Seporsi mie ayam ini mengingatkan saya pada sebuah novel kawakan Brian Krisna yang berjudul Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati. Novel ini menceritakan tentang tokoh utama bernama Ale berusia 37 tahun yang berjuang melawan depresi.
Mie ayam bagi Ale memiliki makna yang lebih dari sekedar makanan. Bahkan mie ayam menjadi salah satu list yang harus terpenuhi sebelum Ale memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Bagi Ale, mie ayam melambangkan simbol-simbol kebahagiaan dan kebebasan ditengah masalah mental yang dihadapinya. Mie ayam menjadi spesial karena bagi Ale adalah sumber kekuatan dan harapan dalam menghadapi kesulitan hidup. Mie ayam juga menjadi bagian dari hal-hal sederhana yang bisa membuat bahagia dan alasan seseorang bertahan hidup.
Saya pribadi sebetulnya tidak terlalu menggemari kuliner satu ini. Saat kecil saya pernah mencoba mie ayam. Menurut saya saat itu, rasa mie nya kurang begitu enak, tekstur mienya yang tebal dan kenyal seringkali membuat saya bergidik ngeri karena mengingatkan saya pada salah satu hewan melata.
Belum lagi bagi saya yang tidak terlalu suka dengan saos dan kecap tentu menjadi alasan kenapa saya tidak terlalu suka dengan sajian yang satu ini. Tapi saya ingin mencoba kembali menikmati mie ayam hanya karena baru selesai membaca novel "Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati".
Kali ini saya sedang bertandang ke sebuah kota bernama Depok. Kota yang saya tahu memiliki lambang buah belimbing. Kota penghasil belimbing dengan kualitas terbaik ini menjadi ikonik yang merepresentasikan kota tersebut.
Kali ini saya berhasil menemukan warung bakso pocin yang berada di Jl.Stasiun Pondok Cina. Selain menjual mie bakso, tempat ini juga menyediakan mie ayam. Saya memesan seporsi mie ayam bakso urat seharga Rp.25.000. Berdasarkan review di google tempat ini cukup mendapat respon yang baik dari pelanggannya.
Saat saya berkunjung kesana tempatnya memang rame, pelanggan keluar masuk saling bergantian menyantap mie ayam atau mie baso. Mie ayam bakso pocin memiliki tekstur yang berbeda dari mie ayam yang pernah saya coba waktu kecil. Teksturnya lebih mirip dengan bakmi dengan potongan ayam, potongan sawi dan taburan bawang goreng hingga seledri.
Menariknya penjual memberikan kebebasan kepada pelanggan untuk memberi bumbu sesuai dengan selera. Tentu ini menjadi hal yang menyenangkan bagi saya karena tidak begitu suka dengan saus dan kecap.
Saya sendiri membiarkan mie ayam itu tetap bening dengan sedikit kuah yang gurih, manis. Saya hanya menambahkan beberapa sendok sambal untuk menambah kesegaran.
Rasa bakso uratnya lumayan enak dengan kuah bening yang gurih dan beraroma harum.
Sambil menikmati sajian ini, sesekali terdengar sapaan ramah penjual kepada setiap pengunjung yang datang. Logat jawa bercampur betawi menjadi bukti bahwa kota Depok juga sama seperti Bandung. Kota perantauan bagi siapa saja yang ingin mencari keberuntungan hidup.
Ditutup dengan satu gelas es jeruk yang gulanya belum teraduk sempurna. Kali ini saya cukup puas karena merasakan mie ayam dengan pengalaman yang berbeda. (*)