'Aura Farming' Dika dan Globalisme Lokal di Media Sosial

Prof. Dr. Moch Fakhruroji
Ditulis oleh Prof. Dr. Moch Fakhruroji diterbitkan Senin 14 Jul 2025, 15:11 WIB
Dika, si "anak coki" yang viral di media sosial. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)

Dika, si "anak coki" yang viral di media sosial. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)

Siapa sagka sebuah event tradisional Indonesia yang telah ada sejak abad ke-17 tiba-tiba dikenal di seluruh dunia.

Inilah yang sedang terjadi dalam beberapa pekan ini. Seorang anak berusia 11 tahun bernama Rayyan Arkhan Dikha yang berasal dari Provinsi Riau mendadak viral di media sosial.

Dengan mengenakan pakaian tradisional berwarna hitam dan kacamata hitam, Dika—panggilan akrabnya—telah menyedot perhatian jutaan pengguna media sosial di seluruh dunia ketika “menari” di ujung perahu dayung dalam perhelatan Pacu Jalur, salah satu perhelatan budaya tradisional di Kuantan Singingi, sebuah kabupaten di Provinsi Riau.

Pacu Jalur sendiri merupakan salah satu tradisi yang telah ada sejak abad ke-17 dan telah menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Dalam perhelatan ini, setiap perahu yang berbentuk kano berukuran panjang ini disertai oleh “anak coki” atau seseorang yang “menari” di ujung perahu dayung dengan menggerakkan tangan dan badannya secara ritmik untuk menyemangati dan mengarahkan gerakan para pendayung.

Rekaman video ini sebenarnya diposting pertamakali di TikTok oleh pengguna dengan akun Lensa Rams sejak Januari lalu.

Bahkan video ini diambil pada bulan Agustus setahun sebelumnya. Namun videonya malah viral beberapa pekan ini setelah tarian uniknya ditiru oleh para pengguna media sosial di Instagram dan TikTok.

Aura Farming

Pacu Jalur merupakan salah satu tradisi yang telah ada sejak abad ke-17. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Pacu Jalur merupakan salah satu tradisi yang telah ada sejak abad ke-17. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)

Popularitas tarian tradisional dari Dika sang “anak coki” ini merupakan salah satu ilustrasi dari fenomena “aura farming.” Istilah yang popular di tahun 2024 ini merujuk pada ekspresi di internet yang biasanya diarahkan pada selebritas atau karakter anime karena “keren” dan memanen “aura.”

Outfit tradisional berwarna hitam lengkap dengan kacamata yang juga hitam—seperti Men in Black, salah satu film populer Hollywood—Dika dipandang sebagai “the ultimate aura farmer” di media sosial.

Tidak hanya outfit yang dikenakannya, Dika benar-benar terlihat “cool” dan tak tergoyahkan meskipun berdiri di atas perahu yang bergerak cepat. Hal inilah yang tampaknya membuat orang-orang merasa takjub.

Gerakan uniknya ini kemudian membanjiri linimasa media sosial tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Tidak tanggung-tanggung sampai Travis Kelce, atlet American Footbal (sekaligus bintang NFL), menirukan gerakan unik Dika. Dan, tidak terhitung berapa pengguna media sosial yang kemudian juga turut mengikuti gerakan unik ini.

Secara teoretis, aura farming merupakan salah satu fenomena yang menggambarkan bagaimana makna sesuatu dibangun dan disirkulasikan oleh pengguna media sosial, alih-alih oleh struktur kuasa yang bersifat hierarkis.

Semua pengguna di internet adalah interconnected nodes—titik-titik yang saling terhubung satu sama lain yang membentuk apa yang diistilahkan oleh Manuel Castells sebagai “network society.

Lokal yang menjangkau global

Popularitas Pacu Jalur dan Provinsi Riau di media sosial menjadi salah satu bukti bahwa internet telah menjadi gerbang bagi tradisi lokal untuk dikenal secara global. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)
Popularitas Pacu Jalur dan Provinsi Riau di media sosial menjadi salah satu bukti bahwa internet telah menjadi gerbang bagi tradisi lokal untuk dikenal secara global. (Sumber: mediacenter.riau.go.id)

Hampir pasti bahwa Dika tidak bermaksud untuk “tebar pesona” atau “memanen aura” melalui penampilan itu dan mungkin baginya hal tersebut telah menjadi bagian dari event Pacu Jalur.

Sebab, ia memang telah menjadi “anak coki” sejak masih berusia 9 tahun. Namun pengguna media sosial adalah masyarakat yang mempraktikkan budaya digital, dimana setiap praktik unik dapat dikreasi ulang dan dibagikan kembali kepada sesama pengguna media sosial.

