Lorong Lumut Jayagiri, Jejak Belanda 1936 yang Kini Jadi Surga Tersembunyi Lembang

raveyfa
Ditulis oleh raveyfa diterbitkan Senin 17 Nov 2025, 17:22 WIB
Sepasang pengunjung menyusuri lorong berlumut setinggi tiga meter yang dibangun Belanda pada 1936 di Lorong Lumut Jayagiri, Lembang, Sabtu (9/11/2025) (Sumber: Raveyfa Shinta | Foto: Raveyfa Shinta)

Sepasang pengunjung menyusuri lorong berlumut setinggi tiga meter yang dibangun Belanda pada 1936 di Lorong Lumut Jayagiri, Lembang, Sabtu (9/11/2025) (Sumber: Raveyfa Shinta | Foto: Raveyfa Shinta)

Hembusan angin dingin menyapa wajah, sementara dinding tinggi berlumut hijau mengapit jalan setapak dari bambu. Di kedalaman hutan Jayagiri, Lembang, tersimpan lorong bersejarah yang kini menjadi destinasi wisata alam favorit. Lorong Lumut Jayagiri, sebuah peninggalan Belanda dari tahun 1936, menawarkan pengalaman berbeda bagi para pencinta alam yang berkunjung ke kawasan Genteng, Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (9/11/2025).

Dadang, Pengelola Lorong Lumut Jayagiri yang telah bertugas sejak destinasi ini mulai dikelola pada 2022, menjelaskan bahwa lorong ini awalnya merupakan galian pipa air milik Belanda untuk saluran PDAM.

"Ini dibangun tahun 1936 dengan membelah tebing untuk saluran pipa. Karena di sini lembab dan dingin, jadi tumbuh lumut di dinding-dindingnya," ujarnya.

Lorong sepanjang 200 meter dengan lebar 1 meter ini dulunya dikenal dengan sebutan Gupitan oleh masyarakat setempat. Nama tersebut merujuk pada istilah lokal untuk perbatasan tanah. Baru tiga tahun terakhir, tempat ini resmi diberi nama Lorong Lumut untuk menarik minat wisatawan dan mencerminkan keunikan alamnya yang dipenuhi lumut hijau tebal.

Sebelum dikelola secara resmi, kawasan ini merupakan jalur pendakian liar menuju Puncak Upas yang kerap membuat para pendaki tersesat.

"Dulu banyak yang nyasar, kadang masuk jam 6 sore, belum pulang sampai gelap. Malah nyasar di hutan. Makanya kasihan, mendingan dikelola aja sekalian," kenang Dadang.

Pengelolaan Lorong Lumut kini berada di bawah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Lembah Harapan Jaya yang bekerja sama dengan Perhutani. Sejak 2022, destinasi ini dilengkapi dengan fasilitas gapura, loket tiket, toilet, warung kecil, dan jalur pijakan bambu yang disusun rapi untuk keamanan pengunjung.

Akses menuju Lorong Lumut dimulai dari kawasan Orchid Forest Cikole. Pengunjung yang membawa kendaraan perlu membayar tiket masuk kawasan Orchid Forest sebesar Rp10.000 per orang, dengan biaya parkir motor Rp5.000 dan mobil Rp10.000. Setelah itu, tiket masuk Lorong Lumut dibanderol Rp10.000 per orang.

Lorong Lumut beroperasi setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Namun, pengunjung yang ingin menyaksikan sunrise dari Puncak Upas bisa datang lebih pagi dengan menghubungi pengelola terlebih dahulu melalui nomor WhatsApp +62 882-0022-06629.

Perjalanan menyusuri lorong ini tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 10 hingga 20 menit untuk bolak-balik. Suhu di sekitar lorong berkisar antara 18 hingga 29 derajat Celsius, menciptakan suasana sejuk yang menenangkan. Bagi yang ingin melanjutkan pendakian ke Puncak Upas, dibutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 jam perjalanan dengan jarak tempuh 3,8 kilometer dari ujung lorong. Pengunjung yang ingin mendaki ke Puncak Upas wajib mengisi data dan nomor WhatsApp untuk keperluan keamanan.

Lorong Lumut Jayagiri merupakan salah satu dari lima jalur pendakian menuju Puncak Upas. Jalur ini terletak paling timur, sementara jalur lainnya adalah Jayagiri, Cikahuripan, Nyawangbandung, dan Trek 11 Sukawana yang melewati kebun teh. Meski ramah untuk pendaki pemula, penting untuk diperhatikan bahwa area puncak Upas bukan lokasi resmi untuk berkemah sehingga tidak diperkenankan mendirikan tenda di sana.

Keunikan lorong ini terletak pada kondisi alamnya yang masih sangat terjaga. Tidak ada instalasi listrik sama sekali di sepanjang jalur, sehingga pengunjung yang datang di pagi buta atau sore hari wajib membawa penerangan sendiri. Jalan setapak dari bambu yang telah diganti empat kali sejak pengelolaan dimulai membentang di atas pipa air yang tertanam sekitar satu meter di bawahnya. Pipa tersebut mengalirkan air secara alami dari mata air di atas tanpa menggunakan pompa.

Dinding lorong yang ditumbuhi lumut tebal menjadi daya tarik utama, menciptakan suasana yang cocok untuk spot foto Instagrammable. Kelembaban udara yang tinggi dan suhu dingin khas pegunungan membuat lorong ini terasa sejuk bahkan di siang hari. Kondisi inilah yang membuat lumut tumbuh subur dan menjadi ciri khas tempat wisata ini, menawarkan latar foto estetis yang catchy bagi penikmat fotografi alam.

Bagi pengunjung yang khawatir tersesat saat mendaki ke Puncak Upas, pengelola telah menyiapkan sistem pendataan ketat. Setiap pengunjung wajib mencantumkan data diri dan nomor kontak yang bisa dihubungi. "Ada data pengunjung di sini. Yang udah pulang, dicoret. Jadi kelihatan yang belum pulang. Kalau ada apa-apa, bisa dihubungi," ujar Dadang mengenai sistem keamanan yang diterapkan.

Meski tidak sekondang destinasi wisata lain di Lembang, Lorong Lumut Jayagiri menawarkan pengalaman berbeda bagi para wisatawan yang mencari ketenangan dan ingin merasakan langsung jejak sejarah kolonial. Keberadaan lorong ini membuktikan bahwa tidak semua destinasi wisata membutuhkan fasilitas mewah untuk menarik pengunjung. Keaslian alam, nilai sejarah yang terkandung di dalamnya, dan keindahan lumut yang tumbuh alami sudah cukup menjadi magnet tersendiri bagi para pencinta petualangan, sejarah, dan fotografi alam. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

raveyfa
Tentang raveyfa
Mahasiswi Digital Public Relations'24, Telkom University Bandung
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Ambu Encuy

Ayo Netizen 17 Nov 2025, 15:22 WIB
Ambu Encuy

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)