak kunjung dituliskan. Sementara ada beberapa memori yang terlewat, justru tiba-tiba muncul di depan mata. Bahkan ketika tidak sengaja membuka galeri atau catatan.

Sama halnya dengan tulisan ini, saya buat karena tidak sengaja menemukan foto makanan di atas saat sedang bersih-bersih galeri dari banyaknya sampah. Foto itu mengingatkan saya pada sebuah memori saat berburu kuliner di Bandung. Sebuah foto yang saya rasa tampak cantik tapi tidak ada hal yang spesial di dalamnya.

Tapi siapa sangka hal sepele itu justru membawa saya untuk menemukan konsep yang luar biasa pada setiap sajian di dalamnya.

Saya membuka Instagram Seroja Bake untuk melihat nama menu yang sempat saya pesan. Karena memang sudah berlalu cukup lama, saya tidak lagi mengingat namanya dengan baik.

Waktu berkunjung ke daerah Cihapit, diantara puluhan kuliner yang populer sebab dikenalkan oleh konten kreator. Saya menemukan tempat yang cukup tersembunyi.

Sekilas tak nampak, jika tidak dilihat dengan mata yang jeli. Bangunan tersebut berada di sebuah belokan dengan tanda beberapa kumpulan tukang becak. Berlokasi di Jl. Cihapit No.21 C, Cihapit, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung.

Lokasi Seroja Bake (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Lokasi Seroja Bake (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Setiap melakukan perjalanan, baik berburu kuliner atau berkunjung ke destinasi impian, semesta seolah selalu menunjukkan fenomena sosial yang semestinya saya pribadi bisa lebih sensitif untuk menangkapnya.

Menjadikan bahan pembelajaran atau bahkan memberitahu banyak orang tentang keberadaan atau ketidakadilan yang mungkin saja mereka rasakan.

Siang itu, setelah turun hujan, saya berjalan ke arah Jalan Cihapit. Kondisi jalanan yang cukup sempit ini dilalui kendaraan dari dua arah yang mengakibatkan kemacetan. Di antara riuhnya pada pedagang yang menyiapkan makanan, saat jam makan siang tiba.

Sementara saya melipir sedikit ke gang yang berada tidak jauh dari sebuah belokan bernama Seroja Bake.

Lampu kuning yang sedikit temaram juga ornamen kayu pada beberapa furniture menambah suasana homey di Seroja Bake.

Penampakan Depan Seroja Bake (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Penampakan Depan Seroja Bake (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Saya memesan menu yang direkomendasikan oleh salah satu karyawan di sana. Tart Singkong Coklat Jawa, Mousse Markisa & Jamur Berry dan satu gelas Teh Kecombrang Strawberry.

Menu yang disajikan tampak cantik, kontras saat disajikan di atas piring putih.

Kafe ini memiliki dua lantai, lantai dasar berisi beberapa sofa empuk yang cocok untuk acara keluarga. Sementara bagi yang suka keheningan, lantai dua menjadi rekomendasi yang tepat saat berkunjung ke Seroja Bake.

Ruangan penuh dengan ornamen kayu dan beberapa pot bunga serta tumbuhan yang menghiasi setiap pojok ruangan. Saat Bandung baru saja selesai hujan, menikmati setiap sajian sambil membaca buku "Bandung Menjelang Pagi".

Menu pertama yang saya coba adalah Mousse Markisa & Jamur Berry, teksturnya lembut, sedikit kenyal dari jamur dan asam manis dari buah markisa, perpaduan yang cocok menurut saya. Eksekusi yang cukup cerdas karena berhasil menghilangkan aroma khas pada jamur.

Sambil sesekali menyeruput teh kecombrang yang manis dan penuh aromatik. Seroja berhasil memadukan 3 bahan secara tepat. Terlebih setelah mengikuti acara Mappanre Temme Saya jadi jatuh cinta dengan rasa minuman yang berbahan dasar bunga kecombrang.

Sajian terakhir bernama Tart Singkong Coklat Jawa. Berdasarkan informasi dari Instagram Seroja Bake, tepung singkong yang digunakan berasal dari kota Bandung dan Desa Cirendeu. Sebuah kampung yang kita kenal sebagai kawasan wisata adat Sunda.

Rasanya tart singkong sedikit gurih bercampur dengan melimpahnya coklat yang rasanya benar-benar legit menurut saya. Beruntungnya keberadaan Whipped Cream di atas coklat membantu mengurangi rasa dominan dari coklat.