Pada titik ini, budaya digital menggambarkan bagaimana pembuat konten dapat mereproduksi konten sebelumnya dengan cara dan konteks yang baru namun secara co-exist saling menyempurnakan. Namun satu hal yang pasti, kini bukan hanya Dika yang membuat dunia penasaran, tetapi juga Pacu Jalur sebagai tradisi lokal khas Indonesia.

Oleh karena itu, tampaknya belum terlambat ketika Gubernur Riau kemudian mengangkat Dika sebagai Duta Wisata provinsi ini dan memberikan beasiswa kepadanya karena secara tidak langsung telah memperkenalkan Pacu Jalur dan Riau kepada dunia.

Sebab, hingga tulisan ini dibuat, Pacu Jalur masih menjadi salah satu trending topic di berbagai platform media sosial. Tidak hanya di media sosial, Dika juga diberitakan sebagai “viral Indonesian boy” di berbagai media arus utama.

Fenomena ini menjadi salah satu ilustrasi paling kentara tentang bagaimana arus budaya dalam konteks digital telah memberikan dampak yang lebih luas. Terlebih, Dika bukan yang pertama dan satu-satunya sosok yang meraih popularitas secara digital.

Popularitas Pacu Jalur dan Provinsi Riau di media sosial menjadi salah satu bukti bahwa internet telah menjadi gerbang bagi tradisi lokal untuk dikenal secara global.

Meski sama-sama telah dipromosikan sebelumnya di sejumlah media mainstream berskala lokal dan mungkin nasional, namun momentum ini justru diperoleh dari media sosial. Media yang menjadi wadah ekspresi individual dan personal. Sesuatu yang diilustrasikan oleh Manuel Castells (The Rise of the Network Society, 1996) sebagai “networked individualism.”

Hal ini sekaligus membuktikan bahwa platform media sosial sekali lagi telah menunjukkan sifat partisipatif-nya. Internet telah memberikan peluang yang sama kepada setiap kelompok kultural untuk tampil sebagai arus dalam panggung global, terlepas dari kepentingan dan tujuan yang disandangnya. (*)

Tonton Video Terbaru dari Ayobandung:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Prof. Dr. Moch Fakhruroji
Direktur dan co-founder Center for Digital Culture and Society (CDiCS)
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 03 Sep 2025, 12:53 WIB

Bangkit Bergerak, Melawan Rebahan dan Scroll Medsos

Saatnya melawan rebahan yang berlebihan. Ayo bangkitlah, bergerak, dan gunakan waktu dengan lebih berarti.
Berlatih Panjat Tebing di Boulder Climbing Training Center (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 03 Sep 2025, 10:38 WIB

Kuliner Khas di Tepian Palasari, Ada Bakmi dan Lomie Mas Ikin yang Rasanya Otentik

Belakangan ini, suhu Bandung terasa lebih dingin dari biasanya. Cuaca seperti ini sering membuat perut cepat lapar, dan makanan berkuah pun jadi pilihan utama.
Lomie Mas Ikin yang memiliki citarasa otentik. (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 03 Sep 2025, 09:40 WIB

Jangan Bingung Cari Oleh-oleh, Ini Rekomendasi Toko Kue Paling Populer di Bandung

Bandung, kota yang kerap disebut sebagai Paris van Java, tidak hanya memikat wisatawan dengan panorama alam dan suasana sejuknya. Kota ini juga dikenal sebagai pusat kuliner dan surga belanja oleh-ole
Ilustrasi Produk Kue untuk Oleh-oleh. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 03 Sep 2025, 08:38 WIB

Membaca Sisi Lain Kota Bandung, di Balik Novel Bandung Menjelang Pagi

Bandung yang selama ini kita anggap sebagai kota romantis dan banyak diagung-agungkan ternyata punya sisi gelapnya sendiri.
Bandung Menjelang Pagi Karya Brian Krisna (296 Halaman) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 20:08 WIB

Kesadaran Kesehatan Meningkat, Obat Cacing makin Langka di Lapangan

Kesadaran kesehatan di masyarakat sering kali muncul ketika ditemukannya sebuah studi kasus.
Ilustrasi obat cacing. (Sumber: Pexels/Miguel Á. Padriñán)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 18:26 WIB

Bukan Sekadar Nostalgia: Elizabeth Menjawab Tren Fesyen Generasi Baru

Elizabeth memasuki babak baru, untuk menjaga relevansi brand di tengah perubahan gaya hidup dan selera konsumen yang semakin dinamis.
Koleksi tas dari brand lokal Elizabeth. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 16:58 WIB

Menemukan Keindahan dan Rasa di Emmy’s Kitchen, Oase Kuliner Estetik di Tengah Tren Kafe Bandung

Bernuansa shabby chic vintage, Konsep Emmy’s Kitchen menggabungkan elemen klasik Eropa dan taman bunga, magnet bagi pencinta estetika.
Area indoor Emmy’s Kitchen bertema European classic. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 16:00 WIB

AYO NETIZEN September 2025 Usung Tema HUT Kota Bandung, Total Hadiah Rp1,5 Juta!

