Suara kendaraan bersahutan di di toko Disclosure, Kelurahan Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, etalasenya menampilkan warna mencolok khas Y2K yang menarik anak muda. Ratna, supervisor operasional, mengatakan ia tertarik pada Y2K karena memberi penyegaran visual dan mudah ia padukan untuk aktivitas harian.
Fenomena Y2K kini menjelma menjadi gaya hidup yang tak lagi sekadar urusan fashion atau riasan semata. Anak muda Bandung menggunakannya untuk menunjukkan keberanian, keaslian, dan kebebasan berekspresi dalam menghadapi dunia yang serba cepat dan digital sekarang ini.
Ciri khas gaya Y2K tampak dari paduan warna mencolok, bahan mengilap, serta potongan busana berani yang menonjolkan karakter personal.
“Gaya Y2K bukan cuma soal pakaian, tapi cara nunjukin siapa diri kita,” Ungkap Ratna sembari menata bandana warna cerah di rambutnya, (04/11/2025).

Media sosial kini menjadi kekuatan utama yang memperkuat eksistensi Y2K sebagai budaya gaya hidup baru di kalangan Gen Z Bandung.
“Media sosial punya pengaruh kuat karena personal Y2K yang kamu tampilkan bisa jadi ciri khas dan membentuk identitas dirimu sendiri,” tambahnya.
Bagi sebagian besar anak muda, memakai gaya Y2K bukan hanya tentang berpakaian, tetapi cara hidup yang mencerminkan sikap berani mengambil ruang. Mereka menjadikan fashion dan makeup sebagai bahasa visual untuk menyampaikan pesan bahwa berbeda bukanlah kesalahan, melainkan kekuatan yang ada pada diri.
Meski tren kian berubah, gaya ini tetap menjadi simbol keberanian dan keaslian diri di tengah arus budaya global yang seragam. Ia bukan sekadar gaya berpakaian, tetapi gaya hidup yang menegaskan satu hal sederhana: menjadi diri sendiri adalah bentuk tren paling abadi.
“Menurut aku, orang yang pakai gaya Y2K itu berani dan unik karena mereka tahu apa yang membuat diri mereka berbeda,” imbuh Ratna.
Dari jalanan Cihapit hingga layar ponsel, gaya ini terus hidup sebagai simbol kebebasan dan ekspresi diri generasi muda Bandung masa kini. (*)