Suasana Lantai 2 Seroja Bake (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Suasana Lantai 2 Seroja Bake (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Setelah saya scroll postingan Seroja Bake hingga ke bawah, saya baru menyadari bahwa Seroja punya konsep menarik, mengemas budaya makanan tradisional menjadi lebih modern tanpa menghilangkan rasa aslinya.

Bahkan saya baru sadar bahwa setiap makanan dan minuman yang disajikan sangat merepresentasikan jajanan pasar tapi ini dalam bentuk elegan dan premium.

Sayangnya saya baru menyadari keunikan tersebut setelah membuat tulisan ini. Padahal ini bakal menjadi topik yang menarik jika punya kesempatan untuk berbicara secara langsung dengan pemilik atau karyawan dari Seroja Bake.

Sepertinya akan banyak topik menarik dan khazanah kuliner yang bisa diulik dari berbagai macam menu yang dihidangkan. Saya membayangkan betapa "kaya cerita" dan sejarah dalam setiap sajiannya. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 19 Okt 2025, 19:51 WIB

Bandung dan Gagalnya Imajinasi Kota Hijau

Menjadi kota hijau bukan sekadar soal taman dan sampah, tapi krisis cara berpikir dan budaya ekologis yang tak berakar.
Taman Film di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 18:34 WIB

Ketika Layar Mengaburkan Hati Nurani: Belajar dari Filsuf Hume di Era Society 5.0

Mengekpresikan bagaimana tantangan prinsip moral David Hume di tengah-tengah perkembangan tekonologi yang pesat.
Pengguna telepon pintar. (Sumber: Pexels/Gioele Gatto)
Ayo Jelajah 19 Okt 2025, 13:59 WIB

Hikayat Kasus Pembunuhan Grutterink, Landraad Bandung jadi Saksi Lunturnya Hegemoni Kolonial

Kisah tragis Karel Grutterink dan Nyai Anah di Bandung tahun 1922 mengguncang Hindia Belanda, mengungkap ketegangan kolonial dan awal kesadaran pribumi.
De Preanger-bode 24 Desember 1922
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 13:19 WIB

Si 'Ganteng Kalem' Itu Bernama Jonatan Christie

Jojo pun tak segan memuji lawannya yang tampil baik.
Jonatan Christie. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 12:15 WIB

Harapan Baru Prestasi Bulu Tangkis Indonesia

Kita percaya PBSI, bahwa pemain yang bisa masuk Cipayung memang layak dengan prestasi yang ditunjukan secara objektif.
Rahmat Hidayat dan Rian Ardianto. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 11:47 WIB

Bandung dan Tantangan Berkelanjutan

Dari 71 partisipan UI GreenCityMetric, hanya segelintir daerah yang dianggap berhasil menunjukan arah pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan.
Berperahu di sungai Citarum (Foto: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 11:00 WIB

Menyoal Gagalnya Bandung Raya dalam Indeks Kota Hijau

Dalam dua dekade terakhir, kawasan metropolitan Bandung Raya tumbuh dengan kecepatan yang tidak diimbangi oleh kendali tata ruang yang kuat.
Sampah masih menjadi salah satu masalah besar di Kawasan Bandung Raya. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Mildan Abdallah)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 08:41 WIB

Bandung, Pandawara, dan Kesadaran Masyarakat yang Harus Bersinergi

Untuk Bandung yang maju dan berkelanjutan perlu peran bersama untuk bersinergi melakukan perubahan.
Aksi Pembersihan salah satu sungai oleh Pandawara Group (Sumber: Instagram | Pandawaragroup)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 19:38 WIB

Antrean iPhone 17 di Bandung: Tren Gaya Hidup atau Tekanan Sosial?

Peluncuran iPhone 17 di Indonesia kembali memunculkan fenomena sosial yang tak asing, yakni antrean panjang, euforia unboxing, dan dorongan untuk menjadi yang pertama.
Peluncuran iPhone 17 di Indonesia kembali memunculkan fenomena sosial yang tak asing, yakni antrean panjang, euforia unboxing, dan dorongan untuk menjadi yang pertama. (Foto: Dok. Blibli)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 18:47 WIB

Sportainment di Pusat Perbelanjaan Bandung, Strategi Baru Menarik Wisatawan dan Mendorong Ekonomi Kreatif

Pusat perbelanjaan kini bertransformasi menjadi ruang multifungsi yang menggabungkan belanja, rekreasi, dan olahraga dalam satu pengalaman terpadu.
Pusat perbelanjaan kini bertransformasi menjadi ruang multifungsi yang menggabungkan belanja, rekreasi, dan olahraga dalam satu pengalaman terpadu. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Okt 2025, 17:31 WIB