Program AYO NETIZEN dari Ayobandung.id mengangkat tema besar HUT Kota Bandung 2025.
Program AYO NETIZEN dari Ayobandung.id mengangkat tema besar HUT Kota Bandung 2025. (Sumber: Pexels/Anna Nekrashevich)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 15:58 WIB

Cikopi Mang Eko: Dari Bandung ke Asia Tenggara, Menyulut Semangat Kopi Lokal

Keputusan Mang Eko untuk terjun ke bisnis kopi bukan sekadar mengikuti tren. Ia melihat kopi sebagai komoditas yang tak lekang oleh waktu.
Muchtar Koswara akrab dipanggil Mang Eko, pemilik dari brand UMKM Cikopi Mang Eko. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 14:38 WIB

Musisi Flamboyan yang Peduli Budaya Sunda Itu Telah Pergi

Kang Acil Bimbo alias Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah meninggal dunia.
Jaka, Samsudin, Acil dari grup Trio Bimbo di Majalah Varianada Edisi 86 Tahun 1972. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 13:40 WIB

Mie Kocok Bandung dalam Cerita Negeri Wakanda

Sekecil apapun itu, semembahayakan itu, suara keadilan harus terus digaungkan. Sekali pun lewat makanan yang kamu sedang nikmati saat ini.
Mie Kocok Bandung Buatan di Rumah (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 12:18 WIB

Mengungkap Rahasia di Balik Cita Rasa Kopi Otentik

Owner BJR Coffee, Dinda Gemilang mengungkapkan bahwa kunci pengolahan kopi berkualitas terletak pada proses roasting. Menurutnya, tahap ini sangat menentukan cita rasa yang akan muncul dari secangkir
Biji Kopi di Kedai Kopi Banjaran (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 02 Sep 2025, 11:08 WIB

Sejarah Bandung dari Paradise in Exile Sampai jadi Kota Impian Daendels

Bandung dulu dijuluki surga dalam pembuangan, tempat buangan pegawai VOC di pedalaman Priangan. Jadi kota besar berkat kopi dan sejarah kolonialisme.
Keramaian Jalan Raya Pos bagian timur di Bandung di era kolonial. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 11:07 WIB

Mengenal Dapros, Kerupuk Tradisional dengan Bentuk Unik dan Citarasa Khas

Di meja makan orang Indonesia, kerupuk hampir selalu hadir sebagai pelengkap. Di antara ragam jenisnya, ada satu yang masih bertahan hingga kini meski dibuat dengan cara tradisional, yaitu kerupuk dap
Ilustrasi Foto Dapros. (Foto: Dok. Shopee)
Ayo Biz 02 Sep 2025, 09:38 WIB

Lomie Imam Bonjol, Kuliner Legendaris Favorit BJ Habibie

Lomie sudah melekat menjadi identitas kuliner Bandung. Hidangan mie berkuah kental ini kerap disajikan hangat bersama kangkung, menciptakan rasa gurih yang cocok dinikmati saat cuaca dingin.
Foto Lomie Imam Bonjol, Kuliner Favorit BJ Habibie. (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 02 Sep 2025, 09:16 WIB

Sejarah Rugbi di Indonesia, Bandung Dianggap Kota Pelopor

Rugbi, "olahraga kasar untuk pria terhormat" ini, sudah denyut sejak dulu khususnya di Kota Bandung.
Ilustrasi dua tim rugbi yang tengah bertanding. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: PierreSelim)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 20:26 WIB

Screamous: Ketika Streetwear Menjadi Kanvas Kolaborasi Dunia

Didirikan awal tahun 2000-an, Screamous lahir dari semangat anak muda Bandung yang ingin menyuarakan identitas melalui fashion.
Koleksi kolaborasi Screamous x Usugrow. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 20:14 WIB

Kota Bandung, Tren, dan Ironi Kolonialisme

Kota penuh perhatian. Ada budaya pop juga sejarah melawan penjajahan. Indah tapi juga penuh masalah.
Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 19:35 WIB

Dari Kandang ke Kedai, Spill&Bites dan Rasa yang Meresap

Spill&Bites dan ide bisnis mereka mengolah peluang dari hulu ke hilir, dari peternakan hingga meja makan.
Spill&Bites, hasil evolusi dari industri peternakan ayam yang melihat peluang lebih besar di dunia makanan cepat saji. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 18:01 WIB

Dari Bank ke Dapur: Andri dan Daimata yang Meracik Peluang dari Pedasnya Sambal Lokal

Daimata adalah misi Andri untuk mengangkat kuliner lokal, sambal khas Indonesia agar bisa dinikmati siapa saja, kapan saja, tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Andri Ganamurti selaku Owner dari brand Daimata, produk UMKM sambal dalam kemasan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)