Menjelajahi Curug Layung, Surga Alam dengan Sentuhan Kopi Hutan

humaira mazaya
Ditulis oleh humaira mazaya diterbitkan Rabu 19 Nov 2025, 12:20 WIB
Derai air Curug Layung mengiringi langkah pengunjung saat bermain di antara bebatuan pada 9 November 2025 di Desa Kartawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Humaira Mazaya | Foto: Humaira Mazaya)

Derai air Curug Layung mengiringi langkah pengunjung saat bermain di antara bebatuan pada 9 November 2025 di Desa Kartawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Humaira Mazaya | Foto: Humaira Mazaya)

Matahari pagi menembus sela pepohonan hutan lindung, sementara udara sejuk membalut tubuh para pengunjung yang mulai berdatangan dan gemericik Curug Layung terdengar lembut dari kejauhan. Menampilkan perpaduan ketenangan dan keindahan yang tak lekang oleh waktu di Desa Kartawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, pada Minggu (9/11/2025).

Di balik rindangnya hutan dan segarnya aliran air, Curug Layung menyimpan cerita panjang tentang asal-usulnya. Dahulu kawasan ini merupakan hutan produksi yang kemudian berubah status menjadi hutan lindung. Perubahan itu sempat membuat masyarakat sekitar kehilangan sumber penghasilan sehingga muncul gagasan untuk membuka potensi wisata berbasis alam.

Nandang, salah satu staff pengelola, menjelaskan sejarah dari wisata alam yang memesona ini.

“Dulu asal-usulnya itu hutan lebat, namanya Leuwi Jurig. Karena ada potensi dan masyarakat butuh penghasilan, akhirnya dibuka jadi wisata. Lalu muncul fenomena pelangi, diartikan sebagai jembatan putri, makanya dinamakan Curug Putri layung,” katanya.

Ia menambahkan penamaan ‘layung’ merujuk pada lembayung, warna kemerahan pelangi yang dianggap membawa makna kecantikan sekaligus keberkahan alam.

Menurutnya, masyarakat mulai mengenal Curug Layung sekitar tahun 2004. Saat itu kawasan baru dirintis, kemudian dilegalkan pada 2005 dengan tiket masuk Rp2.500 per orang. Namun sempat terbengkalai hampir sembilan tahun sebelum akhirnya dibuka kembali pada 2016. Sejak saat itu, pengunjung terus berdatangan, terutama mereka yang mencari destinasi alam yang tenang dan bersih.

Pengelola kawasan wisata ini menjelaskan bahwa Curug Layung memiliki keunikan tersendiri dibandingkan curug lainnya.

“Kalau curug lain itu tinggi air terjunnya, tapi Curug Layung beda. Ada tiga kolam alami seperti pemandian putri,” ujarnya.

Selain pesona alamnya, kawasan ini juga memiliki Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Layung Coffee yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Kedai kecil tersebut menyajikan kopi dari biji yang ditanam langsung di area hutan sekitar curug, memberikan cita rasa autentik yang berpadu harmonis dengan suasana alam sekitarnya.

Meski area wisata ini tetap mengedepankan nuansa alaminya, sejumlah fasilitas dasar telah disediakan bagi pengunjung, seperti area camping ground, titik kegiatan outdoor, serta ruang sederhana untuk membersihkan diri dan beribadah. Pengelolaan kawasan dilakukan dengan prinsip menyesuaikan diri dengan alam, dengan tujuan menumbuhkan rasa cinta dan upaya pelestarian terhadap lingkungan, sehingga tidak ada pembangunan bangunan besar di area tersebut. Fokus utama pengelola tetap pada kenyamanan, keamanan, dan kebersihan kawasan wisata.

Terkait biaya, pengunjung dapat memilih beberapa opsi sesuai kegiatan yang diinginkan. Aktivitas hiking dikenakan tarif Rp15.000 dengan biaya parkir motor Rp5.000 dan mobil Rp10.000. Sementara itu, untuk kegiatan camping dikenakan tarif Rp25.000 per orang dengan parkir motor Rp10.000. Dalam pelaksanaannya, terdapat sejumlah aturan yang harus dipatuhi, seperti larangan menebang pohon, membawa minuman keras, serta membakar sesuatu yang dapat membahayakan hutan. Pengelola menegaskan pentingnya menghormati alam agar kelestariannya tetap terjaga.

Upaya pelestarian alam menjadi prioritas utama bagi pengelola. Mereka secara rutin melakukan kegiatan reboisasi untuk menjaga kelestarian ekosistem. Sumber air dijaga agar tetap stabil, karena keberadaan air merupakan elemen penting bagi curug itu sendiri. Ketersediaan air yang terpelihara tidak hanya bermanfaat bagi wisatawan, tetapi juga mendukung kebutuhan masyarakat di sekitar kawasan.

Keberadaan Curug Layung turut memberi dampak ekonomi yang positif. Warga lokal yang bersedia ikut terlibat menjadi bagian dari pengelolaan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). “Dampaknya ada. Kita kontribusi ke desa, ke RW sekitar. Yang diuntungkan itu warga yang tinggal dekat kawasan hutan,” ujar Nandang.

Meski tidak semua mendapat gaji tetap, kontribusi dalam bentuk kegiatan, peluang usaha, termasuk berkembangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti Layung Coffee, menjadi salah satu manfaat nyata.

Ke depannya, pengelola berencana mengembangkan konsep wisata dengan menghadirkan private camp atau area berkemah privat yang tetap menyatu dengan alam. Konsep ini ditujukan untuk menarik minat wisatawan dari kalangan menengah ke atas, dengan pengalaman berkemah yang lebih eksklusif namun tetap menjaga keaslian lingkungan. Rencana tersebut disusun berdasarkan masukan dari para pengunjung agar Curug Layung memiliki pilihan aktivitas yang lebih beragam tanpa mengurangi keasrian kawasan alamnya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

humaira mazaya
Mahasiswa Aktif S1 Digital Public Relations, Fakultas Komunikasi dan Ilmu Sosial, Telkom University.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)