Dapur Kolektif dan Semangat Komunal, Potret Kearifan Kuliner Ibu-Ibu Jawa Barat

Majalaya, sebuah kota industri di Jawa Barat, baru-baru ini menjadi panggung bagi kompetisi memasak yang melibatkan ibu-ibu PKK dari berbagai daerah di Bandung.
Majalaya, sebuah kota industri di Jawa Barat, baru-baru ini menjadi panggung bagi kompetisi memasak yang melibatkan ibu-ibu PKK dari berbagai daerah di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 20:21 WIB

'Bila Esok Ibu Tiada': Menangis karena Judul, Kecewa karena Alur

Ulasan film "Bila Esok Ibu Telah Tiada" (2024). Film yang minim kejutan, tapi menjadi pengingat yang berharga.
Poster film "Bila Esok Ibu Telah Tiada". (Sumber: Leo Pictures)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 19:36 WIB

Balakecrakan Menghidupkan Kembali Rasa dan Kebersamaan dalam Tradisi Makan Bersama

Balakecrakan, tradisi makan bersama yang dilakukan dengan cara lesehan, menyantap hidangan di atas daun pisang, dan berbagi tawa dalam satu hamparan rasa.
Balakecrakan, tradisi makan bersama yang dilakukan dengan cara lesehan, menyantap hidangan di atas daun pisang, dan berbagi tawa dalam satu hamparan rasa. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 18:10 WIB

Gen Z Mengubah Musik Menjadi Gerakan Digital yang Tak Terbendung

Gen Z tidak hanya menjadi konsumen musik, tetapi juga kurator, kreator, dan penggerak tren. Fenomena ini menandai pergeseran besar dalam cara musik diproduksi, didistribusikan, dan dinikmati.
Gen Z tidak hanya menjadi konsumen musik, tetapi juga kurator, kreator, dan penggerak tren. Fenomena ini menandai pergeseran besar dalam cara musik diproduksi, didistribusikan, dan dinikmati. (Sumber: Freepik)
Ayo Jelajah 17 Okt 2025, 17:36 WIB

Sejarah Panjang Hotel Preanger Bandung, Saksi Bisu Perubahan Zaman di Jatung Kota

Grand Hotel Preanger menjadi saksi sejarah kolonial, revolusi, hingga kemerdekaan di Bandung. Dari pesanggrahan kecil hingga ikon berusia seabad.
Hotel Preanger tahun 1930-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 17 Okt 2025, 17:15 WIB

Lengkong Bergerak dari Kampung Kreatif Menuju Destinasi Wisata Urban

Kecamatan Lengkong adalah ruang hidup yang terus bergerak, menyimpan potensi wisata dan bisnis yang menjanjikan, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan kreativitas warganya.
Kecamatan Lengkong adalah ruang hidup yang terus bergerak, menyimpan potensi wisata dan bisnis yang menjanjikan, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan kreativitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 16:33 WIB

Tunjangan Rumah Gagal Naik, Dana Reses DPR RI Justru Melambung Tinggi

Tunjangan rumah yang gagal dinaikkan ternyata hanya dilakukan untuk meredam kemarahan masyarakat tapi ujungnya tetap sama.
Gedung DPR RI. (Sumber: Unsplash/Dino Januarsa)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 16:04 WIB

Lagi! Otak-atik Ganda Putra, Pasangan Baru Rian Ardianto/Rahmat Hidayat Bikin BL Malaysia Marah

PBSI melalui coach Antonius memasangkan formula pasangan baru Rian Ardianto/Rahmat Hidayat.
Rahmat Hidayat dan Rian Ardianto. (Sumber: PBSI)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 15:38 WIB

Meneropong 7 Program Pendidikan yang Berdampak Positif

Pendidikan yang bermutu harus ditunjang dengan program-program yang berkualitas.
Anak sekolah di Indonesia. (Sumber: indonesia.go.id)
Ayo Netizen 17 Okt 2025, 15:13 WIB

Hantu Perempuan di Indonesia adalah Refleksi dari Diskriminasi

Sejauh ini sebagian perempuan masih hidup dengan penderitaan yang sama, luka yang sama, dan selalu mengulang diskriminasi yang sama.
Perempuan dihidupkan kembali dalam cerita tapi bukan sebagai pahlawan melainkan sebagai teror. (Sumber: Freepik)